Tavita & Lionel-5

145 119 149
                                    

"Intinya, gue cuman mau lindungin lo."

-----------------------------

"Peni! Gue bosennnn.. Males masuk. Hari Kamis itu pelajarannya berat." ucap Tavita, lalu ia mendengus sebal.

Tavita kini sedang ada di dalam kelasnya. Beruntung kalau di dalam kelasnya hanya ada dia seorang diri dan Stephanie, jadi mereka bisa mengobrol dan curcol sepuasnya.

Stephanie kini mendengus. "Terus kenapa lo masuk, hm?" tanyanya.

Tavita memutar bola matanya malas. "Lo lupa gue anak siapa? Ya, gue pasti harus kasih contoh, lah! Lama-lama bego-nya Ko Jason nular ke elu, dah!"

"Sombong amat lu, nyet. Mentang-mentang mak lo yang punya sekolah ini, ya."

"Bodo. Lama-lama lu ngeselin parah, Ni. Kayak Ko Jason aja." katanya dengan nada ketus.

Stephanie menyengir tanpa dosa. "Abisnya Ko Jason ganteng. Eh?" ucapnya keceplosan. Ia refleks menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Tavita menatap Stephanie dengan wajah kaget dan bingung. "A-apa? Lo suka Ko Jason?" tanyanya, masih dengan wajah kagetnya.

"Mungkin." jawab Stephanie se-adanya. Bodoh! Kenapa mulut gue ngomong kayak gini, sih?! Keceplosan mulu! Ihhhh, batinnya menggerutu.

Tavita mendengus. "Jehhh.. Gue bolehin lu suka sama Koko gue sih. Tapi, jangan sampe bego-nya lu ikutin! Tau kan dia itu.. Ya rada-rada."

"Parah lu! Ohya, lu udah baikan sama si kembar?" tanya Stephanie. Tavita hanya diam, lalu berbicara, "Boro-boro gue maafin. Belum juga minta maaf ke gue. Ya, gue mau aduin tapi di ancem. Gimana gue gak kesel, coba? Pengen gue ceburin tuh ke got, biar berenang sama tikus-tikus. Iyuhhh." ucapnya dengan wajah gelinya dan juga jijiknya.

"Tapi kan, lu kalo sama Ko Iel gak bisa, kan? Maafin dia aja kali." Tavita hanya bisa diam sambil memanyunkan bibirnya. "Iya, sih. Ko Iel tuh gak sepenuhnya salah. Jadi, bener kata lo! Gue maafin Ko Daniel!" ucapnya semangat sambil mengangguk-nganggukan kepalanya dan mengepalkan tangannya ke udara.

Stephanie hanya tertawa kecil. "Labil lo."

"Gapapa. Yang penting gue bisa main sama Ko Iel lagi, tanpa jauh-jauh dari dia."

Stephanie kembali terkekeh. "Yaudah, mau ke kantin?" ajaknya yang sudah berdiri di hadapan Tavita.

"Kuy."

Mereka pun pergi keluar kelas untuk menuju ke kantin.

Saat mereka memasuki kantin, tiba-tiba kakak kelas Tavita--yang selalu ada di dekatnya--sudah berjalan di sebelahnya.

Stephanie refleks berdeham. Tavita menyenggol lengan Stephanie untuk memberi kode untuknya agar dapat diam.

"Sirik bilang." ucap Kakak kelas itu dengan santai.

Ingin berkata kasar, Kak. Tau gue kalo gue masih jomblo dan gak ada yang deketin gue, batinnya menggerutu.

Kakak kelas itu kembali menyahut, "Sabar ya, lu aktif sih. Gak polos kayak dia. Coba kalo polos, pasti lu udah di gebet sama temen gue tuh."

Stephanie hanya bisa mendengus kesal dan memejamkan matanya beberapa detik. Ia sudah kesal dengan Kakak kelasnya ini. Udah songong, pedes ngomongnya, sok-sok deketin Tavita. Huh, gue gaplok lu biar jadi telur ceplok, sekali lagi batinnya menggerutu.

Tavita menatap Kakak kelasnya itu dengan tatapan bingung, "Maksud kakak apaan? Gue polos, sih, iya. Tapi, lu deketin gue karena gue polos?"

Kakak kelasnya itu hanya tersenyum menatapnya. "Gak. Siapa bilang? Gue kan cuman mau manas-manasin temen lo aja."

Tavita & LionelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang