2.3

386 72 17
                                    

cek author note dibawah juga ya^^

__________________

"Woy, Kwon. Nih, dari adek gue."

Hyunbin menoleh ke arah sumber suara. Bisa dilihatnya Hyojun menyodorkan sebuah amplop yang kemungkinan berisikan surat yang entah apa isinya. Hyunbin menerima sodoran surat dari Hyojun dan menginspeksinya untuk menebak kira-kira apa isi di dalamnya.

"Lah elah ya surat cinta lah, bor. Kayak lu ga nerima yang gituan minimal tiga kali seminggu aja." Hyojun memutar bola matanya. Bukan karena iri, tetapi karena muak dengan akibat kepopuleran temannya itu.

"Hm... Yaudah. Makasih ya," ucap Hyunbin singkat. Setelah Hyojun pergi dari kelas, ia membuka amplop tadi dan mulai membaca isi surat tersebut.

"Lo bakal tolak lagi kan?" Hyunbin mendengar suara berat dari bahu kirinya, yang tidak lain dan tidak bukan bersumber dari sobat karibnya.

Hyunbin mendorong pelan kepala Daniel tanpa mengalihkan fokus pandangannya dari surat yang sedang dibacanya.

"Woy main dorong-dorong ae lu."

"..."

"Sombong lu mentang-mentang tenar."

Setelah selesai membaca surat tadi, Hyunbin kembali memasukkannya ke amplop dan menyimpannya ke dalam tasnya. Ia memutar badannya ke kiri untuk menghadap Daniel yang sedari tadi menyandar di kursi di samping tempat duduknya.

"Lu kayak ga sering nerima surat beginian–"

"Iya tapi ga tiap minggu juga–"

"Ya elu kan punya pacar."

"Trus kenapa lu ngejomblo?"

"Ya suka-suka gue dong."

Mereka berdua terdiam setelah perdebatan mini tidak penting yang sering mereka jalani setiap berbincang.

"Jadi lo bakal tolak itu adeknya Hyojun?" Daniel memulai pembicaraan lagi. Ia menyeret kursi yang ia sandari tadi untuk bisa duduk berhadapan dengan Hyunbin.

Hyunbin mengangguk, mengiyakan pertanyaan Daniel. "Dia ga minta "ketemu di belakang gedung" atau gimana. Jadi gue kirim surat balik aja," ucap Hyunbin sambil mengerutkan dua jarinya untuk mengisyaratkan tanda kutip.

Daniel menghela napasnya dan memijit pelipisnya. "Itu lo bisa tolak anak gadis baik-baik. Kalo lo emang ga suka sama Kak Minhyun, kenapa lo ga tolak baik-baik juga?"

Melihat arah pembicaraan Daniel, Hyunbin menaikkan sebelah alisnya. "Gue gatau dia beneran suka sama gue atau cuma ngejar badan–"

"Lo ngajak ribut lagi kayak minggu lalu?" Daniel memotong perkataan Hyunbin dengan nada yang menantang.

Sekarang giliran Hyunbin yang menghela napasnya. "Ya gimana gue mau nolak? Confess ke gue aja dia kagak? Kek kegeeran bener gue jadinya ntar. Lagipula gue ga ngomong sama Hwang Minhyun itu udah setahun lebih."

Dari gaya bicara Hyunbin, Daniel menarik kesimpulan kalau Hyunbin sudah cukup tenang dibandingkan minggu lalu. Ia pikir ini waktu yang tepat untuk menjalankan aksinya.

"Lu kalo selalu mikir yang enggak-enggak tentang Kak Minhyun ya kapan mau selesai masalahnya, bege?"

Hyunbin tidak merespon, malah mengalihkan pandangannya dari tatapan menghakimi dari Daniel.

"Woy liat muka gue kalo ngomong, boncel. Sama ae lu sama Kak Minhyun," ucap Daniel ketus sambil menendang lutut Hyunbin.

"Apaan sih lu nendang-nendang?!" balas Hyunbin kesal, sambil menendang balik lutut Daniel.

Ruthless; Minhyunbin [DISCONTINUED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang