Assignment

42 5 1
                                    

"huhuhu mamaaa.. Mama dimana?" Audina menangis di sore hari yang cerah ini. Kenapa? Masih ingat tugas yang di berikan Rafiq? Tugasnya menghafal itu. Ya, dia menangis karena hal itu. Dia paling benci menghafal, Ia lemah dengan tugas seperti itu. Muka dan nama sepupunya saja ia sering lupa. Apalagi tulisan seperti ini ditambah tenggang waktu 4 hari yang singkat di hitung mulai hari ini. Berarti ia hanya tersisa 3 hari lagi dan itu pun tidak full 3 hari karena bisa jadi Rafiq menanyakan hafalannya di pagi hari. Berarti ia hanya punya waktu maksimal 2 hari beberapa jam saja.

"huhuhu... Mamaa" lagi Audina mencoba memanggil mamanya lagi. "iya iya kenapa sayang? Mama di dapur" sahut mama Audina. "huhuhu ma.. Qila gak mau kuliah disana. Qila gak suka.. Huhuhu" ketika melihat ibunya sedang memasak Audina langsung memeluk dan mengadu kepada ibunya.

"loh kenapa gitu? Jurusan Farmasi kan bagus Qila" ibunya bingung dengan ucapan anak keduanya ini. Pasalnya jurusan Farmasi tergolong jurusan yang banyak peminatnya. Tapi kenapa anaknya ini tiba-tiba tidak ingin melanjutkan kuliahnya padahal ia baru hanya mengikuti Ospek.

" Disana hafalannya banyak ma.. Qila gak suka.. Susah ma.. " Audina menjawab dengan menahan tangisnya.

" Qila.. Setiap perkuliahan memang ada hafalannya kamu jangan langsung nyerah dong" mamanya memberi semangat sambil balas memeluk Audina.

" ih.. Beda ma.. Disana hafalannya banyak banget.. Aku pusing.. " Audina masih mencoba merayu ibunya agar setuju dengan keinginannya agar tidak melanjutkan kuliahnya di jurusan Farmasi.

" Tidak Qila.. Mama gak bakalan setuju dengan bujuk rayuanmu itu. Itu tidak akan mempan. Kamu harus belajar untuk menerima tantangan ini. Kamu kan yang memutuskan untuk masuk jurusan ini. Jadi kamu harus menyelesaikannya dengan baik. Lebih baik sekarang kamu mandi yang bersih. Kamu bau soalnya" ujar mama Audina.

Sambil melepaskan pelukannya Audina merengut. Benar sih apa yang dikatakan ibunya. Ia yang sudah memutuskan jurusan apa yang akan dia ambil. Sudah sepatutnya ia menerima semua konsekuensi itu. Itu tanggungjawabnya tentu saja.

"baik ma.. "sahut Audina lemah

" ya ampun masakan ku!!" mama Audina nampak panik karena melupakan kegiatan memasaknya tadi. " ini gara-gara kamu Qila. Masakan mama jadi gosong gini nih" mama Audina melihat anaknya kesal.

Audina?
Ia hanya menyengir tidak berdosa dan langsung berlari meninggalkan dapur dan mama nya. " iya maaf maa.." Audina ucapkan sambil berlari menuju kamarnya di lantai 2.

"kak !" suara cempreng memanggilnya saat Audina hampir menuju kamarnya. Adam, adik sepupunya sedang menginap di rumahnya bersama tante Laila alias ibunya Adam.

"Eh adam! Adik kak Qila yang caem udah mandi belum?" Audina menghampiri Adam yang sedang duduk di kursi ruang bersantai keluarga di lantai 2. Ternyata Adam sedang bersama ibunya, tante Laila.

"dah" jawab Adam semangat. Jangan tanya kenapa jawabannya singkat dan padat. Karena Adam memang masih kecil. Umurnya saja masih 2 tahun 5 bulan.

"masa sih? Coba kakak cium dulu sini" tanya Audina pura pura tidak percaya. "iya udah wangi. Ugh adam bikin kakak gemes ih" Audina membawa adam di pangkuannya sembari menciumnya terus menerus.

"udah Qila. Kamu mandi dulu baru main sama adam. Kasian dia kalau harus mandi lagi karena ketularan bau asem kamu" canda tante Laila

"ih apaan sih tante. Aku gak asem kali kok, cuman agak keringatan aja. Eh tapi kasian adam juga sih. Yaudah kakak mandi dulu ya adam. Abis itu kita main lagi" janji Audina. Sedangkan adam ia hanya mengangguk sembari menatap Audina yang berjalan ke kamarnya.

*****

Malam ini Audina akan berusaha meminta bantuan kakak nya Gilang agar mau membantunya menghafal bahasa latin tadi. "kak bantuin Qila menghafal bahasa latin dong kak" pintanya kepada Gilang yang sedang bermain hp.

"kakak lagi sibuk Qila. Jangan ganggu kakak dulu, lagi seru nih. Udah sana hush hush" Gilang mengusir tanpa memandang adiknya. "Ish kakak pelit amat sih" gerutu Audina. Saat akan menghampiri mama nya agar membantu dirinya menghafal ternyata mama nya sedang kedatangan tamu. Gagal sudah ia meminta tolong kepada ibunya.

"yaudahlah tidur aja. Gue juga malas Ngapalin bahasa latin ini. Cusss tidur" setelahnya Audina benar-benar tidur dan melupakan hafalannya itu.

*****

Siang ini langit sudah sangat terik. Menu makan siang yang sudah dibawa oleh para peserta Ospek sudah di atas meja. Mereka akan makan siang, lauk yang sudah di suruh oleh panitia dengan main tebak-tebakan juga sudah ia bawa.

"Audina lo salah bawa lauk?" Mita bertanya ketika melihat lauk yang di bawa oleh Audina. Tapi ia merasa tidak salah membawanya, sesuai dengan kode kode semalam.

"enggak kok"jawabnya bingung karena ucapan Mita. "tapi lo salah bawa tahu nya. Yang di minta itu tahu kuning. Spongebob Audina bukan tahu biasa, tahu biasa gak kuning kayak Spongebob" Mita menjelaskan apa kesalahan Audina.

"eh iya gue salah ya ampun. Gimana dong?" Audina panik sendiri jadinya.

Saat ia melihat ke belakang kakak panitia sudah melakukan pemeriksaan atas lauk yang di bawa oleh peserta Ospek. Apakah ada yg salah atau tidak.

"gue makan.! Iya bener! Gue makan aja sekarang biar pas di tanya Spongebob gue mana tinggal gue bilang udah abis" ide itu melintas langsung di kepalanya.

"bener! Cepet lo makan biar gak ketauan.. Cepet! " bersamaan dengan itu Audina sudah mulai memakan tahu nya.

" coba kakak lihat punya kalian" seorang panitia menghampiri mereka. "tahu kamu mana?" tanya panitia Ospek itu. "udah habis kak. Barusan saya telan hehehe" ujar Audina. "oh.. Oke" setelah panitia ospek itu melewati mereka barulah mereka bernafas lega.

"kenapa kalian menghelanafas seperti itu" Audina mengerutkan kening. Apa ia masih belum selamat dari pengawasan? Batinnya.

"hehehe gak apa apa kak. Suka aja menghelanafas kayak gitu" jawab Audina asal. Sedangkan Rafiq yang mendengar pernyataan itu hanya menaikkan abisnya karena saja merasa aneh.
Tapi ia membiarkan saja pernyataan absurd dari Audina tadi.

"Gimana dengan hafalannya? Udah sejauh mana lo hafal? " suara kak Rafiq mengejutkan Audina yang sedang makan. Tiba-tiba saja seperti ini membuatnya terkejut tentu saja. Padahal ia sedang makan siang bersama teman-teman nya.

Masih Ospek sih emang tapi apa gak bisa nunggu siap makan aja? Gerutu Audina di dalam hati.

"belum kak.. Tapi masih coba di hafal kok" Audina mencoba berbohong dengan samar. Ia tidak terlalu pandai untuk berbohong, tapi ini demi keselamatannya di Ospek ini. Mana mau dia menyerahkan lehernya begitu saja untuk di penggal oleh kak Rafiq.

"Oke.! Kalau gitu lo gue tes nanti setelah makan siang." Rafiq menyeringai kemudian.

*****

Holaaaaa gimana gimana gimana?
Vote dan sarannya dungss

Aku masih pemula jadi masih banyak kekurangan disana sini jadi butuh kritik dan saran
Jadi kritik dan sarannya di tunggu yaa

Terima kasih ^^

PerilouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang