W.10★

38 5 4
                                    

Raya menaiki panggung utama di aula tempat acara nanti akan dilaksanakan. Gadis itu membantu para teman osisnya memasang baner dan beberapa balon huruf. Karena acara ini akan dilaksanakan hari senin ,maka sabtu ini semua panitia sudah mendekor aula .Dan untuk jadwal gladi akan diadakan hari minggu.

"Raya.." gadis itu menoleh mendapati Icha dengan beberapa lembar kertas ditangannya.

"Grand pianonya mau ditaruh dimana nih? Yang kira-kira bisa on point gitu" Icha mengarahkan dagunya ke grand piano disudut panggung.

"Samping sana aja deh ya?" Raya mengarahkan tangannya seperti mengarahkan piano besar itu ke sisi kanan panggung.

"Oke deh..nuhun" Icha berlalu dari sana.

Raya kembali merapikan balon dipinggir banner. Meskipun tidak ada yang tau kalau Raya benci dengan balon. Suara decitan ketika balon bergesekan dan jika balon itu meletus sangat di benci oleh gadis itu. Berhubung ini hanya sebuah balon huruf jadi it's ok lah untuk Raya.

Raya yang sudah selesai dengan pekerjaannya mengalihkan pandanganya untuk mencari hal yang bisa ia bantu kerjakan. Dia tengah aula yang kosong itu beberapa pengurus osis sedang meniup balon biru. Raya bergidik ngeri melihat Gusti meniup balon dengan santai lalu menaruhnya dilantai aula.

Raya mencoba mencari pekerjaan lain selain meniup balon. Matanya menerawang,namun nihil. Nyatanya semua orang kini bergerak menuju tengah aula untuk membantu meniup balon yang katanya ada 30 biji.

Sebenarnya ada 300 balon yang akan disimpan dibagian atas aula dan akan dilepaskan kebawah saat penghujung acara. Namun untuk balon sebanyak itu tentu saja anggota osis memilih untuk memesannya.

"Raya...sini lo...bantuin anuin ini" teriak Rena sambil mengacungkan bungkusan berisi balon.

"Apaan?" Raya berjalan mendekat kearah Rena.

"Tiup balon atuh...bibir gue udah ga kuat" Rena mencibir.

"Gue ga bisa ren..." Raya memelas.

Tuk

Gusti menjitak kepala Raya, "bantuin ray" cowok itu menyerahkan satu balon kehadapan Raya.

Raya hanya pasrah lalu duduk ,tangannya meraih balon itu. Baru saja tangannya hendak mengarahkan balon ke mulutnya,sebuah tangan memegang tangan Raya.

Mengambil balon itu lalu meniupnya seraya duduk disebelah Raya.

"Vernon?" ucap Raya. Gusti menoleh dan melongo membiarkan balon dimulutnya melayang.

"hmm" cowok bule itu tersenyum seraya melambaikan tangannya ke teman-teman yang kini memandangnya.

"nihh..." Vernon menyerahkan balon yang sudah ia ikat ke Rena.

"kapan lo pulang Ver? Oleh-oleh mana? Punya gue harus lebih banyak tau!" cerocos Rena seraya menggoyangkan bahu Vernon.

"kemarin gue baru pulang,gimana kabar sekolah?" Tanya Vernon

"to the point aja deh Ver,oleh-olehnya mana?" seru Rena

Vernon menunjuk sebuah kardus disamping pintu masuk aula,segera mungkin Rena berlari disusul para osis lain.

"gimana kabar lo ?" Vernon mengusap puncak kepala Raya.

"baik" jawab Raya seraya tersenyum

"ray...inget ngga apa yang selalu gue bilang ke lo?" Raya mengernyitkan keningnya.

"jangan senyum palsu dan sok baik-baik aja,--"

"didepan gue" ucap Vernon dan Raya bersamaan.

"nah itu lo tau" Vernon menarik Raya keluar dari Aula,

"pinjem Raya dulu, Daf" seru Vernon melihat Daffa yang berjalan berselisih dengannya .

"yoi,ambil aja" Daffa mengacungkan jempolnya.

**

"oh jadi besok lo duet sama Niko" Vernon mengangguk mengerti

"lo kenal Niko ,Ver?" Vernon mengangguk.

Apa hanya Raya yang tidak pernah melihat Niko? Pertama kali ia bertemu sepertinya saat latihan duet ini.

"dia kan dulu anak fotografi,satu ekskul sama gue" ucap Vernon

"lo udah les –les belum buat UN?" Tanya Vernon

"besok baru mau ndaftar ,kalo lo?" jawab Raya

"gue ikut lo deh,sekalian mau ndaftar les juga"

"dimana ndaftarnya?" Tanya Vernon

"jalan tamansiswa" ucap Raya seraya melirik Vernon yang masih setia menyeruput es tehnya.

"oke deh,gue jemput ya" Raya mengangguk.

"eh..emang lo udah punya sim?" Tanya Raya seraya menengok ke Vernon

"punya kok "

"kok bisa?"

"iya,SIM , surat ijin mencintai" Vernon mengeluarkan smirk nya.

"dasar bucin!"

"yah..bucin teriak bucin" Nyinyir Vernon.

**

"ehh...malaikat pencabut nyawa udah balik dari New York" seru Salsa saat melihat Vernon dan Raya berjalan di lorong.

"panggilan gue dibagusin dikit ngga bisa?"

Salsa menggeleng. 'malaikat pencabut nyawa' , nama panggilan itu diberikan oleh Salsa saat awal kelas 7 . Saat itu Vernon yang notabene adalah bule dengan muka cool dan sikap ramah mendekati Raya . Vernon mendekati Raya dan menjadikan beberapa kakak kelas yang mengidolakannya membenci Raya.

Pernah saat kemah kelas 7 , regu Raya dipersulit oleh para fans Vernon. Walaupun perasaan Vernon tidak terbalas namun ia tetap berteman,bahkan mungkin lebih dekat. Menurut cowok itu,Raya memiliki virus yang membuatnya selalu semangat.

"ray..kelas kuy" ajak Salsa

"yuk..gue duluan ya Ver" setelah berpamitan,kedua gadis itu berjalan menyusuri lorong menuju kelas mereka.

tbc

hai semuanyaaaa...!!!

aku kembali dengan dua karakter baru,Niko sama Vernon. Dan untuk Fariz,hmmmm mungkin bakal balik lagi...tapi masih dirahasiakan ya.

terima kasih...

dapet salam,

SALAM KENAL, DARI VERNON

WHY?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang