Chapter 6

1.4K 80 9
                                    

Rendy's POV

Gue mulai mengeluarkan sketchbook, pensil dan penghapus gue. Hari ini kelas gue dibebaskan untuk menggambar apapun yang kita mau. Iya, gue anak jurusan seni. Gue suka banget dunia seni, apalagi seni gambar & lukis dan tulis.

Seni tulis? Apa tuh?

Ya secara garis besar, gue juga seneng nulis. Cerita, script, puisi, bahkan sampai lirik lagu. Walaupun kemampuan bermusik gue nggak begitu bagus. Main gitar cuma bisa kunci C, D, E, G. Main kunci F sampai sekarang masih fals.

Nyanyi? Hahahahaha lebih baik gue bacain puisi daripada disuruh nyanyi. Suara gue nggak sumbang-sumbang banget tapi gue tahu diri. Lo suruh gue baca banyak puisi atau main di banyak pementasan, pasti langsung gue iyain. Tapi soal nyanyi... Gue mundur. Angela yang suaranya udah kayak toa aja masih bisa nyanyi merdu dibandingkan gue.

Gue mengeluarkan hp dan ngescroll gallery foto. Gue mau cari fotonya Karina.

Ok, mungkin kalian akan menilai gue kalau gue itu ketara banget sebenernya suka sama Karina. Tapi, gue punya 1001 cara buat orang yakin kalau gue nggak punya perasaan spesial ke Karina. Kali ini, gue akan memakai alasan kalau gambar itu nanti bakalan gue kasih ke Karina sebagai kado. Kado persahabatan. Toh emang sebentar lagi gue sama Karina mau rayain 12 tahun persahabatan kita. Tiap tahun di tanggal kita pertama kali bertemu, kita selalu menghabiskan waktu bersama berdua.

Awalnya memang bahagia sih. Tapi seiring berjalannya waktu, perasaan bahagia itu harus melawan rasa suka yang perlahan tumbuh. Rasa bahagia gue sebagai sahabat harus lebih dominan dari rasa suka gue. Gue nggak mau perasaan gue ini menghancurkan apa yang telah gue bangun dan jaga sejak umur 7 tahun.

Walaupun kenyataannya, akhirnya muncul rasa sakit yang harus gue tanggung. Rasa sakit dimana gue tidak bisa memiliki hati yang telah lama gue cintai. Rasa sakit dimana gue harus bertahan dan melihat dia bahagia. Karena hanya dengan melihat senyumnya, gue ikut merasakan kebahagiaan dia.

Gue mulai menggambar wajah Karina dari foto yang ada di hp gue. Jangan pikir gue sengaja save fotonya Karina di hp gue. Karena kita sahabatan, Karina dan Angela sering banget pakai hp gue buat foto-foto. Katanya sih biar inget terus sama mereka, dua sahabat gue yang bakalan selalu ada buat gue. Gue hanya bisa mengiyakan dan mengizinkan mereka foto sepuasnya pakai hp gue, selama mereka nggak asal buka aplikasi di hp gue. Yaaa ada untungnya sih, jadinya gue punya banyak fotonya Karina hehehehe.

Gue berusaha menggambar sedetail dan semirip mungkin sama Karina. Gue mau bikin dia seneng sama gambar gue. "Caelah mas broooo! Tuh gambar mirip banget sama seseorang! Siapa ya??? Hmmm..." Gue langsung nengok ke samping dan mukul pelan teman gue. "Sotoy lo Jor!" Dia ketawa ngakak. Dia Jordy, temen satu kelas gue di kampus. Bisa dibilang dia salah satu temen deket gue juga karena kita sering hangout. Dia juga tau gimana perasaan gue ke Karina. "Ehh tapi bro..." Dia langsung duduk di samping gue. Kebetulan kursi di samping gue kosong. "Lo beneran nggak mau ngaku soal perasaan lo ke Karina? Ntar udah diambil duluan sama cowok lain, nyesel doang yang ada." "Ya abis gimana Jor? Gue nggak mungkin asal bilang kalau gue suka dia... Pasti bakalan mempengaruhi persahabatan gue sama dia. Gue nggak mau persahabatan ini rusak begitu aja." "Tapi mau sampe kapan mendam rasa lo itu terus? Lo nggak kasian sama diri lo sendiri? Lo nggak kasian sama hati lo? Secara fisik mungkin emang keliatan baik-baik aja, tapi secara psikis?" Gue terdiam.

Ada benarnya si Jordy. Selama ini memang selalu ada rasa sakit yang seakan menusuk-nusuk hati gue. Rasa sakit ini cuma gue rasain setiap kali mikirin Karina atau berada dekat dia. Karena gue nggak bisa memiliki Karina...

"Gue perlu waktu Jor." "Berapa lama lagi? Udah 12 tahun lo pendam rasa itu..." Jordy nepuk pundak gue. "Gue ngomong ini buat ngingetin lo aja Ren... Selanjutnya terserah lo. Apapun yang bakalan lo lakuin, pasti gue bakalan dukung."

12 tahun... Waktu yang cukup lama untuk satu rasa bertahan, walaupun tak terbalaskan. Apa mungkin sekarang saatnya gue jujur ke Karina? Gue melanjutkan gambar gue. Untuk saat ini, gue selesain dulu tugas ini.

---

Haiiii kalian! Maafkan mimin nggak tepatin janji buat update pas tahun baru 😭 Tapi sekarang mimin akhirnya ngepost hehehehe.

Untuk chapter ini, mimin sengaja bikin khusus hanya point of view nya Rendy. Jadi fokusnya ke Rendy hehehehe.

Terima kasih sudah membaca yaaa. Comment dan vote ya kalau kalian suka! See you later!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 03, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Only A WishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang