Karina's POV
Seharian ini aku menjadi tidak konsen. Pikiranku terus dihantui oleh cowok itu. Si cowok tinggi dengan brewok tipis. Pagi ini adalah pertemuan kami untuk pertama kalinya, namun matanya begitu terasa familiar. Mata yang teduh, yang membuat hatiku berdetak dengan kencangnya. Mata yang membuatku merasa nyaman dalam hitungan detik.
Perasaan ini begitu aneh. Sadar Karina... Kamu tidak kenal dia. Kamu baru bertemu dengannya hari ini, itupun hanya bertatap-tatapan. Kamu tidak tahu namanya atau asal usulnya. Jangan berpikiran yang aneh-aneh dulu.
"Kelas sudah selesai. Kalian boleh pulang sekarang." Hah? Kelas sudah selesai? Berapa lama aku melamun? Ya ampun Karina... Kamu itu kenapa sih? Hanya bertatap-tatapan dengan cowok itu pikiran kamu langsung kacau.
Tapi... Tidak bisa aku pungkiri. Matanya seakan menghipnoptisku. Membuyarkan realitaku dan membawaku ke fantasi yang teramat dalam. Fantasi yang sebelumnya tidak pernah aku rasakan.
Tidak tidak tidak. Karina, kamu sadar sekarang! Jangan ngelantur lagi! Jangan pikirin cowok itu lagi! Kamu harus konsen, jangan terbawa ilusi sementara ini.
Aku membereskan buku dan alat tulisku, kemudian aku keluar dari kelas. Seharusnya Angela dan Rendy juga sudah selesai sepertiku. Tapi belum ada tanda-tanda kalau mereka sudah keluar kelas. Lebih baik aku menunggu mereka di taman kampus saja. Mereka pasti tahu aku akan ke taman untuk menunggu mereka.
Aku berjalan menuju taman kampus dan langsung menduduki kursi yang kosong dekat pepohonan. Udaranya masih terasa segar dan tidak terlalu panas berkat pepohonan yang ada. Bunga-bunga disini pun sedang bermekaran. Aku mengeluarkan pulpen dan buku catatanku. Suasana di taman ini seketika memberiku inspirasi untuk menulis.
Wahai alam semesta
Selamat pagi...
Ini hanyalah sepucuk surat untukmu
Aku hanya ingin mengatakan terima kasih
Terima kasih kar'na kau telah membagikan indahmu untuk kami
Mungkin selama ini kami kurang menghargaimu
Namun percayalah, kami begitu mengagumi indahmuSaat kepalaku mendongak untuk melihat sekelilingku, aku seketika terpaku.
Dia... Dia yang membuatku hanya membayangkan dirinya seharian ini, kini ada di depan mataku. Dia duduk di dekat pohon besar yang tertanam di tengah taman. Terlihat jelas dia begitu serius dengan handphonenya.
Taman ini memang cukup luas, dengan pemandangan yang indah dan orang yang beragam. Namun mengapa aku tidak bisa berhenti memperhatikan dia? Padahal jaraknya denganku cukup jauh... Tapi cukup dekat untukku hanya sekedar memperhatikannya.
Ya Tuhan... Apa yang sedang aku lakukan? Kenapa aku jadi memperhatikan seseorang seperti ini? Terlebih dia adalah seorang pria yang tidak ku ketahui namanya. Kenapa aku jadi tidak bisa melepaskan pandanganku darinya?
Tanpa kusadari, dia sudah menoleh ke arahku. Matanya sudah tidak lagi mengarah ke handphonenya.
Aduh... Mati aku! Kok dia sedang melihat kesini? Mana di saat aku sedang memperhatikannya pula... Pasti dia tahu kalau aku sedang memperhatikannya tadi! Aku langsung berdiri tanpa memasukkan bukuku kedalam tas dan bergegas meninggalkan taman.
Pasti pipiku sudah sangat merah sekarang...
•••
Adrian's POV
Sepertinya sudah lama sekali aku meninggalkan Indonesia. Padahal hanya 2 tahun tapi begitu terasa. Mungkin ditambah karena selama 2 tahun itu aku tidak pulang ke Indonesia, makanya aku jadi rindu sekali dengan negaraku sendiri.
Aku pergi menuju taman kampus ini dan duduk di dekat pohon besar yang ada di taman ini. Seingatku dulu taman kampus ini tidak seindah dan seasri sekarang. Dulu hanya ada pohon ini dengan beberapa pohon. 2 tahun ternyata banyak perubahan yang terjadi disini.
Ku keluarkan handphoneku untuk memotret pemandangan disini. Saat aku sedang iseng memotret, mataku mengarah ke pinggir taman. Seorang gadis dengan rambut panjang sedang duduk disana. Tatapannya seolah mengarah kepadaku.
Tunggu... Bukankah dia cewek yang tadi pagi? Aku perhatikan lagi dengan seksama.
Benar... Dia cewek yang tadi pagi. Cewek yang membuatku tidak berhenti menatapnya. Tatapannya seolah-olah seperti kenangan masa lalu. Kenangan yang begitu indah, namun singkat.
Apa mungkin...? Ah tidak. Tidak mungkin. Cewek itu tidak mungkin dia. Dia yang hanya ada di kehidupanku secara singkat, namun meninggalkan memori yang tertanam selamanya. Memori yang tidak bisa dan tidak mampu aku lupakan begitu saja.
Tiba-tiba cewek itu pergi. Dengan langkah terburu-buru dia meninggalkan taman.
Kenapa dia seketika pergi dengan terburu-buru? Bukankah dia tadi sedang bersantai?
Entah kenapa, hati ini terasa sedikit sakit. Seperti ada yang seketika hilang. Ada apa ini?
Tidak mungkin kan karena... Cewek itu?
---
Hai kaliaaaan!
Singkat ya? Hehehe sengaja mimin buat chapter ini agak lebih singkat dari biasanya karena kalau ditambahin lagi, isinya jadi terlalu padat.
Karena hari ini hari terakhir di tahun 2017, mimin bakalan update lagi nanti sore dan malam hehehehehehe.
"Kenapa nggak pagi min?" Karena mimin ada acara dulu jadi baru bisa updatenya sore / malam.
Semoga kalian suka ya dengan chapter ini 😁 See you later!
KAMU SEDANG MEMBACA
Only A Wish
FanfictionKau tak tahu... Berapa hari harus ku lewati dengan hati yang hancur. Di saat kau ada di depan mataku... Dimana kau begitu dekat denganku.. Aku hanya bisa memandangmu Tanpa dapat menarikmu dalam pelukanku... Kau tak pernah tahu.. Bahwa rasa sayangku...