Perhaps love

9 1 1
                                    

"Jadi sebenarnya kalian pacaran gak sich???" tanya Mila pada Rain seusai mata kuliah Uropoetika & Reproduksi.

"Entahlah...."jawab Rain sambil mengangkat kedua bahunya kemudian menyandarkan kepalanya pada tembok ruang kelas.

"Aku gak suka sama jawaban itu, singkat, padat tapi gak jelas!!!" gerutu Mila yang kemudian memperhatikan setiap perubahan ekspresi wajah Rain.

"Aku sendiri juga bingung dia bilang sayang tapi gak ada penegasan lebih lanjut, nyium kening tapi aku gak ngerasa apa-apa, terlalu datar!!!!".

"Nyium kening?????cuman itu????yakin????", Mila menyipitkan matanya bermaksud menyelidiki tiap kata yang keluar dari mulut Rain, namun Rain hanya mengangguk cepat dan masih dengan ekspresi wajah yang biasa aja.

Jelas sekali apa yang dikatakan Rain adalah yang sebenarnya, Mila tahu betul sahabatnya yang satu ini,walaupun Rain kadang tertutup dengan hal-hal pribadinya tapi dia bukan tipekal orang yang pandai berbohong.

"Ke kantin yuuuukkkk Mil, laper nih!!! habis itu baru kita nyari hadiah buat Kak Antonie!"Rain beranjak dari kursinya dan mengakhiri pembicaraan yang memang tak akan pernah ada ujungnya.

Mila hanya mengangguk dan memutuskan sepakat dengan Rain untuk tidak membicarakan statusnya dengan Ridwan.

"Rain kamu dipanggil sama Aqlan ke ruang BEM!"suara Ghani menghentikan langkah Rain dan Mila yang baru keluar ruangan kelas.

"Cuman Rain Kak?"tanya Rain yang berharap Mila ikut juga bersamanya.

"Iya kamu aja!"jawab Ghani singkat sambil berlalu.

"Ada apa ya?? perasaan proposal sama surat undangannya dah beres malah tadi pagi sebelum jam kuliah mulai, proposal dah ada di meja Dekan?", Rain menggaruk-garuk keningnya seraya menatap Mila dan berharap Mila menjawab keluhannya.

"Dah sana samperin dulu baru kamu bisa tau kenapa Kak Aqlan manggil kamu!".

"Aiiiihhhh iya lah kenapa gak sekalian aja kamu nyuruh aku nanya ke Kak Aqlan alasan dia manggil aku?!"Rain membulatkan matanya menatap geram pada Mila.

"Aku duluan ke kantin,bye....!"dengan wajah innocent-nya Mila meninggalkan Rain.

"Huuuuufffff..... "!!!Rain menghembuskan nafasnya dengan kasar hingga sebagian poni rambutnya berantakan, dengan langkah gontai Rain melangkahkan kakinya menuju Ruang BEM yang berada di gedung sebelah kelasnya.

"Dddddrrrrrrtttt....Ddrrrrttttt"
Getaran handphone disaku celana jeans Rain menghentikan langkah Rain sesaat, senyum merekah saat Rain melihat nama di ponselnya "my lovley brother".

" Kak Indraaaaaaa apa kabar?????Rain kangen...." pekik Rain setelah menerima panggilan dari kakak sulungnya.

"Baaaiiiikkkk,kamu apa kabar???gak macem-macem kan?jangan mentang-mentang gak ada Mama ma Papa kamu bisa bebas keluyuran!".

"Enggak lah Kak...Rain kan anak baik hehhehhehhe....".

"Semangat amat ni bocah?"

"Bisa gak berhenti manggil Rain bocah??" Rain mengerucutkan bibirnya walaupun Indra tidak bisa melihat tingkah nya tapi hal itu sudah biasa terjadi.

"Katanya kamu buat salah ya sama Kak Antonie?" Rain menghela nafas panjang mendengar pertanyaan dari Kak sulungnya.

"Kak Antonie ngadu ya????" Rain kembali menelusuri koridor kampusnya menuju ruang BEM.

"Bukan Kak Antonie,tapi Mama".

"Mama????" tanya Rain seakan tak percaya Mama mengadukannya pada Kak Indra.

Rain With HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang