[1]

6.7K 530 59
                                    

"Tan... Kenapa kita gak pindah setelah Belle lulus?"

Mirabelle menghentikan gigitannya pada roti tawar yang sudah ia oleskan dengan margarin dan ditaburi dengan gula. Mirabelle menunggu jawaban dari tantenya, Melani Wilson, dengan tidak sabar.

"Belle..."

Melani menghela napasnya sebelum kembali melanjutkan perkataannya, "Tante sudah dapat tawaran pekerjaan ini dari delapan bulan yang lalu... sebelum tante mengundurkan diri dari jabatan wakil kepala sekolah di sekolah kamu."

"Paling tidak, setelah Belle ujian nasional," potong Mirabelle. Ia tidak ingin pindah sekolah pada saat lima bulan lagi, dia bisa menyelesaikan jenjang sekolah menengah atasnya.

"Tante tahu kan... gak ada sekolah yang mau terima murid pindahan kelas tiga? Apalagi di tengah-tengah semester seperti ini," lanjut Belle, alisnya bertautan.

"Belle... tante dikontrak di sana. Mereka sudah bantu tante agar kamu bisa bersekolah di sana," jelas Melani dengan perlahan-lahan. "Tante akan jadi kepala sekolah di sana saat tahun ajaran baru nanti. Semester genap ini, tante sudah harus mulai bekerja di sana untuk mengamati cara kerja mereka... ini semua supaya tante tidak kelabakan saat menjabat sebagai kepala sekolah baru. Tante harap, Belle mau mengerti."

"Ya, Belle mengerti. Ini adalah peluang besar untuk tante menjadi kepala sekolah, dan Belle harus mendukung tante," ucap Mirabelle sambil tersenyum lebar.

"Kamu gak penasaran sama sekolah baru kamu?" goda Melani sambil menggigit roti tawarnya.

"Apa nama sekolahnya tante? Sekolah elit? Sekolah anak artis? Atau sekolah yang banyak artisnya?" tanya Mirabelle dengan antusias, mulutnya masih penuh dengan roti yang ia gigit.

-

Mirabelle menatap gerbang sekolahnya yang berwarna hijau gelap dengan plang SMA Budi Mulia dengan antusias. Ia mengabaikan siswa-siswi lain yang berlalu lalang untuk masuk ke dalam lingkungan sekolah.

"Sekolahnya bagus kan, Belle?" tanya Melani kepada Mirabelle. Terdapat nada bangga dalam ucapannya.

Mirabelle menatap sekeliling melalui jendela mobil yang sudah ia turunkan. Sekolah barunya ini benar-benar bagus, dengan warna gedung yang dominan putih gading tanpa ada bagian yang retak serta list berwarna biru navy.

"Ayo, turun! Kamu harus ikut upacara bendera," ajak Melani yang sudah mematikan mesin mobilnya. Melani turun dari mobil diikuti oleh Mirabelle yang menarik turun rok abu-abunya.

"Tante... sudah rapi kan dasi Belle?"

Mirabelle berjalan mendekati Melani kemudian mengangkat bahunya agar Melani dapat membantunya merapikan dasi.

"Sudah, yuk. Kamu masuk kelas 12 IPA A, ya?"

Melani berjalan di depan kemudian meninggalkan Mirabelle di tengah lapangan, "Tante mau ke kantor guru dulu, kamu coba minta tolong siswi lain untuk beritahu kamu letak kelas kamu, oke?"

Mirabelle menganggukkan kepalanya lalu berjalan mengelilingi lorong sekolah, ia tidak mendengarkan saran dari Melani yang memintanya untuk bertanya kepada siswi lain. Ia terlalu malu untuk memulai bertanya kepada orang lain.

Mirabelle berkeliling di sekitar sekolah. Sekolah ini terlalu luas, Mirabelle baru sadar bahwa sekolahnya ini terdiri dari tingkatan TK, SD, SMP, dan SMA, terlihat dari banyaknya orang dengan seragam berbeda warna tengah berbaris di tengah lapangan.

"Yang masih di dalam kelas, segera turun dan berbaris di lapangan!"

Suara perempuan dari mikrofon terdengar begitu jelas. Mirabelle mempercepat langkah kakinya untuk mencari ruang kelasnya. Apakah ia harus bertanya pada orang lain?

Mirabelle's BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang