Seorang laki-laki paruh baya keluar dari sebuah rumah dengan membanting pintu. Wajahnya tampak marah dan kesal. Namanya adalah tuan Kim Joon Ji. Ia bergegas pergi sambil memakai mantel musim dinginnya.
Di dalam rumah itu, berdiri seorang gadis. Ia diam terpaku sambil membawa baki yang terbuat dari kayu. Matanya memerah dan air matanya mulai menetes. Ia adalah Kim Yoo Jung. Putri semata wayang tuan Kim Joon Ji. Gadis 22th bermata sayu dengan rambut coklat bergelombang. Ia gadis yang sangat cantik.
Yoo jung terjatuh lemas. Ia menunduk dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Ia menangis terisak.
"Ibuuuu... sampai kapan Ayah akan seperti ini padaku." gumamnya di sela tangis.
Di sebuah nakas di belakang sofa terdapat foto pernikahan kedua orang tuanya. Mereka berdua tampak sangat bahagia dalam foto itu.
[flashback]
Kehidupan pernikahan tuan dan nyonya Kim berlangsung dengan baik. Mereka berdua saling mencintai satu sama lain, mereka adalah pasangan yang sempurna. Hingga suatu hari nyonya Kim dinyatakan hamil oleh dokter di sebuah klinik.
Nyonya Kim memiliki kelainan jantung bawaan sejak lahir. Ia harus hati-hati dengan kesehatannya. Tidak boleh kelelahan dan bekerja terlalu keras. Dokter mengatakan seharusnya nyonya Kim menunda untuk memiliki momongan dan berfokus pada operasi jantungnya. Dokter menyarankan untuk menggugurkan kandungannya karena akan sangat beresiko bagi kesehatannya. Namun ibu bersikeras ingin mempertahankan kandungannya. Dokter pun tak sanggup lagi membujuk bahkan tuan Kim sekalipun.
Dirumah, tuan Kim masih mencoba membujuk istrinya. Ia sangat khawatir dengan kesehatan istrinya itu. Namun nyonya Kim menggeleng. Ia menangkupkan kedua tangannya di pipi sang suami.
"Kalau kita menggugurkan bayi ini. Itu sama saja kita membunuh anak kita sendiri. Kau tau aku sangat ingin memiliki seorang bayi." kata nyonya Kim.
"Tapi..." tuan Kim menyela.
"Suamiku. Aku mohon. Ini adalah sesuatu yang sangat aku inginkan. Kau harus mendukungku supaya keadaanku baik2 saja. Kita harus yakin."
Nyonya Kim memegang erat tangan tuan Kim yang hangat. Tuan Kim tak sanggup lagi membujuk istrinya itu. Ia adalah wanita dengan tekad yang kuat. Mereka pun saling berpelukan.
Waktu berlalu dan musim pun berganti. Nyonya Kim merasakan tanda dirinya akan segera melahirkan. Tuan Kim yg slalu siaga segera membawa istrinya ke rumah sakit. Setibanya di rumah sakit para dokter segera melakukan tindakan. Tuan Kim menunggu dengan gelisah sambil mondar mandir dan terus berdoa untuk keselamatan Istri dan bayinya.
Beberapa saat kemudian terdengar suara tangis bayi dari dalam ruangan bersalin. Perawat mengatakan bayinya sudah lahir. Bayi perempuan yang sangat cantik seperti ibunya. Ia pun segera masuk untuk melihatnya.
Tampak nyonya Kim terbaring sambil mendekap bayi mungil di sampingnya. Tuan Kim menghampirinya perlahan. Ada kelegaan dan kebahagiaan yang membuncah hingga membuatnya hampir menangis. Ia berulang kali mencium kening istri dan bayinya bergantian. Ia merasa hidupnya kini tlah sempurna.
Beberapa jam kemudian nyonya Kim mengalami pendarahan hebat dan kondisinya melemah. Tuan Kim syok dan berlari memanggil dokter. Kondisi nyonya Kim tidaklah bagus hingga keadaan memburuk dan ia pun koma.
Tuan Kim merasa terpukul dan amat sedih. Ia bergumam seharusnya nyonya Kim menuruti perkataan dokter. Ia menunggu nyonya Kim di ruang ICU. Ia mencium dan memeluk tangan istrinya berharap bisa memberi kekuatan agar istrinya cepat sadar.
Malam itu tuan Kim menjaga nyonya Kim hingga mengantuk dan tertidur. Hingga suara monitor membuatnya terperanjat bangun. Mesin itu berbunyi dengan keras, ia nampak terkejut dan segera berlari memanggil dokter.
Dokter dan perawat bergegas masuk. Tampak dokter memeriksa denyut jantung dan membuka mata nyonya Kim. Tuan Kim panik karna bunyi beep terdengar panjang dan monitor jantung berganti garis datar. Tuan Kim meraung2. Dokter menyuruh perawat untuk membawa tuan Kim agak menjauh.
"Selamatkan istriku dokter. Tolong selamatkan dia....!!!" pinta tuan Kim.
Perasaannya berkecamuk.
----------
Tuan Kim menangis di depan pusara baru. Disisi batu nisannya ada foto nyonya Kim. Kini ia benar2 kehilangan istrinya. Hanya tinggal ia dan Yoo Jung yang masih bayi.
Semenjak saat itu tuan Kim tak pernah tersenyum sama sekali. Ia menjadi orang yang dingin. Ia membesarkan Yoo Jung dengan setengah hati. Karna setiap melihat Yoo Jung hatinya kembali sakit. Teringat istrinya yg merelakan nyawa untuk Yoo Jung seolah ialah penyebab meninggalnya sang istri tercinta.
[flashback end]
Yoo Jung berjalan ke dapur. Lalu duduk di sebuah kursi dan meminum kopi yang ia buatkan untuk ayahnya tadi. Dimata Ayah ia selalu salah. Tak sekalipun Ayah memujinya. Memanggil namanya pun hanya sesekali. Meski begitu ia tumbuh menjadi gadis yang kuat dan tegar. Ia sudah terbiasa mendapat penolakan secara ucapan dan perbuatan. Makanan minuman dan yang segala sesuatu yang ia siapkan untuk Ayah tak pernah disentuhnya sama sekali.
Yoo Jung bersiap pergi bekerja di sebuah minimarket sebagai kasir. Ia bekerja dengan tekuk untuk menghidupi dirinya sendiri. Ayah sangat jarang memberinya uang semenjak selesai sekolah. Ia bahkan bekerja paruh waktu saat SMA untuk membeli buku dan uang saku. Ia tak pernah mengeluh.
Hari ini hari peringatan kematian ibunya. Ia menyiapkan segala sesuatunya dan menunggu Ayah pulang. Saat Ayah pulang ia menyambutnya dengan senyuman. Ayah berjalan sempoyongan karena mabuk. Ia menepis tangan Yoo Jung yang ingin membantunya masuk ke dalam.
Ayah melihat ada berbagai macam perlengkapan ritual di meja. Tiba tiba ia mengamuk dan menendang meja hingga semuanya berhamburan. Yoo Jung menjerit karena terkejut.
"Aboeji.... apa yang kau lakukan. Ini semua untuk upacara mengenang ibu...." Yoo Jung memegangi lengan Ayah.
Ayah marah dan menepisnya dengan kasar.
"Kau tidak berhak melakukan semua ini...!!!" bentak Ayah.
Yoo Jung beringsut takut.
"Tapi Ayah...."
"Berhentilah merengek. Aku muak mendengarnya. Andai saja kau tidak ada di rahim ibumu. Mungkin saat ini dia masih hidup dengan bahagia bersamaku...!!! Seharusnya kau tidak lahir...!!! tidak pernah ada...!!!" Ayah kembali menendang meja dan mengacak2 semua perabotan.
Yoo Jung terpaku mendengarnya. Buliran air mata semakin deras mengalir. Ayahnya begitu membencinya, bahkan berharap ia tak pernah ada. Ia berlari keluar rumah. Ia berjalan di bawah rintik hujan malam itu. Ia mengelus lengannya, sweater pinknya mulai basah dan dingin.
"Setidaknya saat hujan, orang tak tau kalau aku sedang menangis."
Yoo Jung terus berjalan tak tentu arah. Ia hanya mengikuti kakinya yang terus melangkah. Ia masih menangis. Hatinya terasa begitu sakit.
"Mengapa ini terasa sangat sulit. Rasanya aku tak sanggup lagi..." Kata Yoo Jung sambil mengusap air matanya.
Sebuah mobil melaju kencang di sebelahnya membuat genangan air di tepi jalan menyiram tubuhnya.
Ia kesal.
"Aku mau mati sajaaaaaa !!!!!!!!" jeritnya kesal.
Ia berlari ke jembatan tanpa berpikir panjang langsung terjun ke sungai di bawahnya.
----
Votement nya kaka 😍
KAMU SEDANG MEMBACA
Fireflies - Another World
Fantasy"Dia... dia... istriku. Dari kerajaan Timur." jawab Bo gum meyakinkan. Kedua orang itu agak kaget. Yoo jung lebih kaget lagi. Istrinya??? Follow. Vote. Comment 😊