SL | 1

6.1K 316 7
                                    

Christalia Davira, atau disingkat menjadi Talia itu sedang menyalin PR Matematika dari buku sahabatnya— Safira Kesya. Bukan hanya Talia saja, tapi teman - temannya yang lain juga sama seperti Talia.

"YUHUU SELESAI !" Talia berteriak sambil merentangkan tangannya. Tapi sayangnya, pulpennya terlempar dari tangannya. "Yah pulpen pinky," rengek Talia. Sahabat di sampingnya hanya geleng - geleng kepala.

Talia bangun dan berjalan mencari pulpennya. "Pinky, pinky. Meow, meow." Talia merasa ia seperti kucing tetangga yang sering buang kotoran di halamannya. Talia akhirnya merangkak untuk mecari pulpennya yang hilang entah kemana. Demi mencari pinky, ia akan mengerahkan seluruh kekuatan dari Power Ranger. Eh ?

"Udahlah Ta. Lo kan masih banyak punya pulpen yang lain," kata Safira.

"Tapi kan itu si pinky Sapi," Talia mendekat dan merengek di lutut Safira yang sedang duduk. Mengenai "Sapi", Safira sudah beribu kali mengulang namanya dengan menekan huruf f bukan p. Tapi kata Talia, "Biarin aja. Itu panggilan kesayangan." Tapi entah kenapa, Safira seperti disamakan dengan Sapi. Untungnya, Safira sudah menutup telinga jika Talia memanggilnya begitu. Walaupun teman lainnya suka menertawakan itu.

"Ya ampun Ta. Di kotak pensil lo itu ada puluhan pinky. Belum lagi dua kotak yang dirumah. Udahlah, cuman satu doang. Palingan tangan setan yang ngambil," omel Safira. Mendengar omelan Safira, Talia akhirnya menurut. Walaupun dihiasi bibirnya yang kebawah.

"Tangan setan? Huwaaa Sap, dikelas kita ada setan Sap !" Talia heboh. Safira heran, kenapa ia mempunya sahabat yang oon kayak gini?

"Iya, iya duduk makanya. Nanti lo diambil juga," ucap Safira. Dalam 5 detik, Talia sudah duduk seperti patung. Talia, Talia. Mau saja dikerjain sahabatnya.

Pak Edo—Guru Matematika super killer itu masuk tiba - tiba di kelas 11 IPA 3 yang ribut dan mengajar dengan tatapan lasernya.

****

Talia dan Safira  masuk ke kantin yang sudah di kerubungi oleh murid SMA Ganendra. "Tal, lo cari tempat duduk aja. Gue yang mesen. Mau apa?" tanya Safira. "Hmmm mau nasi goreng sama jus stroberi," kata Talia dengan polosnya.

"Ta, lo disini udah 2 tahun. Gak ada yang namanya jus stroberi di kantin. Sana sana, cari aja tempat duduk." Usir Safira. Talia akhirnya menemukan tempat duduk di depan bangku pojokan. Maunya sih Talia duduk di pojokan, tapi ia takut diambil setan seperti Safira bilang. Soalnya bangku di pojokan itu warnanya hitam, beda sama yang lain warnanya merah. Talia pikir disana pasti banyak setan sampai bangkunya hitam. Talia bergidik ngeri.

"Untung lo gak nyari bangku sana," tunjuk Safira menggunakan dagunya dengan tangannya membawa nampan berisi 2 piring nasi goreng dan 2 es teh.

"Iya, aku gak mau disana. Disana pasti banyak setan sampai bangkunya hitam gitu," jawab Talia enteng. Safira ingin sekali menyiram Talia dengan es teh, tapi Safira masih ingat bahwa Talia masih sahabatnya.

Tiba - tiba orang - orang dikantin banyak yang berbisik sambil melihat ke arah pintu masuk kantin. Talia yang mendengarnya, mengira kupingnya bermasalah. "Sap, kuping aku kok denger sisissusussss gitu ya. Nanti anterin aku ke dokter telinga."

"Bukan kuping lo yang bermasalah, tapi orang - orang sini emang lagi bisik - bisik. Tuh liat," tunjuk Talia ke arah pintu masuk. "Apaan Sap? Gak ada apa - apa," kata Talia sambil melihat gerangan apa Safira menunjuk ke arah sana.

"Itu Ta. Yang tiga orang itu. Masa gak liat sih," ucap Safira gemas. Oh, Talia melihatnya. 3 orang ganteng itu berjalan melewati meja Talia dan berhenti di meja hitam itu. "Ih Sap mereka kok disana? Aku mau ngasi tau mereka kalo itu bangku setan," ucap Talia sambil beranjak dari tempat duduknya. Safira langsung mencekal tangan Talia dan menyuruh duduk lagi.

"Itu bangku emang KHUSUS buat mereka sayangku," ucap Safira sambil menekankan kata khusus. "Lo tahu gak Kak Raphael? Anak 12 IPA 1. Pinter cuman dia bossy gitu, suka nyuruh - nyuruh adik kelas. Nakal juga sih. Dia gak segan - segan buat ninju orang yang bermasalah sama dia. Itu liat, dia yang mukanya mirip - mirip orang bule. Dia blasteran tapi bulenya keliatan banget," lanjut Safira.

"Wah ganteng sap. Aku mau minta dia jadi pacar aku ah," jawab Talia sambil memfokuskan matanya ke orang yang ganteng yang sedang memainkan benda persegi panjang itu. "Ngawur. Dari adik kelas sampai yang seangkatan juga yang cantiknya kayak model aja ditolak mentah - mentah, apalagi lo yang oon-nya minta ampun,"ejek Safira. Talia yang diejek hanya cengengesan dan kembali melanjutkan makannya dengan lahap.

Raphael merasakan ada bau - bau yang membuatnya ingin muntah ini langsung mengikuti arahnya dan berhenti di bangku depannya. "Lo berdua, bangku depan kita, pergi deh," usir Raphael. Safira menoleh ke arah Raphael yang juga melihat ke arah bangku mereka, jadi Safira gak salah dengar kalo Raphael berbicara kesini. "Hem kenapa ya kak?"

"Bau lo berdua buat gue pengen muntah," ucap Raphael dengan tatapan bossy-nya. Seketika Safira meringis karena mengingat sesuatu. Safira mencolek tangan Talia. "Ta, Ta. Pergi yuk," bisik Safira.

"Kenava ahu beom sesai mhakan," Talia berbicara dengan penuh nasi goreng di mulutnya.

"Udah deh. Kita di usir sama Kak Raphael."

"Kenapa diusir?" setelah menelan nasi gorengnya.

"Lo sih, bau parfum lo keras banget."

Talia mencium harum badannya. "Wangi ko-"

"Sampe kapan kalian disana hah?" Raphael menggertak dua orang itu.

Talia melihatnya. "Sampe makanannya abis dong kak. Gak boleh buang makanan. Emang kakak mau ngabisin?" Talia menyodorkan piringnya ke arah Raphael. Krik, krik, krik. Suasana kantin menjadi sunyi ketika mendengar perkataan Talia. Safira bahkan sampai menepuk dahinya melihat ketololan sahabatnya. Mampus.

Raphael marah. Semua orang tau saat melihat saat Raphael mengetatkan rahangnya dan itu seksi. Saat Raphael ingin menjawabnya, Safira dengan cepat membawa Talia keluar dari kantin dan berakhir di toilet.

"Sap, jangan tarik - tarik. Aku kaget tadi," bibir Talia mengerucut. "Kalo gue gak tarik, lo bakal dimakan sama Raphael," amuk Safira.

"Emang bisa?" Tatapan polos Talia makin membuat Safira kesal.

"Gini Ta, gue lupa ngasi tau kalau Raphael itu anak dari pemilik sekolah. Namanya Raphael Ganendra dan sekolah ini namanya SMA Ganendra. Dan lo tadi udah buat kesalahan yang buat dia marah dan itu artinya sekarang lo berurusan sama dia. Lo mau dikeluarin dari sekolah gara - gara dia ?!"

Talia seperti merasa ia seperti ketahuan memecahkan toples kesayangan mamanya dan mamanya marah lalu telinganya di jewer. Disaat itulah ia ingin kabur.

Saat ini, Raphael-lah yang membuatnya ingin sekali untuk kabur.

****
To be continued

Strawberry LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang