“Kau sekarang tahu sisi lain dari diriku kan? Kau akan mengejekku? Menertawakanku?” gumam Carlotte dengan napas menderu sambil menatap mata tajam Gilbert.Gilbert meraih wajah Carlotte, mengusap air matanya dan menatapnya dengan wajah datar juga tatapan tajam. Tatapannya terarah pada bibir merah Carlotte yang baru saja dia cium, lalu naik ke matanya yang sembab dan memerah. Mata hijau cemerlang yang biasanya berkilat galak, kini meredup dan Gilbert tak suka melihat cahaya di mata Carl redup.
“Aku kini tahu sisi lain dari dirimu,” katanya.
Carlotte sendiri balas menatapnya, dengan kedua tangan di pangkuan dan bibir yang digigit. Dia memalingkan wajahnya karena merasa tak sanggup ditatap begitu lama oleh Gilbert. Dadanya berdebar dan entah mengapa dia ingin Gilbert pergi dari sini secepatnya. Ketika dia menangis, tak akan ada orang yang Carl biarkan melihat tangisannya, kecuali sang ibu. Kini, Gilbert si pria menyebalkan itu sudah melihatnya menangis dalam keadaan rapuh.
Gilbert masih menatapnya dengan dalam, ujung bibirnya berkedut dan dia berdeham mencoba menahan sesuatu. Melihat Carlotte yang menangis rapuh, dia merasa tak ingin ada tangisan itu lagi. Hanya saja, Carl yang galak dan berisik bisa menangis dengan begitu pilu.
“Kau ingin tertawa kan?” Carl menyalak dengan wajah yang mulai kesal.
“Tidak,” balas Gilbert.
“Ayo jujur. Kau ingin tertawa kan?”
Gilbert berdeham dan dia bangun dari duduk. “Hahahaha ...” tawanya pecah sambil memegang perutnya. “Wajahmu sangat lucu saat menangis, aku tak menyangka gadis galak jika menangis sangat menggemaskan.”
“GILBERT!” Carlotte berteriak dan melompat dari kasur, dia mendorong tubuh Gilbert keluar dari kamarnya. Akan tetapi pria itu sangat sulit dia dorong.
“Ikutlah denganku,” kata Gil seraya meraih tangan Carl dan membawanya pergi keluar dari kamar.
“Aku tidak mau!” teriak Carl seraya menarik tangannya dari cekalan Gil.
“Aku tidak menculikmu, kau butuh secangkir kopi hangat dan udara malam,” balas Gil.
“Aku tidak mau, pokoknya tidak mau!” teriak Carl lagi dengan histeris.
Gil melepaskan tangannya dan berdiri di depan Carl dengan sebelah alis terangkat. “Aku tidak akan menyakitimu, Carl.”
Carl menggigit bibirnya karena dia sendiri memang membutuhkan sesuatu yang bisa mengalihkan kesedihan dan kerapuhannya. Hanya saja, dia merasa Gilbert bukanlah pria yang tepat untuk menghapus kesedihannya, dan Carl teringat pada Nielson.
“Pulanglah, aku akan pergi dengan Niel,” katanya akhirnya.
Gil mendengkus kasar dan mendekati Carl. “Apa perlu aku gendong?”
“Lakukan dan aku tendang bokongmu,” desis Carlotte dengan kesal.
“Oke.”
Gil berbaik memunggungi Carl, tapi seringai tajam menghiasi wajah tampannya. Dengan cepat dia berbalik dan membopong tubuh Carl di bahunya, hingga tubuh Carl terbalik. Sedangkan gadis itu masih terkejut dengan aksi Gilbert yang sangat mendadak.
“Gilbert jerk! Aku akan menendang bokongmu!” teriak Carl dengan histeris, sambil memberontak dan merasakan kepalanya seperti terbalik. Bahkan saat Gilbert membawa tubuhnya melewati koridor, orang-orang melihatnya dengan aneh dan heran.
Gil menurunkan tubuh Carl di dalam lift yang kemudian tertutup, kini hanya ada mereka berdua. Carl yang kesal mendekati Gilbert dan menendang tulang keringnya, membuat Gil sedikit meringis. Bukannya mundur Gilbert justru mendekati tubuh Carl dan memojokannya di dinding lift.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Her Defender [TERSEDIA DI PLATFORM KUBACA}
RomanceSUDAH TERSEDIA DI PLATFORM KUBACA. (Mature Romance) Gilbert Jerr Alessio, pemilik agensi modeling terbesar di daratan Amerika dan Eropa. Bastard, biang rusuh, tampan, terkenal dan licik. dipuja banyak wanita dan seorang player yang anti komitmen. Ta...