Kim Tae Kyung
Apa yang terjadi dengan saudaraku?
Itu yang kutanyakan kepada diriku sendiri setelah aku menemukan Taehyung dengan kondisi colaps. Darah hasil muntahannya itu yang membuatku khawatir setengah mati. Bagaimana tidak darahnya saja sampai membasahi seluruh pipi kanan dan dada atasnya. Bahkan aku hampir pingsan dibuatnya.
Pria itu sangat mempunyai banyak kejutan. Mungkin kejutan buruk juga.Dulu saat kami masih kanak-kanak dia pernah memberiku sebuah kotak. Katanya ada boneka lucu didalamnya. Tapi ketika aku membukanya. Ada boneka yang sangat menggelikan. Aku tidak tahu itu boneka apa. Tapi menurut bentuk boneka itu, itu adalah boneka alien dengan garpu ditangannya.
Ada apa dengan pikirannya sebenarnya?
Tapi dengan itu ia menunjukkan kasih sayangnya padaku.
Pikiranku melayang kemana-mana.Apa tidak apa-apa jika aku yang selalu menerima? Kenapa dia sabar menghadapi aku? Apa yang telah aku berikan untuknya?
Pertanyaan itu berputar-putar dikepalaku.
Sejauh ini apa?
Aku memperhatikan laki-laki yang sedang berkutat dengan selimutnya. Membungkus leher sampai ujung kakinya, lalu tidur seperti ulat.Jangan lupakan dengkuran halusnya.
Ujung bibirku terangkat membentuk sebuah senyuman. Sudah lama aku tak melihat wajah polosnya.
Wajahnya sungguh damai seperti berada di padang bunga. Aku membelai surai hazel-nya.
Aku berdiri dan berjalan kearah pintu. Hendak meninggalkan ruangan ini sebelum suara husky milik Taehyung menghentikanku.“Mau kemana?” katanya.
Aku membalikkan tubuhku menghadapnya. “Jangan pergi, temani aku." Dia menatapku dengan puppy eyes-nya. “Tidak, aku tidak mau.”
“Bisakah? Ayolah hanya satu malam ini saja, kumohon.” Aku memutar bola mataku.
Tuhan, sebenarnya siapa yang adik disini?
“Tidak Tae. Kubilang tidak berarti tidak.” Aku melangkah keluar. “Tidurlah.” Kataku seraya menutup pintu.
Firasatku tidak enak. Tapi Taehyung baik-baik saja sekarang. Mungkin dia hanya lelah.
Aku memasuki kamarku, yang didominasi dengan warna biru dan putih. Merebahkan tubuhku diatas ranjang, menatap langit-langit kamar. Memejamkan mataku sejenak.
Apa kabar kalian disana? Apa kalian merindukan, tidak, apa kalian ingat dengan kami? Terima kasih telah meninggalkan kami.
Aku merasakan mataku yang memanas walaupun aku menutup mata. Dengan perlahan air mataku terjatuh.
Terima kasih, ini sudah 5 tahun sejak kalian pergi. Aku sangat berterima kasih. Aku terisak. Menggelung diriku diatas ranjang. Menutup wajahku dengan lutut. Dan hanya isak tangisku yang memecah keheningan.❄❄❄
Aku terbangun saat jam menunjukkan pukul 6 pagi. Aku mencuci mukaku, menggosok gigi dan merapikan rambutku. Berjalan kearah dapur, mengeluarkan bahan makanan dan mulai memasak.
Beberapa menit kemudian siap.
“Taetae-ya!!” aku memanggil “Taetae-ya! Sarapan sudah siap!”
aku tidak ingin khawatir. Tapi instingku berkata aku harus segera menghampirinya.
Aku mengetuk pintu kamarnya pelan. “Taetae-ya, kau masih tidur?” Aku membuka pintu itu dan memandang sekeliling. Hanya ada ranjang kosong dengan bantal dan selimut yang berantakan. Juga sandal rumah yang terlempar. “Tae?” Aku memanggil. Tak ada sahutan.
Rasa khawatirku semakin membuncah. “Taetae-ya, eoddi ga?” tanyaku dengan sedikit berteriak.Aku membuka pintu balkon, sedikit kasar.
“Tae?”
Ruang kecil, kosong. Pikiranku melayang kearah kamar mandi. Aku membuka pintu kamar mandi kasar.
Menemukan Taehyung yang terkapar dengan darah di mulut dan di lantai, serta baju dan tangannya. Wajahnya pucat dan berkeringat dingin. “Tae!” Aku cepat-cepat menghampirinya. Menopang kepalanya dan menepuk pelan pipinya.
"Tae, bertahanlah kumohon. Buka matamu!”
Seharusnya aku menerima permintaannya. Apa yang harus aku lakukan?
“Tae, kumohon bangunlah!” Sedikit matanya terbuka. Menatapku dengan sayu. “Tae…” Tangannya terangkat membelai pipiku. Dan dia masih sempat tersenyum.
“Jangan khawatir… Kumohon” katanya dengan lemah. Sebelum matanya kembali tertutup. “Kumohon bertahanlah”
Aku berlari keluar. Mengetuk kasar pintu disebelah apartemenku. “Oppa! Oppa! Cepat buka pintunya!” Tanganku tak bisa berhenti mengetuk kasar pintu itu.
Sampai pintu itu terbuka dan tanganku yang ditahan agar berhenti.
“Ya! Ya! Ya! Apa kau bisa tenang?!” Pria didepanku menatap mataku dengan geram. “Ada apa?! Bisakah kau tidak ribut?! Ini masih pagi!”
“Tolong selamatkan kakakku, kumohon” Tubuhku gemetar tak terkendali. Tangisanku semakin menjadi.“Kumohon, kumohon”
Perubahan raut wajahnya dapat terbaca. Raut wajahnya yang semula kesal berganti menjadi cemas. Kedua tangannya menggenggam tanganku agar tenang. “Ada apa dengan Taehyung? Cepat beri tahu aku!”
“D-dia pingsan. Dia mengeluarkan darah dari mulutnya.” Seokjin oppa – pria itu – melepas genggaman tangannya dan berlari kedalam apartemenku.“Taekyung, ambil handphone-ku dan telepon ambulance sekarang!”
Aku berlari mengambil handphone dan tergesa-gesa memasukkan nomor rumah sakit. Kumohon bertahanlah, Tae. “Halo—“. “Tolong segera kemari, kakakku butuh bantuan!”
❄❄❄
Aku memandang cemas ruang pemeriksaan. Menunggu dengan Seokjin oppa yang menjagaku. Pikiranku melayang.
Apa yang sebenarnya terjadi?
Air mataku terus saja keluar sejak tadi, walaupun aku ingin berhenti.
Dokter keluar dengan tangan yang disimpan disaku mantelnya. “Apa kalian keluarga dari Kim Taehyung?” tanyanya.Seokjin oppa berdiri disampingku. “Ya, benar. Bagaimana dengan keadaannya?” Dokter berkulit pucat itu menatap kami datar. “Ku pikir kita harus membicarakannya di ruanganku. Tidak baik membicarakan keadaan pasien disini.” Seokjin oppa mengangguk.
“Taekyung-ah. Masuklah ke dalam dan jaga Taehyung. Aku akan mengurusnya.” Aku mengangguk.
Berjalan pelan kearah ruangan kakakku. Aku sempat mendengar dokter itu mengatakan sesuatu. Lalu mereka berdua berjalan menjauh dan menghilang dibalik pintu.[]
------------------------------------------------------
Hae gaisss
Vomment juseyoooo~~~

KAMU SEDANG MEMBACA
Stay
FanfictionDia adalah sosok yang selalu kurindu, walau berdiri disampingku. Sosok yang selalu ada untukku Berlarian di otakku. Selalu membuatku ingin melindunginya . . . . Apapun yang terjadi.