Dua hari telah berlalu setelah kejadian Seongwu yang menenangkan Minhyun. Aktifitas utama dosen dan mahasiswa di kampus mulai berjalan kembali. Minhyun berjalan menuju lokernya dengan lesu. Bukan karena hari senin adalah hari yang paling ia benci. Hanya saja kejadian malam itu masih menghantuinya dan rasa bersalah yang memberati hatinya tidak berkurang sama sekali.
Minhyun mengambil buku-buku yang ia perlukan dari lokernya, kemudian beranjak 3 kolom ke kanan dari lokernya. Ia membuka loker tersebut, meletakkan kemeja dongker yang sudah terbungkus bersih dan rapi, disertai dengan selembar kertas kuning berisi tulisan tangan di sana. Setelah itu, ia melakukan aktifitasnya di kampus seperti biasa.
_________
Seongwu masih berkumpul dengan panitia inti OSPEK kemarin untuk mengurus beberapa hal. Ia tidak masuk kelas apa pun hari ini. Ia masih khawatir dengan keadaan Minhyun, tetapi ia tidak bisa meninggalkan tanggung jawabnya.
Sore itu, setelah urusannya selesai, Seongwu berjalan menuju lokernya untuk menyimpan buku-bukunya yang menurutnya menyebalkan itu. Walaupun Seongwu termasuk mahasiswa yang pintar, belajar adalah hal kedua yang paling ia tidak suka setelah para penggemar Daniel.
Seongwu membuka lokernya dan mendapatkan secarik kertas berwarna kuning dan kemeja dongker yang ia pinjamkan kepada Minhyun dua hari yang lalu. Ia membaca isi kertas tersebut.
Maaf merepotkanmu kemarin.
Maaf juga karena meninggalkanmu begitu saja tanpa pamit terlebih dahulu.
Aku harap kau bisa melupakan kejadian kemarin.
Kau tidak perlu berpura-pura bersikap baik kepadaku.
Aku bisa mengatasi masalahku sendiri.
Sebaiknya kau menjauhiku atau kau akan dianggap gay menjijikan oleh orang lain.Hati Seongwu langsung jatuh setelah membaca surat pendek itu. Ia meremukkan kertas itu dan berlari menuju klub paduan suara. Ia yakin Minhyun tidak akan meninggalkan aktifitas kampus seberat apa pun masalahnya.
_________
Daniel bisa melihat kekasihnya berdiri di depan loker sambil memegang secarik kertas. Ia baru saja akan menyapa Seongwu, tetapi Seongwu sudah berlari menaiki tangga. Daniel berjalan menuju loker Seongwu. Ia memungut remukan kertas yang baru saja dilempar kekasihnya itu ke lantai.
Setelah membaca torehan tinta biru diatas kertas tersebut, Daniel meremukkan kertas tadi, seperti apa yang dilakukan Seongwu. Bedanya, ia tidak membuang kertas tersbut. Ia tetap menggenggamnya dan membawanya ke lantai 2.
Setelah menaiki tangga, Daniel dapat melihat Seongwu mengintip ke dalam ruang klub paduan suara dengan ekspresi murung. Daniel tidak berpikir panjang. Ia melangkah cepat, menghantam keras pintu klub paduan suara.
Ia mengabaikan sahutan Seongwu yang terdengar terkejut akan kehadirannya disitu. Peduli setan ia belum sehari resmi menjadi mahasiswa. Matanya memindai seisi ruangan dan mendapatkan Hwang Minhyun membaca buku di sudut ruangan.
Kakinya ia langkahkan mendekati posisi Minhyun. Setelah ia rasa cukup dekat, ia mulai mengonfrontasi Minhyun.
"Hwang Minhyun! Lo pikir apa yang lo lakuin?!" Suara Daniel geram akan kemarahan. Minhyun yang merasa terpanggil, terkejut melihat Kang Daniel yang sudah lama tidak berurusan dengannya berdiri di depannya.
Daniel melempar kertas yang sedari tadi ia genggam tepat mengenai pipi Minhyun. Minhyun yang sudah tahu apa isi dari kertas tersebut memilih untuk diam sejenak. Ia rasa ia tahu kemana pembicaraan ini berarah. Minhyun berdiri, melipat tangannya di depan dadanya.
"Menurutmu apa yang aku lakukan? Aku tidak melakukan hal yang dapat melukai kekasihmu atau semacamnya. Aku hanya memintanya untuk menjauhiku-"
*PLAKK*
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruthless; Minhyunbin [DISCONTINUED]
FanfictionHwang Minhyun. Kebanyakan orang akan mengerutkan keningnya ketika mendengar nama tersebut dikontarkan. Reputasinya di Universitas Seoul bukanlah yang terbaik. Bukan karena ia seorang berandalan atau mafia, tetapi karena rumor yang beredar di sekitar...