Sabtu pukul 9.50, Minhyun dan Seongwu sudah bisa terlihat bersantai di salah satu meja di Kafe Wanana, menunggu datangnya pesanan mereka. Suasana di kafe lebih tenang dari yang Minhyun bayangkan. Ia sering mendengar orang-orang dikampusnya membuat janji bertemu di kafe ini, jadi ia pikir tempat ini akan lebih ramai daripada saat ini.
"Disini emang nggak terlalu rame ya? Pada takut ketemu Pak Jisung, kah?" tanya Minhyun. Ia pikir mungkin para mahasiswa di kampusnya ingin menghindari bertemu dosen walaupun dosennya sebaik Pak Jisung, yang kebetulan adalah pemilik kafe ini.
"Belakangan ini ramenya di jam shift kerja part-timer yang baru masuk minggu lalu. Katanya sih masih SMA jadi ga bakal bisa ngambil jam pagi," jelas Seongwu selaku pelanggan setia Kafe Wanana. Mendengar penjelasan Seonggwu, Minhyun hanya mengangguk-angguk.
Tidak lama menunggu, waiter yang ditunggu-tunggu akhirnya datang membawa dua gelas minuman yang mereka pesan. Sekarang mereka hanya perlu menunggu Daniel yang kemungkinan akan datang tidak lebih dari 10 menit dari sekarang.
Minhyun bisa melihat Seongwu tersenyum-senyum sendiri sambil menyeruput minumannya. Saat ditanya mengapa, Seongwu hanya menjawab kalau Minhyun nanti akan paham sendiri atas mood baiknya.
Seakan-akan direncanakan, Daniel datang sesaat setelah Seongwu selesai bicara, bersama dengan seseorang yang jauh dari kata asing di mata Minhyun.
Mata Minhyun dan orang tersebut membelalak, memandangi satu sama lain.
_________
Beberapa hari yang lalu
"Eh taik kutu, mending lo kerjain tugas gue. jangan cari alasan buat ngulur waktu deh. Lo udah kalah taruhan tadi siang," celetuk Daniel sambil mendorong kursi yang diduduki Hyunbin dengan kakinya.
Hyunbin hanya menatap balik Daniel dengan tatapan sinis. Ia bersikukuh jika ada taruhan selanjutnya, ia akan membuat Daniel menjadi jongosnya.
"Kalo ga lo lakuin hukumannya bakal berlaku, bro. Jalan keliling kampus pake rok mini."
"Ini kan dare dari Jaehwan. Ngapain lu yang maksa-maksa gue buat jalanin?"
"Yeu kan ada untungnya di gue juga. Syukur bener lo gaada kelas bareng Jaehwan. Dapet berkah nih gue. Lo juga harusnya bersyukur dare gue ga ribet."
"Lo ngambil waktu tidur berharga gue di hari Sabtu buat jadi pesuruh. Enak bener lo bilang dare lo ga ribet."
"Hush. Talk less do more. Kerjain tuh."
Hyunbin melempar buku terdekat yang bisa digapainya ke arah Daniel.
_________
Daniel yang mulai siaga akan kemungkinan Hyunbin akan kabur, mendorong Hyunbin ke meja Minhyun dan Seongwu, lalu memaksa pria tersebut itu untuk duduk.
"Ingat janji lu. Lu jantan kagak?" ancam Daniel, untuk memastikan bahwa Hyunbin ingat dengan konsekuensi jika ia melanggar janji mereka.
Hyunbin mendecih, memutar bola matanya, lalu melirik Minhyun yang bahkan tidak menyembunyikan kenyataan kalau ia menghindari tatapan mata Hyunbin.
Seongwu dan Daniel saling bertatapan seolah-olah mereka bisa mengerti isi pikiran satu sama lain hanya dengan saling bertatap, lalu menganggukkan kepala seakan mereka sudah mencapai kesepakatan.
Daniel duduk lebih tegap, meminta perhatian dari seluruh penghuni meja. "Ekh, jadi kemaren katanya ada yang pengen tahu lebih soal-"
Tangan Hyunbin langsung melayng untuk membekap mulut Daniel. Bisa dilihatnya dari ujung matanya Seongwu tersenyum lebar dengan seringaian yang tingkat menyebalkannya bisa menyaingi seringaian Daniel. Minhyun yang duduk di depannya masih sibuk menyeruput gelas minumannya yang jelas-jelas sudah tidak berisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruthless; Minhyunbin [DISCONTINUED]
Hayran KurguHwang Minhyun. Kebanyakan orang akan mengerutkan keningnya ketika mendengar nama tersebut dikontarkan. Reputasinya di Universitas Seoul bukanlah yang terbaik. Bukan karena ia seorang berandalan atau mafia, tetapi karena rumor yang beredar di sekitar...