Bisma menatap Mirabelle dengan bingung, sedangkan Mirabelle tengah menatapnya dengan mata yang berbinar-binar serta senyuman yang lebar tanpa rasa canggung. Bisma benar-benar yakin, Mirabelle adalah remaja yang minim pergaulan. Benar-benar minim. Tanpa ada keraguan sedikit pun lagi.
Bisma menghela napasnya kemudian menatap Mirabelle, "Lo bisa gak, nggak lihatin gue kayak gitu?"
"Kayak gimana?" tanya Mirabelle dengan matanya yang semakin membulat kemudian mendekatkan dirinya pada Bisma. "Emangnya aku lihat kamu seperti apa? Seram banget ya? Atau ada sesuatu di mataku?"
"Bukan," bantah Bisma cepat. Mirabelle tidak seram dan tidak ada sampah sekecil apapun di matanya.
"Lo lihat gue dengan mata yang berbinar-binar seperti anak kecil yang baru saja mendapat mainan baru," jelas Bisma, ia memandang Mirabelle dengan datar.
"Iya? Beneran?" tanya Mirabelle dengan nada bicara yang sangat antusias. Kedua tangannya mengepal di atas pangkuan. Kedua sudut bibirnya mulai naik membentuk senyuman.
"Wah! Ternyata aku bisa puppy eyes, aku kirain hanya artis-artis saja yang bisa." Mirabelle memandang Bisma dengan pandangan yang semakin berbinar, "Kamu mau kan jadi temanku?"
"Gue bisa nolak?" Bisma menatap Mirabelle dengan mata yang memicing, mencoba untuk memperlihatkan raut seriusnya. Kedua alis hitam tebalnya bahkan hampir bersatu.
"Tidak! Aku senang banget punya teman seperti kamu," kata Mirabelle dengan jujur. Senyuman pada bibir merahnya semakin lebar, matanya juga melengkung, ditambah dengan sinar matahari yang menyinari rambut coklat bergelombang Mirabelle yang menjadi terlihat keemasan.
"Semoga lo gak ribetin gue, ya?! Sebagai teman yang baik, lo harus semakin pinter... biar pas nyontek gue gak was-was," ingat Bisma dengan cepat sambil mengacak rambut Mirabelle dengan gemas, membuat Mirabelle terdiam.
Sensasi aneh menjalari perut Mirabelle. Perasaan yang aneh melingkupi hatinya hanya karena seorang pria mengacak rambutnya... pengalaman yang baru pertama kali dirasakannya.
-
Mirabelle memasukkan laptop putihnya ke dalam tas ransel kemudian meraih karet rambut dari laci kecil di atas meja rias miliknya. Mirabelle mengikat rambutnya asal sambil memandang kaca rias sebelum berjalan keluar dari rumah tidak lupa untuk mengunci pintu. Ia tidak ingin Bisma menunggunya terlalu lama karena ia sempat masuk ke kamar mandi untuk buang air kecil, ia tidak terbiasa dengan kamar mandi umum.
Mirabelle berjalan keluar dari pagar rumah kemudian menaiki mobil Bisma yang sudah terparkir rapi di depan rumah Mirabelle. Mirabelle mengerutkan keningnya ketika mendapati Bisma tidak lagi mengenakan seragam olahraga namun kaus hitam serta celana training santai miliknya, serta sandal jepit berwarna hitam. Rambut hitam Bisma yang tadinya terlihat berantakan juga sudah terlihat rapi kembali.
"Kamu ganti baju?" tanya Mirabelle sambil menaruh tas ranselnya di kursi penumpang di belakang kemudian memasang sabuk pengaman.
"Iya, cuman ganti baju aja. Gak sempat mandi," jelas Bisma kemudian mengendarai mobilnya keluar dari kompleks.
Suara Mirabelle terdengar sedikit bergoyang karena mereka melewati banyak polisi tidur, "Apa Gerry dan Tania bakal ganti baju juga? Seperti kamu."
"Ya, tentu. Hanya kamu yang gak ganti baju," jawab Bisma cuek sambil mengemudikan mobilnya yang sudah menyatu dengan padatnya lalu lintas.
"Yah... tahu gitu aku ganti baju tadi." Mirabelle memandang seragamnya dengan pandangan sendu. Kemudian menghabiskan waktunya untuk memandangi kendaraan-kendaraan yang berada di sekeliling mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mirabelle's Beast
Teen FictionMirabelle, diharuskan untuk pindah sekolah ke SMA Budi Mulia di semester kedua tahun terakhir SMAnya. Di hari pertama semester kedua, ia bertemu dan bahkan duduk sebangku dengan Bisma Putra Dinata yang terkenal nakal, pandai bermain basket... serta...