Duel

76 7 3
                                    

Riry begong mendengarkan penjelasan kelas pak Burhan mengenai buruknya aktivitas illegal logging dan human traficking Indonesia di jam-jam kuliah, setelah lebih dari satu semester ia mengambil cuti untuk mendaki Meru di India, beberapa jadwalnya memang berantakan, dan harus disusun ulang agar ia tidak keteteran.

Setidaknya jadwal kuliah 9 semester harus tuntas SKSnya. Atau ia akan dapat rundungan setiap Lebaran tiba, dimana timing yang pas buat melihat hasil pencapaian selama 1 tahun ketika acara kumpul keluarga.

Tahun lalu ayahnya sudah berbangga hati perkara Lintang yang sudah selesai mendapatkan gelar spesialis kedokteran.

Padahal tahun mereka masuk kuliah hampir bersamaan. Dan Riry malah sibuk menjajal wall climbing milik sepupunya yang baru dipasang.

Tahun terakhir kamu buat lulus Ri! Atau ayah akan stop bayarin kamu kuliah. Nggak malu apa sama adikmu? Udah kelar spesialis, kamu stagnan di situ-situ aja!

Dan waktu itu ayahnya mengutarakan harapan dengan mata melotot dan suara tegas, kalau Riry ini prajurit, mungkin udah dia bedil. Atau ia berikan pada pasukan PETRUS, Penembak Misterius.

.

.

"Untuk kuis minggu ini diganti dengan tugas essay mengenai usaha go green yang kalian lakukan selama libur semester kemarin. Deadline seminggu lagi. Sekian." Pak Burhan menyudahi jam kuliah dengan wajah sumringah.

Riry melirik arlojinya, masih menunjukkan pukul 14.00, masih ada setengah jam, sebelum seleksi di mulai. Ia sedang bersiap-siap membereskan buku kuliahnya, sampai Asep memanggil di ujung pintu.

"Ini Mentary kan?" tanya Asep, selaku komting kelasnya pak Burhan.

"Iya. Kenapa?" jawabnya polos.

"Kamu dicariin sama seseorang tuh. Disana." Telunjuk Asep mengarah ke luar ruangan. "katanya penting."

"Makasih bray."

Riry berjalan dengan santai dan tanpa hambatan, ia belum mengetahui sama sekali bahwa sosok yang akan menemuinya adalah mahluk yang paling ia hindari selama berkuliah di Mangkucipto ini.

Ia dikenal sebagai Kadarshian Squad-Indonesia. Lebih tepatnya Kim Kadarshian. jenisnya berspesies betina, mempermak beberapa bagian tubuhnya dengan suntik botox, tanam benang, penambalan implan dibagian dada dan pantat serta pakaian yang lebih mirip latex daripada baju normal anak kuliah.

"uler kadut, ternyata." Desis Riry, sosok itu tengah berdiri di dekat bangku depan kantor Dekanat Fakultas Ilmu Kehutanan.

Perempuan cantik dimata lelaki itu melipat tangan di dada 38 D-nya seraya menurunkan kacamata hitamnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perempuan cantik dimata lelaki itu melipat tangan di dada 38 D-nya seraya menurunkan kacamata hitamnya.

"Berani juga lo nongol dikampus." Ejek Regi.

"Yah berani lah, emang ada masalah apa sampe gue harus takut ke kampus."

"dasar cewek Jalang!" Regi melempar tas mahalnya dan bergerak maju untuk beradu cakar dengan Riry.

Jelas, amat jelas lawannya ini tidak seimbang.

Riry yang sejak bayi sudah dilatih ilmu pertahanan oleh ayahnya, mampu mengelak dengan cepat. Bahkan tangan Regi tak mampu meraih sejengkal tubuh musuhnya.

Pertengkaran itu diakhiri dengan Regina yang tersungkur jatuh ke tanah, ditambah malu yang nggak ketulungan, ia akhirnya menangis.

Riry meninggalkan Regina, dan tentu ratu ular itu membuat dramaqueen ini makin asik untuk di nikmati, setelah berhasil menyedot perhatian sekitar.

Anak-anak fakultas kehutanan yang rata-rata cowok membantu Regina untuk bangun dan memapahnya ke UKS kampus terdekat.

Tak perlu waktu lama bagi keduanya untuk dipanggil Dekan.

Karena kegiatan duel tadi sudah trending di sosial media dengan #montok vs trepes.

"Sudah selesai belum tinju-tinjuan-nya?" Pak Yatin, selaku dekan kampus mencoba melerai keduanya setelah dilaporkan kalau ada acara MMA di halaman kampus.

Bedanya nggak ada ring hexagonal, tapi parkiran.

"Saya nggak salah kok Om, eh pak! Dia yang mulai duluan." Bantah Riry, sambil mengunyah nasi rawon yang baru ia pesan.

Ngalamat banget sih, lagi makan enak di kantin, mala kena SP dari Dekan.

Yang dituduh tentu saja tidak terima. "Kalau dia meminta maaf sama saya kan, nggak jadi besar gini pak." Tandas Regi. Dan sekali lagi ia menggunakan the power of semox body, untuk memprovokasi Riry yang sudah meradang.

"Kamu tuh Ri, baru hari pertama masuk kampus, udah bikin masalah aja." Pak Yatin mencoba bersikap netral, meski body dan pemandangan indah Regina sulit di tolak.

"Jadi gimana pak? Dia ngedorong saya lho pak." Kata Regi sambil menampilkan video di ponselnya. "ada buktinya nih."

Lalu jemarinya menekan tanda play di display ponsel.

Sayangnya, adegan yang dituduhkan kurang sesuai, Riry sebodo teuing dengan pernyataan itu.

"Kamu ya Ri. Nggak disini, nggak dirumah, selalu bikin masalah terus, kamu mau saya skors?" Pak Yatin geleng-geleng kepala. "Ayah kamu itu udah cukup pusing soal kelakuanmu, ini masih hari pertama Mentary!!! Kamu kemarin cuti hampir 6 bulan!"

Riry mendelik tak percaya, "Skors aja pak. Kalau saya sampai D.O kan kampus nggak jadi dapat nilai Akreditasi A. Karena gagal meluluskan mahasiswa tepat waktu."

Pak Yatin gemas sendiri sama Riry, "Kamu itu ya! Kalau di bilangin sama orangtua mbok nurut." Beliau menimbang pernyataan Riry, bahwa memang benar, kampus sedang ada penilaian akreditasi, sebagai dekan Fakultas Kehutanan, tentu beliau menginginkan nilai terbaik.

"Bapak jadi skorsing saya?" tanya Riry ringan.

Pak Yatin terdiam. Membuat Regina jadi panas.

"Keluar kamu Ri. Kali ini bapak anggap kejadian ini nggak pernah ada."

Yes! 

Love ChillTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang