[2]

2.9K 404 23
                                    

Mirabelle menaruh pulpennya ke atas meja belajar kemudian menutup buku paket matematika yang sudah ia fotokopi dari Bisma tadi sore sebelum pulang ke rumah baru mereka. Dari lima soal yang diberikan, ia hanya dapat mengerjakan tiga nomor, dan yang paling terpenting adalah... ia belum mengirimkan jawaban kepada Bisma. Lebih baik ia mengirimkan jawaban kepada Bisma setelah ia berhasil mengerjakan semua nomor.

Mirabelle mematikan lampu belajarnya kemudian berjalan mendekati kasur dan membaringkan tubuhnya di atas kasur. Hari pertama sekolahnya cukup baik, tidak ada hal-hal buruk yang melewati pemikirannya. Namun, mungkin ia akan memberitahu wali kelas untuk memindahkan tempat duduknya... ia tidak bisa melihat tulisan di papan tulis dengan jelas.

Mirabelle mengambil ponselnya yang berada di atas nakas kemudian menyalakan layarnya, ia mendapati pesan dari Bisma. Apa ia harus membacanya sekarang? Atau setelah ia selesai mengerjakan semua nomor?

Mirabelle menghela napasnya untuk menenangkan diri, kemudian membuka pesan dari Bisma.

Bisma

Kirim tugas.

Mirabelle memutuskan untuk berkata jujur kepada Bisma, mungkin saja Bisma bisa mengerjakan nomor yang ia tidak bisa. Mirabelle segera mengetikkan balasan kepada Bisma... tidak apa jika ia mendapat ejekan dari Bisma.

Me

Aku tidak bisa kerja dua nomor. Aku kirim yang aku sudah kerja aja, ya?

Mirabelle segera bangkit kemudian duduk di atas kursi belajarnya. Ia membuka buku paket matematikanya dan memfoto selembas kertas jawaban dengan rapi sebelum mengirimkannya pada Bisma. Mirabelle menggigit jari telunjuknya, Bisma sudah membaca pesan yang ia kirimkan... begitu juga dengan foto yang ia kirim namun, Bisma tidak memberikan balasan apapun.

Mirabelle segera mematikan layar ponsel sebelum rasa gugup semakin menggerogoti dirinya. Ia berjalan keluar dari kamar dengan ponsel yang ia tinggalkan di atas meja belajar beserta dengan PRnya.

Mirabelle berjalan mendekati Melani yang tengah duduk di atas lantai ruang keluarga dengan laptop di atas meja rendah. Mirabelle duduk di samping Melani untuk melihat lebih jelas apa yang sedang dikerjakan oleh tantenya itu.

"Belle, mumpung kamu di sini... bantu tante buat banner, ya?"

Melani berkata kepada Mirabelle tanpa memandang Mirabelle sama sekali. Melani sibuk mengetikkan angka-angka ke dalam Microsoft Excel.

Mirabelle kembali berjalan memasuki kamarnya kemudian berjalan keluar sambil memeluk laptop serta mouse wireless. "Mau buat banner apa, Tan?" tanya Mirabelle setelah ia duduk di samping Melani sambil menyalakan laptop.

"Buat banner untuk mendukung tim basket sekolah. Tahun ini, tahun terakhir anak kelas tiga tanding... jadi mau menyemangati sekaligus rayain akhir kerja mereka. Katanya, dua tahun terakhir ini... olahraga basket bawa banyak piala untuk sekolah," jelas Melani sambil sesekali memandang Mirabelle yang sudah mulai membuka aplikasi photoshop.

"Kalau mereka gak tanding lagi nanti, apa tim basket masih bisa menang?" tanya Mirabelle.

"Tentu, mereka yang akan jadi pelatih. Kamu gak tahu kalau ketua tim basket ada di kelas kamu, Belle?"

Melani menghentikan kegiatannya kemudian menatap Mirabelle. Ia memegang kedua bahu Mirabelle sambil meremasnya pelan, "Kamu harus mulai berteman dengan orang lain, ini tahun terakhir kamu sekolah. Kamu harus bergaul, jangan bantu tante terus... atau terlalu serius dengan pelajaran."

"Tapi... Belle gak selalu bantu tante, kok. Belle juga gak serius belajar," bantah Mirabelle.

"Kamu yang selalu bantu tante susun rundown acara, bantu tante hitung anggaran untuk acara sekolah, bantu tante untuk buat dan cetak banner, bantu tante jadi panitia disetiap acara lalu kamu belajar serius agar dapat beasiswa... itu gak bantu tante?" goda Melani sambil mencubit pipi Mirabelle dengan gemas.

Mirabelle's BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang