"Kita jadian dulu baru gue kasih tau nama gue."
-----------------------------------
"Ko Esen! Oiii! Sepatu gue ma--AHHHH!" ucap Emily sambil berjalan menuruni anak tangga rumahnya, tapi sayangnya ia berteriak dikarenakan ia terjatuh di tangga.
Jason menatap Tavita dengan pandangan malas. "Mulai deh. Pagi-pagi aja udah ceroboh."
"Gak boleh gitu, Sen. Namanya juga cewek." ujar Daniel sambil menepuk-nepuk bahu saudara kembarnya itu.
"Kooo! Bantuin donggg.. Jahat banget sih! Pantat gue basah nih! Siapa sih yang naroh air?!" rengek Tavita. "Huh, manja." sahut Jason, lalu ia menghampiri Tavita yang masih terduduk di lantai.
"Makanya punya mata tuh di pake buat jalan. Jangan di pake buat liat cogan doang!" Lalu ia membantu Tavita untuk berdiri.
Tavita berdecak, "Dimana-mana tuh jalan pake kaki, dodol! Lu kalo jalan pake mata gak se-imbang!" Jason hanya memamerkan wajah datarnya sambil mengikuti kata-kata Tavita tanpa suara--tepatnya mengejeknya.
"Gue sumpel tuh lama-lama mulutnya pake kaos kaki!" ucapnya kesal. "Udah berani ya sama koko sendiri." Jason tersenyum miring.
"Eh, udah-udah! Demen banget sih berantem! Cepet sarapan, ntar gue abisin nih." sahut Daniel memberhentikan aktivitas debat antara adiknya dengan saudara kembarnya. "Dasar rakus!" ucap Tavita dan Jason berbarengan. Daniel malah terkekeh.
Tavita dan Jason pun menghampiri Daniel yang sudah duduk tenang di meja makan sambil memakan sarapannya. "Lu gak boleh makan sebelum lu nemuin sepatu gue, Ko. Lu ilangin kemana lagi, coba?! Haishh punya koko gini amat sih!" ucapnya masih kesal.
"Udah, woy! Kuping gue panasshhh denger ocehan lo terus, Em. Please, diem dulu. Gue bantu entar." kata Daniel sebelum perdebatan antar Tavita dan Jason dimulai lagi.
Dengan malas, Tavita pun duduk di kursi sebelah Daniel dan mengambil makanannya. Saat Tavita sedang asik dengan makanannya, kaki Jason tak henti-hentinya untuk menjahili Tavita. Jason menendang-nendang kaki Tavita hingga Tavita tersedak.
"KOKOOOO! AIGOOOOO! KAMVRETT!" teriaknya. Daniel maupun Jason langsung menutup kedua telinganya.
Teriakan Tavita membuat Mama mereka keluar dari kamarnya. "Ada apa?" ucap Mama mereka. Mereka pun serentak menoleh ke arah suara tersebut. "Nih, ma." tunjuk Tavita pada Jason. "Dia yang buat aku keselek! Dia nendang-nendang kaki aku terus!" lanjutnya.
"Mulai, deh. Ngadu aja, pojokin gue!" gumam Jason. Daniel hanya terkekeh pelan mendengar gumaman Jason.
Meilisa--Mama mereka--pun menghampiri mereka. "Sen, lain kali gak boleh gitu. Mama sentil, loh." ucapnya. Jason pun tersedak air putih--yang kebetulan sedang minum--saat mendengar ucapan Mamanya itu. Ia refleks menoleh, "Ma, Esen kan udah gede. Esen bukan anak kecil yang bandel lagi, yang kalo nakal mama sentil." Jason memajukan bibirnya kesal.
"Sok imut." gumam Tavita.
"Tapi kamu anak kecilnya mama. Kamu itu lucu."
"Oh, jadi anak kecilnya mama cuman Esen.. Kalo gitu, Iel gak dong?" ucap Daniel ikut-ikutan. "Daniel cukup tau, Ma. C u k u p T a u." lanjutnya.
"Mulai dehhh.. Kalo gini mah manja terus!" gumam Tavita sekali lagi.
"Udah, udah. Kalian anak kecilnya mama. Sekarang, balik lagi sama Esen. Kalo kamu gak bandel, terus kamu bisa apain ily, sampe dia teriak-teriak?" Meilisa ikut bergabung di meja makan. Ia duduk di sebelah Tavita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tavita & Lionel
Teen FictionDia adalah Tavita Emily Andira. Seorang siswi ceroboh se-sekolah. Bertemu dengan Lionel Handika Peterson yang dikenal sebagai cowok tampan, bad boy, mesum, dan jahil. Baru kali ini Tavita bertemu dengan cowok yang super ngeselin. Begitu juga dengan...