3. Can I? [PJM]

143 32 49
                                    

MADE BY ; AUTHOR BAEK ARA
27012018







"Heh, bangun kau,"

Tanpa membuka mataku pun, aku dapat melihat si medusa itu tengah bertolak pinggang sambil menghentak-hentakkan kakinya di lantai.

Apa lagi sekarang?

"Aku tidak sedang dalam masa periodku. Jadi jangan khawatir, aku tidak akan mengotori kasur ini,"

Ia mendecakkan lidahnya. "Iya, tapi--"

"Aku akan mencuci bantalmu, jika kau khawatir air liurku akan mengotorinya. Sudah ya, aku mau tidur."

Dan dapat kulihat--walaupun mataku masih terpejam erat--sekarang ia menurunkan tangannya dari pinggang, mengarahkannya ke wajahku dan membuat pergerakan seolah ia sedang menghancurkan wajahku.

Kapan aku peduli padanya? Biarkan saja medusa ini berkembang.

"Aku juga tak ingin seperti ini, asal kau tau."

Kudengar suara kuku dijentik-jentikkan. "Ibu menyuruhku. To be honestly, ini sudah jam setengah sembilan."

Mataku terbuka dengan sendirinya, langsung menatap si medusa ini tajam. Namun, ia malah memandangku dengan tatapan ilfeel-nya. "Ouuch, lihatlah dirimu,"

Sungguh, aku tak pernah peduli. Mau ada kotoran di ujung mataku, atau di hidungku, atau di gigiku, atau di mana saja! Dia ini memang peng-kritik. Kurasa bagus untuknya nanti menjadi kritikus.

Dan heol! Sekarang benar-benar jam setengah 9!

Tubuhku melanting, segera bangkit dari kasur menuju kamar mandi. Membawa sikat gigi -yang sekarang berada di mulutku--keluar dari kamar mandi lalu mengobrak-abrik lemari.

"Kau tidak mandi? Hewan apa kau ini? Kambing? Kerbau? Bahkan Kerbau pun tetap mandi sekalipun itu kubangan lumpur!"

Telingaku sudah cukup tuli untuk mendengar semua celotehannya. Jika ia memang saudaraku yang baik, seharusnya ia membantuku. Bukannya malah menghinaku habis-habisan.

"Terserah kau, setidaknya aku bukan anjing jalanan yang selalu melolong pada hal yang tidak jelas,"

Kudengar ia berpura-pura tertawa. "HAHAHA! Lawakan yang bagus tapi sayangnya tidak lucu."

Aku masih mengobrak-abrik lemari. Kini dengan sebelah tangan yang bergerak menggosok gigi. "Kau bahkan sudah melakukannya sejak tadi." Kuhentikan pergerakkanku sebentar dan melihatnya malas.

"Dan sangat tidak lucu, aku bahkan kehilangan rasa humorisku hanya sekedar untuk berpura-pura tertawa." Kemudian kulanjutkan pergerakanku.

Oh ayolah! Di mana kuletakkan--aha! Ini dia!

Setelah berpakaian rapi. Memakai parfum sebanyak-banyaknya dan berkumur-kumur. Ku lambaikan tanganku anggun kearahnya. "Kerbau ini ingin ke kampus dulu. Anjing manis baik-baik di rumah, ya"

"Heh! Mau mati, ya?!"

Ia menyalak. Aku berpura-pura takut. Namun aku tetap berjalan kearahnya. Setelah berunding dengan diriku sendiri, aku pun meletakkan tanganku di pucuk kepalanya, sesekali menepuk-nepuknya pelan. "Kakak pergi dulu, jangan nakal-nakal di rumah. Nanti pulang ku bawakan permen." Setelah mengucapkan itu, aku segera tancap gas berlari keluar kamar.

"Ya! Aku bukan adikmu! Kita hanya berjarak 5 menit!!"

"Ibu, aku pergi ya," pamitku pada ibu yang sibuk mengurusi Jinjoo.

"Kau apakan lagi adik mu satu itu? Akurlah satu hari saja! Ibu sudah cukup pusing mengurus Jinjoo!"

"Aku tak melakukan apa-apa. Dia saja yang stress. Sudah ya, aku pergi!" jelasku lalu melangkahkan kaki keluar rumah, menutup pagar lalu menghirup udara pagi--yang sebenarnya sudah tak bisa dikatakan pagi lagi.


As Yeoja Chingu [BTS One Shoot]Where stories live. Discover now