Prolog

139 10 5
                                    

Langit kelam bertabur bintang menaungi bumi yang mulai lelap. Rembulan bersinar menerangi malam yang terasa hampa. Udara dengan dingin menusuk menyapa para hati yang tengah meradang. Beribu perasaan, rasa lelah, dan kenangan berusaha ditelan habis oleh kesunyian malam yang meraja lela.

Namun salah. Malam memang mampu menyamarkan rasa lelah dalam raga, tidak dengan perasaan dan kenangan. Justru malam adalah waktu yang tepat membangkitkan kedua hal itu. Bisa kenangan manis dengan perasaan bahagia, bisa juga kenangan pahit dengan perasaan menyiksa. Hanya masa lalu yang mampu menjawab mana antara dua hal itu yang terpilih malam ini.

     Gadis itu termenung di atas balkon lantai dua rumahnya. Jilbab birunya melambai-lambai diterpa angin malam. Matanya menatap kosong jalanan kota yang masih terlihat ramai. Wajar saja, ini baru jam delapan. Gadis itu memilih berdiri di sini selepas isya tadi. Hanya untuk mengenang hal itu. Hanya demi mengingat janji itu.

     Jika ditanya apa yang tengah melanda hatinya saat ini, yaitu rindu, bimbang, dan kegelisahan.

Rindu. Perasaan yang semakin hari semakin menjadi. Tak ada seharipun yang terlewatkan tanpa merindukan sosok lelaki itu. Sosok yang beberapa tahun lalu hadir dan mengukir berbagai kenangan indah dalam hidupnya. Sosok yang pada masa itu membuatnya mengingat sesuatu yang terlupakan dalam hidup. Orang yang selalu istimewa dalam hatinya.

     Bimbang. Akankah lelaki itu menepati janjinya? Akankah ia berlaku seperti apa yang ia katakan? Akankah ia kembali dan mengukir kenangan indah itu lagi? Atau hanya sekedar hiburan masa lalu? Atau sebuah tipuan yang dengan tega dilakukannya? Atau bahkan rencananya untuk membuat luka hati yang meradang dan meninggalkan kepedihan? Tidak. Gadis itu tidak tahu kemungkinan mana yang akan terjadi.

     Kegelisahan. Rasa cinta tumbuh semakin besar dihati gadis itu untuk sang lelaki impiannya. Apakah lelaki itu merasakan hal yang sama? Ia hanya takut rasa cinta itu berubah dan semakin terkikis dari hati lelaki itu. Mungkin waktu yang akan menggerogotinya atau bahkan hati lain telah hadir menggantikan rasa cintanya. Ia hanya berdo’a, apapun yang terjadi semoga hatinya kuat menghadapi.

     Gadis itu menghapus setetes airmatanya yang mendarat di pipi. Ia menengadah menatap langit dengan genangan air mata yang tertahan. Tidak. Ia harus menghentikan semua ini. Ia bertekad dalam hati. Setelah semua kenangan itu selesai diingatnya malam ini, ia akan menguatkan hati dan berusaha melupakan. Sudah cukup. Habiskan semua kenangan itu malam ini juga. Dan gadis itu pun mulai memutar ulang kenangan itu dalam memorinya.

🍀🍀🍀

Chase and WaitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang