SL | 5

2.9K 232 5
                                    

Raphael mengantar Talia menggunakan mobil sportnya yang keren. Talia tidak tahu ini mobil jenis apa, pokoknya keren. Talia duduk tegak, tidak bergerak sama sekali. Sampai Raphael menanyakannya.

"Lo kenapa?"

"Gak apa apa. Emang kenapa?" Talia bertanya balik.

"Lo daritadi kayak patung."

"Oh ini? Aku takut kotorin mobil Raphael."

"Talia, kalo lo mandi lumpur terus duduk di mobil gue, itu baru kotor. Emang sekarang lo mandi lumpur?"

"Ehehehe gak sih." Akhirnya Talia melemaskan tubuhnya. Talia sedari tadi memberitahu jalan rumahnya kepada Raphael. "Kalau perumahan sini gue tau. Kenapa gak bilang dari tadi sih," gerutu Raphael dan Talia cengengesan.

Talia menunjuk sebuah rumah dengan pagar hitam. "Makasi ya Rel."

"Siapa Rel?"

"Kamu. Panggilan sayang. Suka kan?"

Raphael merasa dirinya disamakan dengan rel kereta api, tapi ya sudahlah. Namanya juga Talia. Talia keluar dari mobil dan Raphael mengikutinya. "Sama siapa dirumah?"

"Ada mama. Mau masuk?" Tawar Talia. Raphael menggeleng. "Kapan - kapan."

Tapi sayangnya mama Talia melihat kepulangannya. "Talia? Kamu pulang sama siapa? Kenapa gak minta Pak Barjo buat jemput?"

"Talia dianter Rel ma," jawab Talia.

"Rel siapa?"

"Ini." Tunjuk Talia.

Raphael merasa ditunjuk, langsung memperkenalkan diri. "Halo tante. Nama saya Raphael Ganendra." Sambil tersenyum ganteng.

"Dia pacar Talia ma. Cakep kan?" Tambah Talia.

"HAH? KAMU PUNYA PACAR?" Mama Talia melotot.

"Oh ini pacar anak mama," lanjut mama Talia sambil melayangkan tatapan menyelidik ke arah Raphael, "Sejak kapan?"

"Belum lama tante,"jawab Raphael. Mama Talia melihat penampilan Raphael dari atas sampai kebawah lalu melihat mobilnya. Dan ia terbelalak. Itu mobil bagus dan mahal.

"Oke. Hati - hati dijalan ya pacar anak saya."ucap mama Talia sambil menyipitkan matanya. Raphael merasakan pengusiran halus itu, ia segera pamit setelah salam kepada mama Talia.

"Talia, kamu kok bisa punya pacar? Dia nembak kamu?" Tanya mama sampai di ruang tamu.

"Nembak apa sih ma? Kalo ditembak kan Talia mati," ucap Talia sambil bersandar di sofa coklat.

"Maksudnya nembak buat jadi pacar Talia."

"Ouh. Talia yang nembak." ucap Talia polos.

"HAH?! Kok kamu sih? Gak bisa gitu. Sudah kodratnya cowok yang ngejar cewek," ucap mama menggebu - gebu.

"Talia yang kejar Rel soalnya dia ganteng. Bye ma, mau sleep." Talia beranjak dan pergi ke kamarnya. Sampai di kamarnya yang dicat soft pink dan putih itu, ia langsung mengganti dengan baju rumahan lalu menuju alam mimpinya bersama Raphael.

****

Pagi ini dihiasi gosip bahwa ada anak pindahan untuk kelas 12. Talia tahu karena anak kelasnya membicarakannya. Talia harap, dia bukan perempuan yang cantiknya kayak model dan persis seperti dewi lalu masuk ke kelas Raphael, terus Raphael terpesona, lalu memutuskannya demi perempuan itu. Talia langsung memasang wajah sedihnya lalu matanya menatap sekeliling seperti orang idiot.

"Gue tebak, lo pasti berimajinasi dengan khayalan lo yang absurd."

Safira baru datang, meletakkan tasnya dan duduk. "Tau aja Sap. Lo emang sahabat gue," ucap Talia gembira. "Bukan. Lo musuh gue."

Talia kembali memasang wajah sedihnya, walaupun ia tahu kalau Safira bercanda. Pagi yang cerah dengan pelajaran Bahasa Jepang yang seperti badai. Talia tidak suka Bahasa Jepang. Tidak ada satu pun kata yang masuk ke otaknya. Tapi ia suka Korea. Karena waktu itu ada saluran yang menyiarkan drama, jadi karena bosan ia menontonnya. Dan ternyata, pemerannya ganteng - ganteng dan aktrisnya sudah seperti malaikat.

Jika Jepang, Talia tidak mengerti apa - apa. Talia hanya tau Naruto. Itu pun ia tonton karena menggunakan dubbing Indonesia. Jika tidak, mana mau ia nonton. Kembali ke depan, Talia melihat sensei sedang menulis di papan menggunakan huruf Jepang. Demi Neptunus, Talia pusing melihatnya. Jadinya pagi ini ia habiskan waktunya dengan menaruh kepalanya di meja dan untungnya sensei tidak curiga.

"Ta, ayo ke kantin. Gue laper banget, belum sarapan," kata Safira sambil mengusap perutnya. Talia mengangguk. Sampainya dikantin, seperti biasa Safira yang memesan sedangkan ia yang mencari tempat. Ia melihat Blacky, nama panggilannya untuk tempat duduk hitam sana. Yah walaupun di pikir - pikir seperti nama anjing. Jadi, tempat duduk itu masih kosong.

Safira membawa nasi goreng untuk mereka, lalu sepiring siomay, dan 2 es teh. Safira langsung main lahap. Ketahuan sekali ia memang sedang kelaparan. Di pertengahan mulut Talia yang mengunyah, matanya tidak sengaja melihat ke pintu kantin. Ia melihat Raphael. Talia tersenyum padahal nasi masih ada di mulutnya dan ingin melambaikan tangan. Tapi senyumnya surut. Seorang perempuan menempel padanya seperti kutu. Dan tebak saja, sambil merangkul tangan Raphael. Sial, Talia bahkan belum pernah memegang tangannya. Talia tidak ingin menggunakan kata kasar, tapi melihat kutu itu ia mengumpat segala kata kasar yang ia ketahui.

Safira melongo melihat Talia mengumpat dan melihat kemana arah mata Talia menghadap. Ia tambah menjatuhkan rahangnya. Pantas saja Talia mengumpat. Ternyata ada parasit yang menempel di tumbuhan yang tinggi menjulang dan gagah. Saat ini lah, Talia merasakan perasaan yang tidak pernah dihadapinya. Ia merasa cemburu. Ia mengerti sekarang, perasaan yang mendominasi seseorang untuk bertingkah laku seperti super hero yang memberantas penjahat. Talia ingin mencakarnya. Ia ingin berubah menjadi Black Panther seperti di film ia tonton kemarin.

Talia melihat Raphael berjalan kearahnya. Talia semakin banyak memasukkan nasi goreng ke dalam mulutnya. Lalu melihat dua orang yang berada di hadapannya. Ini nih, mirip seperti ciri - ciri yang ia khayal tadi pagi. Cantik bak model, rambut panjang yang bawahnya bergelombang, wajah putih bersih tanpa jerawat atau komedo. Tapi sayang, cantik tapi seperti Medusa. Talia mendecih dan mengunyah keras.

"Talia." Panggil Raphael.

Talia? Tentu saja ia tidak peduli. Setelah mengunyah nasinya ia meminum es teh yang sudah mencair. Tapi, tiba - tiba Raphael memajukan wajahnya sampai hidung mereka bersentuhan. Dan sialnya Raphael berbisik, "Talia."

Itu bisikan super hot yang pernah Talia dengar. Talia melongo dengan gaya pipet yang masih berada di mulutnya. Talia saja kaget, apalagi seisi kantin. Mungkin fans Raphael sudah mimisan. Raphael menunjukkan seringainya, dan Talia bertanya - tanya. Ada kata selain tampan yang menggoda?

Raphael duduk di samping Talia. Tapi ketika si perempuan itu juga ingin duduk, Talia menaikkan kedua kakinya keatas kursi lalu memberi kode kepada Safira. Safira mengerti, ia juga menaikkan kakinya dan berpose layaknya model, tapi gagal.

"Maaf ya, kursinya penuh," ucap Talia super duper polos tapi kebalikan dengan tingkahnya. Raphael terkekeh. Ia tahu kekasihnya sedang cemburu, jadi ia membiarkannya. Perempuan itu menatap Talia dengan sengit, setelah itu berlalu dari sana.

Sekarang Talia yang menatap kekasihnya sengit.
"Dia siapa? Kamu kenal? Kok bisa sama kamu? Terus megang tangan kamu lagi. Kamu suka ya sama dia? Kamu mau putusin aku?" Talia pertama - tama mengucapkannya dengan menggebu - gebu. Tapi terakhir, ia mengucapnya sambil mewek.

Raphael menjawab santai. "Dia anak baru di kelas gue."

Singkat, padat, dan jelas. Begitulah penjelasan Raphael. Talia merenggut, "Terus ?!"

"Terus?" Raphael balik bertanya. Talia mengerutkan dahinya tidak mengerti. Raphael mendekatkan wajahnya ke telinga Talia. Bahkan saking dekatnya, Talia bisa merasakan bibir Raphael sedikit menyentuh telinganya dan hembusan nafas beratnya terdengar jelas. Ia berbisik,

"Terus, aku gak bakal mutusin kamu."

Talia yakin, fans Raphael yang melihatnya sudah pingsan ditempatnya masing - masing sekarang.

****
To be continued

Strawberry LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang