8: Tell Me If You Wanna Go Home

14 1 0
                                    

Sudah beberapa minggu semenjak aku makan malam dengan Zack di rooftop apartemennya. Aku juga sudah jarang sekali bertemu teman-temanku. Mungkin karena saat ini sudah mulai mendekati minggu-minggu ujian dan orang-orang juga mulai sibuk merencanakan liburan Thanksgiving mereka. Aku juga sudah mulai sibuk menata barang-barangku untuk dibawa pindah ke apartemen Aaron yang jaraknya cukup jauh dari asarama kampusku saat ini.

Aku berencana untuk pindah ke apartemen Aaron satu hari sebelum liburan Natal. Aku juga sudah meminta izin kepada orang tuaku untuk pindah ke apartemen Aaron dan mereka tidak mempermasalahkannya. Mereka mengatakan bahwa mereka tidak bisa datang untuk membantuku pindahan sebelum Natal karena ayahku juga sedang sangat sibuk dengan pekerjaannya. Aku hanya akan meminta bantuan teman-temanku dan Aaron untuk memindahkan barang-barangku. Aku juga sudah berbicara kepada ibunda Aaron, Aunt Linda, dan dia cukup senang mendengarnya. 

"Andrea? Mengapa kau membeli kardus-kardus ini?" tanya Amber saat memasuki kamar kami. Aku yang sedang membaca materi untuk kuis besok pagi pun meletakkan buku catatanku dan menatapnya. Amber sepertinya baru selesai kuliah. Oh, ya, aku juga belum mengatakan kepada Amber bahwa aku akan pindah ke apartemen Aaron. Sehingga, wajar saja jika dia melihat setumpuk kardus yang baru aku beli tadi siang tergeletak di dekat kasurku.

"Umm... Amber, mungkin kau harus duduk untuk mendengarnya," kataku sembari melepas kacamataku dan mengucek mataku sebentar karena lelah. Amber pun menurut dan duduk di tempat tidurnya dan menatapku penuh tanda tanya. Aku memakai kacamataku lagi dan menghirup napas yang panjang.

"Baiklah... Amber, aku akan pindah dari asrama ini sebelum liburan Natal. Aku akan pindah ke daerah Upper East Side bersama sepupuku. Apartemennya cukup besar dan dia tinggal di sana sendirian. Serta, dia sering bepergian sehingga, dia meminta tolong kepadaku untuk tinggal bersamanya." Selama mendengar penjelasanku, Amber terlihat sangat sedih mendengar bahwa aku akan pindah. Aku bisa melihat matanya berkaca-kaca. Crap, aku tidak bisa menghadapi orang yang menangis. Aku lupa bahwa Amber orangnya sangat sensitif.

"Tapi itu cukup jauh dari sini. Mengapa kau harus pindah?" tanya Amber dengan suara yang cukup lirih. Oke, aku memang tidak terlalu menyukai orang seperti Amber. Tetapi, dia sangat baik kepadaku. Dia sering bercerita tentang hari-harinya, aku juga menceritakan hari-hariku. Harus kuakui, Amber sudah menjadi teman yang cukup baik, tidak peduli seberapa menyebalkannya dia.

"Aku sudah terlalu lama tinggal di asrama. Dua tahun aku di sini. Semua temanku yang dulu satu apartemen denganku saat ini sudah pindah ke apartemen mereka masing-masing bersama teman-teman mereka masing-masing. Lihatlah Eve. Dulu aku satu kamar dengannya, saat ini dia sudah pindah ke apartemen sepupunya juga yang tidak jauh dari sini. Selain itu, apartemen Aaron akan tidak terawat karena begitu dia lulus dari Columbia, dia akan sering pergi ke Abu Dhabi untuk bekerja di perusahaan ayahnya," jawabku. Mendengar penjelasanku, Amber mulai menangis. Holy mother of God. 

"Aku akan membantumu mengemasi barangmu setelah Thanksgiving." Kini yang terdengar hanya suara Amber yang meninggi dan terdengar seperti cicitan tikus karena dia mulai menangis. Aku tidak ada pilihan lain selain duduk di sampingnya dan memeluknya dengan sangat canggung.

*** 

"Kau jadi, kan, pulang ke Indiana denganku?" tanya Aaron saat aku sedang mengunjungi apartemennya. Aku mengangguk dan meminum jus apelku.

"Ya, dan aku berpikir kalau aku ingin membawa mobilku sendiri." Jawabku enteng. Wajah setengah Arab Aaron tidak percaya bahwa aku akan membawa mobilku sendiri ke Indiana. Jarak antara New York dan Indiana tidak main-main jauhnya. Apalagi kalau kau harus mengemudi sendiri.

"Kau tidak bercanda, bukan? Kau tahu itu adalah hal terbodoh yang pernah aku dengar darimu," cibir Aaron sembari memasukkan keripik kentang ke dalam mulutnya.

"What? Why? Aku bisa mengemudi sendiri sampai Indiana. Aku bahkan pernah mengemudi sampai Jersey, mengapa kau berpikir aku tidak akan bisa mengemudi sampai Indiana? Lagipula, kau juga akan bergantian mengemudi denganku!" Mendengar perkataanku, Aaron hanya memutar kedua bola matanya dan meminum sodanya.

"Indiana! Indiana berbeda dengan Jersey, Bodoh. Mengendarai mobil paling tidak 12 jam atau lebih jika kau yang menyetir. Apa kau gila? Kau bukan supir truk. Jersey hanya 2 atau 3 jam paling lama." cerocos Aaron sembari menunjukkan keripik kentangnya kepadaku. Aaron terlihat mengerikan jika dia sudah berceramah seperti ini. Mengingatkanku kepada nenekku atau bahkan ibunya sendiri.

Aku pun berpikir cukup lama. Indiana memang jauh. Aku juga belum pernah mengendarai mobil sendirian sejauh itu sebelumnya. Selama ini aku pulang menaiki bus atau pesawat. Dan ya, ketika menaiki bus, aku merasa perjalanannya sangat lama. Aku pun menghabiskan jus apelku dalam diam sembari berpikir.

"Tapi, aku harus ke California terlebih dahulu sebelum kita ke Indiana," gumam Aaron. Aku kesal mendengar pernyataannya tersebut. Mengapa dia tidak mengatakannya kepadaku sebelumnya? Aku pun menanyakan apa yang akan dia lakukan di California sebelum Thanksgiving.

"Well, aku kesana hanya untuk wawancara." jawab Aaron enteng. Aku mengambil keripik kentang dari Aaron sembari menatapnya dengan tatapan tidak percaya. Dia bahkan belum lulus dari universitas dan sekarang dia mau wawancara? Wawancara apa?

Kemudian Aaron menceritakan bahwa dia akan wawancara di sebuah perusahaan berbasis energi di California sebelum Thanksgiving nanti. Dia juga mengatakan bahwa dia hanya ingin mencoba apakah dia bisa bekerja di sebuah perusahaan yang sesuai dengan jurusannya, berhubungan dengan engineering. Tetapi orang tuanya selalu menekannya bahwa setelah lulus nanti dia harus bekerja di perusahaan ayahnya. Bahkan ayahnya juga menjanjikan akan menjadikannya executive manager bahkan CEO di cabang perusahaannya yang berada di New York. 

"Tetapi, aku ingin benar-benar mencoba bagaimana bekerja dari nol, merasakan pahitnya kehidupan, kau tahu? Karena sejak kecil aku hanya merasakan bagaimana enaknya hidup. Aku tidak pernah benar-benar diajari bagaimana untuk bekerja keras yang sesungguhnya. Sejak kecil hidupku enak. Mungkin aku bukan orang-orang kaya yang manja dan suka menyombongkan hartanya. Kau tahu mengapa?" Saat dia menanyakan ini, aku hanya memasang wajah bingung dan dia memutar kedua bola matanya.

"Karena keluargamu! Aku melihat bagaimana perjuangan ayahmu bekerja dari nol sekali dulu saat pertama kali menikah dengan Aunt Nat. Aku ingin merasakannya, Andy. Aku tidak ingin aku langsung diberikan tanggung jawab menjadi seorang manajer atau CEO di perusahaan ayahku. Itu akan menjadi sangat mudah. Karyawan-karyawan ayahku yang sudah belasan tahun bekerja pasti akan sangat membenciku. 'Oh, karena kau anak dari pemilik perusahaan ini pasti kau akan mendapatkan jabatan,' Aku tidak mau itu." 

Mendengar seluruh keluh kesah Aaron membuatku terdiam sejenak. Aaron bukan tipe orang yang mudah untuk curhat hal-hal sensitif seperti ini. Dia akan lebih banyak diam dan menikmati hidupnya dengan nyaman. Dia memang anak orang kaya, tetapi dia berbeda. Dia sangat berbeda dengan teman-temanku yang mengaku kaya saat aku masih SMA dulu. Dan aku tahu apa alasannya sekarang.

"Baiklah kalau begitu. Aku akan pergi ke Indiana naik pesawat saja. Jadi, kau tidak perlu menjemputku di New York. Lebih baik kau langsung ke Indiana saja dari California," jawabku. Aaron tersenyum senang mendengar jawabanku. 

Setelah cukup lama kami bersantai-santai di depan home theatre milik Aaron, akhirnya dia memutuskan untuk mengajakku makan malam. Karena aku terlalu malas untuk keluar malam ini, dia pun memutuskan untuk memesan dua loyang pizza. Sembari menunggu pesanan kami, Aaron memutuskan untuk menonton salah satu film favoritnya di home theatre-nya dan aku mengambil beberapa botol jus apel lagi dari lemari pendinginnya.

***

A/N: Tell Me If You Wanna Go Home by Keira Knightley diambil dari film Begin Again.

ANDREATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang