Seorang remaja duduk di kursi taman tempat ia selalu bertemu dengan pacarnya, di tengah dinginnya malam ia memejamkan matanya dan menghembuskan nafas kasar.
"Gue minta maaf.. " ujar seorang Gadis yang duduk di sampingnya, suara halus yang sangat ia rindukan.
"Gue ngehancurin hari special lo waktu itu, gue buat lo kecewa karena belum bertatap muka sama lo, dan gue menyesal gak jemput lo waktu di bandara." kata Aurin, suaranyaterdengar jelas di telinga Zidan.
"Kalau lo menyesal, yaudah balik sama gue." balas Zidan
Namun gadis yang tadinya duduk bersamanya, hilang sekejap membuat Zidan menangis sejadi-jadinya.
1:23 PM
Ia terbangun dari tidurnya, mimpi itu terasa nyata saat ia benar-benar mendengar suara Aurin, namun ia kembali berbaring ketika sadar semua itu hanyalah mimpi.
Ia menatap layar ponselnya, membuka isi pesan lamanya pada Aurin, terkadang ia tertawa sendiri ketika membacanya satu per satu, namun matanya kembali sayu ketika melihat panggilan terakhir dari Aurin.
Entah akan bagaimana kehidupannya kedepan nanti tanpa Aurin, ia rasa tidak akan ada yang bisa menggantikan posisinya. Tidak ada gadis periang seperti Aurin yang rela menunggu dan sabar menahan rindu.
°°°
"Nanti ada acara vokal, lo gak mau ikutan? " tanya Khaesa.
"Males gue. Ajak yang lain aja." kata Adam menolak sekian banyaknya undangan acara vokal.
"Jangan gitu, lo harus ikut acaranya." ujar Lena.
"Gue yang bakal nyanyi." ujar Zidan mengakhiri perdebatan mereka. Akhir-akhir ini cowok itu sedikit malas berbicara, membuat sisi lain dirinya muncul setelah kejadian kemarin.
Lalu, semuanya kembali diam. Tidak ada yang bersuara, tidak ada pembicaraan, mereka hanya berkalut dengan fikirannya masing - masing.
"Bisa gak sih, lo semua gak egois gini? Lo semua kira, Aurin suka keadaan seperti sekarang? Nggak! " bentak Lauren muak dengan tingkah laku temannya.
"Bukan gitu Ren, cuman kita semua butuh waktu buat nyesuaikan diri sama keadaan sekarang" jelas Adam.
"Butuh waktu berapa lama? Lo kira gue juga nggak sedih seperti kalian?! Gue juga sakit kehilangan sahabat gue! " Lauren berusaha untuk menyesuaikan keadaan agar kembali seperti dulu.
"Udahlah, jangan di perbesar masalahnya! Kalau gini yah gini aja, nggak usah sok kuat kalau nyatanya lo gak bisa nerima juga! " kesal Zidan lalu pergi meninggalkan mereka dan berjalan menuju aula sekolah.
Ia duduk memangku gitar yang persis seperti Aurin dulu lakukan, ia memetik satu persatu tali gitar menghasilkan sebuah lagu yang menurutnya sesuai dengan perasaannya.
Ia sedikit merasa kesal dengan semua orang, yang berpura-pura kuat hanya untuk menguatkan orang lain.
Tanpa sadar, Zidan membuka mulutnya dan mengeluarkan suara indah yang sangat nyaman di dengarkan orang lain,
Sempat tak ada lagi kesempatan ku untuk bisa bersamamu..
Kini ku tau bagaimana caraku untuk dapat terus denganmu..

KAMU SEDANG MEMBACA
AURINA [REVISI]
Roman pour Adolescents[REVISI] "Jadi, kamu yakin mau coba jatuh cinta sama dia?" tanya Dikta penasaran. Aurina mengangguk. "Mungkin, iya... karena konon katanya jatuh cinta di masa putih abu-abu adalah kenangan terbaik yang pernah ada. Aku juga mau punya seseorang yang...