Chapter 2.2

1.8K 167 6
                                    

Aku terkejut saat mendengar Joo berteriak. Ku buka mataku perlahan, antara sadar dan tidak. Aku melihat Joo ada di sebelahku dengan selimut menutupi badannya. Aku berusaha mengingat kembali apa yang terjadi dengan aku dan Joo. Semalam kami menghabiskan malam natal dengan minum berdua, setelah itu aku menggendong Joo masuk ke kamar, dan setelah itu,,, aku tersenyum dan menggaruk kepalaku yang tidak gatal.

"MARCUS CHO KYUHYUN!!!" seru Joo. Aku menunduk dan memegangi telingaku. Suaranya benar-benar memekakkan telinga." Mikirin apa !?"

"Pakai baju kamu, atau mau aku bantuin." Candaku. Joo melempar bantal ke padaku. Secepat kilat aku bangun. Joo berteriak sekali lagi karena aku lupa memakai boxer ku.  Aku mengambil boxer yang tergeletak di lantai dan berlari ke luar kamar.

***

Sudah seharian Joo mengurung diri di kamar.  Aku sedikit khawatir, karena sejak pagi dia tidak sarapan. Bagaimana kalau dia pingsan di dalam. Ah, semua gara-gara mabuk semalam. Tapi semalam adalah malam natal terindah seumur hidupku. Untuk pertama kalinya, aku dan Joo tidur bersama setelah setahun lamanya kami menikah.

Terdengar decit pintu di buka.  Joo keluar dari persembunyiannya. Wajahnya terlihat sangat kusut,  rambut cepolnya tidak beraturan. Piyamanya juga sangat jauh dari kesan rapi. Begitu frustasikah istriku setelah semalam menghabiskan malam bersamaku, suaminya sendiri.

"Are you Ok, beb?" tanyaku basa-basi saat dia masuk ke dapur. Tidak ada sahutan darinya, yang kudapat justru lirikan matanya yang sinis. Aku kembali ke sofa dan fokus dengan acara yang ada di layar kaca. Bahkan saat Joo duduk di sampingku, aku tidak berani menatapnya. Aku tidak mau membuat dia semakin marah. Istriku seperti kerasukan.

"Mana control -nya." Pintanya sambil menatap tajam kepadaku.

"Aku buang ke tong sampah." Jawabku asal-asalan.

"Kamu udah gila, Mark! Kenapa di buang control -nya?"

"Kamu yang sudah gila, jelas-jelas control -nya ada di meja depan kamu, apa efek alkoholnya belum ilang sampai kamu tidak tahu ada control  di meja."

Joo menyambar control di meja dengan emosi. Wajahnya terlihat sangat merah.

"Joo, kamu marah soal semalam. Sekarang jelasin di mana letak salahku. Kita suami istri, apa aneh kalau pasangan  yang sudah menikah menghabiskan waktu bersama semalaman. Apa salah kalau aku tidur dengan istriku sendiri. Apa salah kalau aku mencium istriku sendiri. Aku suamimu, meskipun tidak ada yang tahu pernikahan kita. Aku tetep suamimu yang sah," ucapku emosi dengan nada sedikit tinggi. Control TV yang sedang di genggam Joo jatuh ke lantai. Kedua tangannya menutupi wajah, tanpa aku sadari butiran kristal menghiasi wajahnya.

"Sorry," ucapku lirih.

Joo memelukku, tangisnya pecah. Dia  terisak di  pelukanku.

"Maafin aku. Semua salahku, seharusnya aku tidak  minum semalam. Seharusnya aku minta kamu tidur bukan justru begadang semalaman. Stop crying, please?" Aku mengelus rambut panjangnya  dan mencium mesra  kepalanya.

***

Aku terisak di pelukan Marcus. Benar apa yang dia katakan, dia tidak salah karena dia berhak atas diriku. Aku istrinya, aku hanya malu untuk menyadari bahwa aku mulai jatuh cinta denga Marcus.

Aku baru saja ingin mengucapkan sesuatu saat seseorang memencet bel apartemen. Marcus melepaskan pelukanku dan melihat siapa gerangan, tamu tak diundang yang datang.

"Dear, get ready. Wash your face then tidy up your messy hair." Bisik Marcus dari pintu depan.

"What!?"

"Daniel dan Tiffany datang. Buruan masuk ke kamar mandi."

Secepat kilat aku melompat dari sofa berlari ke kamar mandi. Oh my God. Apa kata anak kembar itu saat melihatku berantakan seperti tadi.

Aku berniat keluar menyambut mereka, tapi urung kulakukan saat kudengar suara perempuan yang tidak asing di telingaku. Tawanya yang khas dan cara bicaranya yang berwibawa, bisa dipastikan. Perempuan yang datang bersama dengan si kembar adalah Madam Isabelle hartley. Yang tidak lain adalah Eomma dari suamiku, aku kembali menatap wajahku di kaca.  Jangan sampai aku kena kritik desainer di hari natal ini. Setelah semuanya beres, akupun segera keluar dari kamar mandi dan ternyata tebakanku tidak salah. Madam lsabelle sudah duduk manis di sofa.

" Eomonim." Sapaku sambil cipika cipiki dengan mertuaku yang sudah tua tapi masih cantik untuk ukuran perempuan berkepala lima. Setelah itu aku melakukan hal yang sama dengan Daniel dan Tiffany.

Madam isabelle memintaku duduk di sampingnya. Aku menurut saja tanpa banyak protes. Marcus duduk di lantai  menggenggam tanganku erat. Dia seolah tahu kalau aku sangat gugup berhadapan dengannya.

"Madam Isabelle, bukannya kata Daniel, anda baru akan datang besok." Ucap Marcus memecah kebisuan ini.

"So," jawabnya singkat.

"So, see you tomorrow madam Isabelle hartley. Silahkan pulang atau ikut mereka ke Hotel. Kita bertemu besok malam.Ok. " Aku terkejut mendengar Marcus berbicara seperti itu ke Madam Isabelle. Madam Isabelle nampak begitu terkejut. Dia tidak mengucap apapun dan melangkah keluar dari apartemenku.  Sampai kapan perang dingin antara Marcus dan Eommanya akan berakhir. Tidakkah ada jalan keluar menangani kasus mereka ini.

"Mark, minta maaf ke Eomeoni. Dia pasti sakit hati mendengar ucapanmu," saranku.

"Nggak perlu,"

Marcus melepas genggaman tangannya dan keluar ke  balkoni. Pandangannya menatap jauh ke langit luas di atas sana.

Aku mendekat dan merangkulnya.

" Semuanya akan baik-baik saja, Mark."

Marcus tidak membalas ucapanku. Dia hanya merangkulku masuk ke dalam pelukannya. Satu kecupan di Puncak kepalaku dia hadiahkan. Aku seakan merasakannya, merasakan tekanan batin yang dia jalani selama ini.



[Jangan lupa krisan dan vomennya ya. Terimakasih, kiss kiss ]

Secret Marriage (Seokyu version) COMPLETETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang