10: Misery

23 1 0
                                    


Ketika mendekati musim ujian di NYU, seluruh mahasiswa akan berubah menjadi manusia paling menyebalkan dan gila. Mereka akan memenuhi perpustakaan dengan tumpukan buku dan laptop di hadapan mereka. Tak hanya itu, kedai-kedai kopi di sekitar kampus juga penuh sesak dengan mahasiswa yang akan ujian setelah Thanksgiving nanti. Di kedai kopi pun tak hanya gelas-gelas kopi saja yang berserakan di atas meja. Berbagai macam catatan dan makalah juga tersebar di atas meja dan sekelompok mahasiswa akan asyik berdiskusi tentang mata kuliah yang akan mereka hadapi nantinya.

Begitu juga dengan aku saat ini. Aku duduk di salah satu sudut kedai kopi favoritku dengan Zack dan Eve yang sedang asyik berdebat tentang mata kuliah mereka yang tidak aku pahami. Aku asyik membaca sebuah buku yang direkomendasikan oleh dosenku tentang hukum perdagangan internasional. Aku menyesal tidak mengikuti kelas ini dengan serius. Sehingga aku saat ini harus mati-matian belajar agar nilaiku tetap baik.

Saat aku sedang asyik membaca tentang ekspor dan impor sebuah negara, aku bisa merasakan telepon genggamku bergetar di saku celanaku. Biasanya, ketika aku sedang belajar seperti ini, aku tidak akan memperdulikan telepon genggamku sama sekali. Benda kecil tersebut hanya akan menggangguku ketika aku benar-benar niat untuk belajar.

"Hai, Mom," sapaku ketika aku melihat ibukulah yang meneleponku.

"Hai, Andrea. Di mana kau sekarang, Nak?" tanya ibuku.

"Aku sedang berada di kafe dekat kampus. Sedang belajar karena sebentar lagi musim ujian datang," kataku sembari meletakkan buku yang sedang ku baca.

"Apa kau akan pulang ke Indiana untuk Thanksgiving tahun ini, Andy?" tanya ibuku lagi. Aku pun terdiam sejenak. Aku sudah berencana untuk pulang ke Indiana dengan Aaron dan kami akan mengemudi mobilku. Meskipun setelah Thanksgiving akan ada ujian, tetapi aku berusaha untuk menyempatkan diriku untuk pulang. Selama aku kuliah, belum sempat aku pulang ke Indiana untuk merayakan Thanksgiving.

"Well, aku berencana akan terbang ke Indiana dua hari sebelum Thanksgiving, begitu juga dengan Aaron. Dia akan terbang ke Indiana sehari sebelum Thanksgiving dari California. Dia tidak bisa pulang ke Abu Dhabi untuk Thanksgiving, itulah mengapa dia pulang ke Indiana tahun ini." jawabku sembari menyesap cokelat panasku.

"Umm... Maafkan kami, Andrea. Tetapi, tahun ini kami diundang untuk merayakan Thanksgiving di rumah boss ayahmu di Vancouver. Adikmu pun ikut. Tetapi kau bisa merayakan Thanksgiving dengan Aunt Jane dan Nana di rumah." Mendengar perkataan ibuku, aku memberengut kesal. Ini sudah tiga kali aku tidak merayakan Thanksgiving bersama orang tuaku. Biasanya aku akan merayakan Thanksgiving di hall asrama bersama mahasiswa-mahasiswa lain yang terlalu malas untuk pulang. Dan hal itu sangat menyedihkan.

Sedangkan sekarang, ketika jadwal ujianku tidak terlalu padat karena universitas memberikan sedikit kelonggaran untuk merayakan Thanksgiving, orang tuaku memutuskan untuk pergi ke Canada dan merayakan Thanksgiving di sana. Boy, does it suck. Dan merayakan Thanksgiving hanya dengan tante dan nenekmu memang bukan suatu hal yang buruk. Tetapi, akan terasa berbeda karena tidak bersama orang tua.

"MOM!" gerutuku cukup keras. Sehingga Zack dan Eve yang sedang asyik berdebat pun berhenti.

"Maafkan kami, Andrea. Tapi, kau masih bisa merayakan Natal di rumah," kata ibuku. Sekali lagi, aku memberengut kesal.

Akhirnya, setelah beradu argumen cukup lama, aku pun menyerah dan memperbolehkan orang tuaku merayakan Thanksgiving di Vancouver. Aku juga mengatakan kepada ibuku bahwa pohon Natal tidak boleh dihias sebelum aku sampai di rumah. Ibuku hanya tertawa mendengar permintaanku itu.

Selesai bertelepon dengan ibuku, akupun hanya menjejalkan telepon genggamku ke dalam tasku yang berisi materi-materi perkuliahan dan buku-buku kuliah. Melihat kekesalanku, Zack dan Eve pun kini benar-benar memberhentikan perdebatan mereka dan menatapku dengan penuh tanda tanya.

ANDREATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang