Riry terduduk di depan kantor seketariat Mahapala Mangkucipto, ia memikirkan bagaimana rencana yang ia susun untuk event sumpah pemuda yang sebentar lagi akan menjadi gembar-gembor anak pecinta alam itu.
Proposal untuk menaiki salah satu gunung yang menjadi titik tertinggi indonesia sudah ia susun jauh-jauh hari bersama Ibnu, Edgar dan Gilang.
Dan The North Face Mountain Event Club menunjuk mereka untuk menaiki salah satu gunung yang masih 'perawan' di bumi Sumatra. Gunung Patah.
Mereka tahu betul, bahwa gunung patah masih sangat jarang di daki, karena medannya yang ekstrem dan juga hutan yang asri, dimana binatang-binatang buas masih sering terlihat disana.
Sore menjelang, seketariat Mahapala dipenuhi manusia-manusia dengan ideologis kuat soal rencana pendakian mereka.
Riry sebagai ketua mengawasi sejak awal di belakang dengan tangan terlipat.
"nih, pas awal semester kemarin, gue pernah bikin marathon gunung di jawa sampai NTB, start dari Slamet sampe ke Raung. Asikkk! Gila seru banget! Dari 30 orang, yang bisa finish cuma 2 orang, gue dan bang Yovan." Teriak Kala menggebu-gebu didepan papan white board, "nih, saran gue ya Ri, buat awalan kita sebelum misi seven summit tahun depan! Anggap aja pemanasan, gila! Pasti seru banget. Gimana?"
Semua peserta rapat menganga, tapi kemudian riuh dan memukul meja
"Okke!!"
barisan kanan lebih mendominasi suara, karena body-body mereka yang sudah terlatih, sedangkan barisan kiri yang isinya anak-anak baru lantik, hanya meringis.
Dalam hati, nyesel gue masuk mapala yang isinya gorilla gorilla semua.
"Gimana Ri? Setuju nggak nih? Acc nggak?" Kala melirik.
"coba gue tanya La, gunung yang lo maksud tuh mana aja?"
Kala menimbang sebentar, "Slamet, sindoro, sumbing, Merbabu, lawu, Arjuno, Raung."
"sabar La, tahan ego lo buat marathon gunung, kita fokus dulu mending ke event sumpah pemuda, 4 bulan lagi dan kita butuh prepare yang banyak." Riry mencoba menahan idealisme Kala yang mulai meluap.
Kala yang sudah masuk Mahapala sejak jaman kepemimpinan Yovan –alumni Mangkucipto, 2 tahun diatas Riry- , dan merasa dirinya senior jelas nggak terima.
"Alahh... mentang-mentang lo cewek kan? Terus anggota baru banyakan bocah, lo jadi lembek gini Ri."
Tak perlu waktu lama bagi Riry untuk menyeret Kala keluar ruangan, dan meminta ketiga sahabatnya untuk mengisi materi soal Gunung Patah.
Di balik tembok seketariat Mahapala, Riry dan Kala tengah beradu mata.
"Gue minta sama lo, La. Hargai pendapat gue jadi ketua." Riry sengaja menekankan kata itu, supaya Kala lebih sadar, bahwa egonya terlalu tinggi untuk anak-anak yang masih awam soal gunung.
"dari awal gue juga udah nolak kalau posisi ketua tuh diisi lo, Ri! Kalau ketuanya cewek, ini mapala lama-lama ikut gabung sama balet. Lemes, lunglai gini."
Hymne yang selalu diriuhkan Kala, ketika ia tidak sependapat dengan ketua Mahapala ini.
"sekarang gue lempar balik ke lo. Kalau lo yang jadi ketua, selesai in masalah lo sama keluarga Jojo dan pihak kampus." Tantang Riry halus.
2 tahun lalu, salah satu mahasiswa Mangkucipto harus terkubur badai salju karena menuruti perintah Kala, padahal dari Tim sudah amat sangat mewanti-wanti.
"Mana nyali yang lo gembar gemborkan buat naik gunung? Cih!" Riry sedikit mengejek, "suruh minta maaf sama keluarganya Joshua aja lo ngibrit. Cupu."
Kala terdiam.
Kejadian ini membuat Mahapala yang selama ini mereka banggakan, harus kena blacklist dari kampus. Bahkan beberapa media nasional meliput dan sempat mengecap, kegiatan pecinta alam adalah aktivitas ilegal dan ekstrem.
Dan Riry sekuat tenaga mengembalikan citra yang telah tercoreng.
"Gue nggak mau lagi denger orasi lo yang berlebihan soal marathon gunung, fokus dulu ke event nya TNF. Soal ide lo, kita bahas sama tim inti. Jangan ajak anak-anak baru dulu kalau lo nggak mau gue buka mulut."
Kala terkejut, dan terpaksa menuruti perintah Riry, walau dia ingin sekali mencabik gadis di depannya ini.
Kalau saja tameng Yovan tidak melindungi ia sepenuhnya, sudah dia robek baju Riry. Dan ia telanjangi di depan kampus.
Riry kembali masuk ke ruangan seketariat Mahapala, dan menjelaskan soal event terdepan mereka.
"Kita bakal gabung di Expedisi Sumpah Pemuda 28 Gunung di Indonesia. Kemarin gue dapat kabar kalau tim Mangkucipto dapat di daerah Bengkulu, Gunung Patah."
Seketika ruangan mendadak sunyi, bagi anak-anak yang baru saja join di dunia pendakian, mereka jadi tim diem-diem bae. Atau berharap tidak gabung dengan misi ini, karena objek kali ini bukan tempat hits, seperti Semeru, Kerinci atau Slamet.
Gunung patah? Emang ada?
Itu gunung tinggi apa rendah?
Jangan-jangan kita disuruh naik bukit.
Ah Si Riry mah doyan nge prank!
Dan berbagai asumsi lain.
Riry terdiam, menatap seluruh manusia di ruangan itu, dan menjelaskan. "Ini gunung masih perawan, dan jarang yang bisa akses sampai puncak."
"berapa orang yang mau dibawa Ri?"
"Kata bang Jack hanya 3 orang yang bakal ikut, dan biar adil. Semuanya boleh ikut buat seleksi." Ujar Riry seraya mengakhiri rapat. "Lusa beliau akan datang buat menilai."