Negosiasi

100 10 5
                                    

Meski lolos dari skorsing, tapi Pak Yatin yang menjadi Dekan sekaligus kakak ayahnya itu, tentu memiliki niatan untuk menceritakan perkara kejadian di kampus pada ayahnya.

"Maaf ya Mas, nanti Riry saya kasih peringatan, buat lebih hati-hati." Jelas Raka, di kantornya setelah menerima telepon dari kampus.

Matanya menangkap sebuah foto, memperlihatkan sosok laki-laki yang mungkin bisa menjadi jalan terakhir baginya, melembutkan hati sang Mentary.

Sudah lebih dari 4 tahun ini, kepalanya pening hanya karena memikirkan bagaimana cara untuk mengendalikan putrinya yang mulai dewasa dan rajin memberontak segala keinginannya.

Padahal dahulu, Riry pernah menjadi gadis kebanggaan baginya, sebelum ia memaksakan kehendak agar putrinya itu masuk ke Kedokteran atau Akademi Militer, seperti yang dijalani olehnya dan istri.

Aku nggak bisa Yah, aku nggak punya passion sama sekali di kedokteran, dan Militer.

Di coba dulu Ri, kalau pertama dan kedua gagal, barangkali yang ketiga bisa.

Tolong hormati keinginannku kali ini aja Yah, aku mau masuk ke fakultas kehutanan, untuk biaya naik gunung aku tabung sendiri. Ayah nggak usah khawatir, aku masuk jalur prestasi jadi biayanya ringan banget.

Namun kenyataannya. Diam-diam ia memasukkan kembali Mentary untuk ikut seleksi Akademi Militer dan Ujian masuk mahasiswa baru Fakultas kedokteran tahun ini. Dan itu berhasil membuat ia ngambek hingga akhirnya memutuskan cuti kuliah selama 1 semester.

"Tolong, jemput Riry di kampus dan bawa dia kesini." Kata Raka di sambungan telepon.

"Baik pak." Ujar salah satu prajurit yang jaga di kantor.

Riry berhasil menyelesaikan satu seleksi untuk masuk ke list TNF Event, bersama salah satu kakak angkatannya, Yovan yang diam-diam mendaftar agenda ini.

"Okke, karena seleksinya udah selesai, kalian boleh siap-siap pulang dan nanti aku kontek lagi buat persiapan apa aja yang perlu dibawa. Kita ketemu seminggu lagi." Ujar Bang Jack mengakhiri.

"Makasih Bang." Balas Riry riang.

Gunung patah memang tidak masuk dalam wishlist nya, jujur mungkin karena masih perawan, ia juga menghindari resiko untuk masuk kesana.

Tapi ini rangka sumpah pemuda yang tidak setiap bulan ada, dan bahkan kesempatan langka untuk membantu TNF dalam memecahkan rekor di Indonesia, dan Riry berbangga hati bisa masuk ke dalam salah satu tim yang akan memeriahkan lahirnya para pemuda-pemuda.

"semester berapa lo sekarang?" tanya Yovan saat menggulung tambang yang ia gunakan tadi untuk seleksi.

"semester 9 bang." Jawab Riry sambil memunggungi laki-laki ini. "kenapa?"

Yovan tersenyum, "gue kira lo masih semester 3."

"nggak usah ngejek deh. Semester 3 itu kamu masih jadi ketua Mahapala." Balas Riry. "sebenernya aku udah disuruh ngasih job ketua ke adik angkatan."

"terus? Kenapa nggak?"

Riry menoleh ke arah Yovan "soal citra kita di Denali masih jadi beban buatku Bang. Mungkin akhir semester ini setelah projek besar, aku bisa rolling."

Yovan mengangguk setuju. Dan melanjutkan acara bersih-bersih area bersama Riry. Hingga keduanya menoleh bersamaan ke arah timur, dimana ada 2 prajurit mengenakan segaram loreng-loreng.

"Mentary!"

"Apa!" balas Riry nggak kalah galak.

Wira dan Gagah adalah anak buah ayahnya yang mendapat titah untuk menjemput Riry di kampus.

"Jendral memanggil kamu buat ke kantor sekarang." Suara Wira terdengar sangat manly dan

tegas.

"Bentar! Gue lagi beres-beres. Nggak lihat apa!"

Seketika Wira dan Gagah menggulung lengan bajunya dan bersigap membantu Riry serta Yovan untuk bersiap lebih cepat.

Tidak sampai 3 menit, mereka berhasil menata semua property.

"sekarang!" ujar Wira.

"iya bawel." Riry mengikuti Wira akhirnya, dan Gagah mengawal dari belakang.

Pemandangan ini, jelas jadi tontonan. Riry seperti tahanan yang mau masuk sidang pengadilan karena di dakwa mencuri salah tambang yang digunakan mereka untuk latihan dinas militer.

Suasana di kantor ayah Riry sunyi senyap. Hanya meninggalkan Riry yang duduk santai di sofa panjang, dan Wira yang berdiri dengan posisi tegak menghadap Jendral. Seakan perintah besar menantinya.

"Ayah sudah pikirkan dan pertimbangkan." Suara Raka mendominasi di ruangan itu. "akan ayah jodohkan kamu dengan Letjen Prawira Agung Danudirga. Atau Dokter ini." Ia menyodorkan sebuah foto laki-laki dengan jas putih lengkap mengalungkan stetoskop.

Doooorrrrrr!!! Sebuah peluru panas baru saja menembus jantung Riry dengan cepat. sedangkan Wira melirik pelan, melihat pesaingnya.

Love ChillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang