Hwang Minhyun.
Kebanyakan orang akan mengerutkan keningnya ketika mendengar nama tersebut dikontarkan. Reputasinya di Universitas Seoul bukanlah yang terbaik. Bukan karena ia seorang berandalan atau mafia, tetapi karena rumor yang beredar di sekitarnya. Rumor bahwa ia adalah seorang gay yang suka bergonta-ganti pasangan tidurnya dan dapat merayu pria manapun melalui tatapan matanya.
_________
"Ah, permisi... Apa, uh, anu... kursi ini, um... kosong?"
Minhyun menolehkan pandangannya ke arah datangnya suara tersebut. Ia terdiam sejenak dan mengedarkan pandangannya untuk melihat keadaan kelas, sebelum mempersilakan pria yang bertanya padanya tadi untuk duduk di sampingnya. Pria tadi berterima kasih, lalu duduk di kursi tadi, tetapi tidak sebelum memberi jarak yang menurutnya cukup aman dari kursi yang diduduki Minhyun.
"Kim Taeyong. Kemungkinan orang ini dapat dare lagi dari teman-teman sepermainannya."
Tidak sekali dua kali orang akan meminta untuk duduk disampingnya. Kebanyakan dari orang-orang itu mendapat dare, sedang menjalankan taruhan, atau sedang uji nyali. Tidak banyak dari mereka yang duduk disampingnya tanpa memandang reputasinya.
Dari bagaimana Taeyong tidak mau menatap matanya, Minhyun dapat menyimpulkan bahwa Taeyong dipaksa teman-temannya untuk duduk di samping Minhyun. Mungkin Taeyong takut ia akan "terhipnotis sehingga mau bermalam dengan sang penggoda". Minhyun tidak terlalu memikirkan hal-hal bodoh seperti rumor-rumor itu dan ia sudah terbiasa dengan situasi-situasi seperti ini. Tidak ada yang baru.
Di saat makan siang, Minhyun tidak pernah berada di kafeteria terlalu lama. Ia akan membeli makanan untuk dibungkus dan memakannya di ruang kerja salah seorang dosen seni rupa. Seperti saat ini, dimana ia sedang menyantap donkatsu sambil mendengar celotehan dari Ahn Jaehyun, selaku pemilik ruangan.
"Hehehe. Trus kemaren Nayeon juga udah bisa ngomong "Papa", lho! Ah, aku bangga bangeet. Pintel anet putri kecayangan papah uhuh~" celoteh Jaehyun dengan semangat sambil mencium-cium foto putrinya yang selalu ia bawa kemana-mana. Merasa tidak diindahkan, ia menatap Minhyun dan berusaha mengajaknya berbicara.
"Minhyun, kamu nggak tertarik buat ketemu Nayeon?? Dia unyu bangetㅡ"
"Pak. Kemarin Bapak sudah mengajak saya bertemu anak dan istri Bapak. Saya rasa untuk mengunjungi rumah Bapak dua hari berturut-turut tanpa alasan yang jelas itu kurang etis, Pak Ahn." Minhyun memotong ucapan Jaehyun. Ia kemudian membereskan sampah pembungkus makanannya untuk dibuang ke tempat sampah.
"....Itu barusan kamu motong pembicaraan kakak. Menurut kakak itu lebih nggak etis, Hyun. Dan nggak bisa gitu kamu manggil "Kakak" ke aku dan nggak bicara seformal itu?" ucap Jaehyun sambil membereskan foto-foto putri kesayangannya yang baru saja ia pamerkan kepada orang yang sudah dia anggap sebagai adiknya sendiri itu. "Bikin orang ngerasa makin tua tau gak," lanjutnya.
"Kita masih berada di lingkungan kampus, Pak. Saya tidak mau nama Bapak tercemar karena Bapak bersikap sangat familiar dengan saya," jelas Minhyun. Keheningan muncul sesaat setelah ucapan Minhyun tersebut.
Jaehyun menghela napasnya dan memijat pelipisnya. "Yaudah. Bentar lagi jam istirahat habis. Mending kamu balik ke kelas sekarang."
Minhyun mengangguk dan mulai membereskan barang-barangnya. Tidak lupa ia mengambil sebungkus permen stroberi dari toples yang ada di meja kerja Jaehyun dan menyimpannya ke dalam saku celananya. Ia kemudian berdiri dan pamit untuk ke kelas.
"Minhyun."
Minhyun yang baru akan membuka pintu menoleh ke belakang untuk bertatap muka dengan tetangganya di masa kecil itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruthless; Minhyunbin [DISCONTINUED]
Fiksi PenggemarHwang Minhyun. Kebanyakan orang akan mengerutkan keningnya ketika mendengar nama tersebut dikontarkan. Reputasinya di Universitas Seoul bukanlah yang terbaik. Bukan karena ia seorang berandalan atau mafia, tetapi karena rumor yang beredar di sekitar...