SL | 13

2.3K 204 3
                                    

Setelah membeli keperluan Talia, Raphael kembali memasuki kamarnya. Sebenarnya, beberapa hari ini ia sedang mencari sesuatu, tapi baru ia lakukan sekarang. Raphael mengobrak - abrik kardus yang berisi benda - benda kenangan masa kecilnya. Ia menemukan mainan robotnya, boneka, dan yang lain - lain. Tapi sedari tadi, matanya menatap satu benda.

Sebuah photo album berwarna hitam.

Ia mengambilnya dan membukanya halaman demi halaman. Saat melihat foto saat ia kecil, ia berpikir bahwa ia benar - benar sangat tampan. Tak heran semua cewek menempel dengannya. Dari foto ia bermain, piknik dengan orang tuanya, ulang tahunnya, Raphael melihat itu semua. Sampai halaman terakhir, ia menemukan sesuatu.

Gotcha !

Raphael mengeluarkan foto itu dan menatap lekat.

"Jadi, kita akhirnya bertemu lagi ya?" Ucap Raphael sambil tersenyum.

****

Talia berjalan bersama Raphael menuju ruang makan. Setelah sampai di sana, ia melihat sudah ada Tante Aleta dan papanya Raphael. Bukan seperti cewek lain yang berpenampilan rapi saat bertemu orang tua pacar, Talia hanya memakai celana training dan kaos putih lalu rambutnya digulung keatas dengan asal sehingga beberapa helai keluar dari ikatannya. Talia berjalan santai tidak seperti cewek lain yang menahan gugup saat bertemu orang tua pacar. Dalam pikiran Talia, ia harus tetap stay cool.

"Talia, ayo duduk," ucap Tante Aleta saat melihat kedatangan Talia. Tante Aleta itu cantik, Talia ingin sekali terus memandang wajah mama Raphael itu. Pasti wajah Raphael yang bule itu dapat dari mamanya. Sedangkan Om Edwin itu ganteng banget. Gak heran kalau anaknya kayak gini. Gantengnya kelewatan. Talia mau kalau terus tinggal disini karena dikelilingi wajah cantik dan tampan. Surga dunia.

"Om Edwin kok ganteng?" ucap Talia setelah duduk.

Papa Raphael terkekeh mendengar ucapan Talia. "Tuh, ketawa aja ganteng."

Raphael langsung mencubit kedua pipi Talia. "Gak usah goda papa."

"Aku pacaran sama Om Edwin aja yah Rel?" Ucapan polos Talia membuat kedua orang tua Raphael tertawa.

"Makan aja lo."

Mama Raphael mendengar ucapan anaknya. "El, kamu cemburu ya?"

"Enggak ma," Raphael mengelak.

"Rel cemburu?" Tanya Talia.

"Talia." Raphael menatap tajam kekasihnya.

"Kalau gitu aku beneran aja pacaran sama Om Edwin biar Rel cemburu."

Tante Aleta tertawa tapi ia segera melerai kedua anak tersebut. "Udah. Ayo makan dulu."

Mereka makan dengan dihiasi canda tawa dari Talia. Setelah selesai, Talia membantu menaruh piring ke tempat cuci walaupun pelayan di rumah Raphael menyuruhnya duduk saja. Talia baik kan?

"Talia."

"Ya tante?" Ucap Talia setelah menaruh piring terakhirnya.

"Biarkan saja pelayan yang bekerja," ucap mama Raphael.

"Iya tante. Udah selesai kok," kata Talia sambil tersenyum.

"Terima kasih buat hiburannya Talia."

"Hah? Hiburan apaan tan?"

"Kamu sudah buat kami banyak tertawa. Sudah malam, sebaiknya kamu cepat tidur. Good night Talia," kata mama Raphael.

Talia mengucapkan selama malam kepada Tante Aleta setelah itu ia naik ke lantai dua menuju kamar yang di tempatinya. Ia menghentikan yang hampir menyentuh kenop pintu kamarnya. Talia melihat kearah kamar Raphael lalu melangkahkan kakinya kesana.

Tok tok

"Siapa?"

Terdengar suara Raphael dari dalam. Talia tidak menjawabnya dan langsung membuka pintu kamar. Mata Talia langsung terpaku pada tubuh bagian atas Raphael. Perutnya berbentuk seperti kotak susu stroberinya dan lengannya berotot. Raphael yang sedang mengenakan bajunya langsung terhenti ketika Talia yang tiba - tiba masuk. Raphael membiarkan bajunya tergantung di leher dan mulai menaruh kedua tangannya di pinggang.

Raphael membiarkan Talia melihatnya. Untung saja Talia tidak masuk saat ia memakai celana. Jika iya, maka Raphael tidak tahu wajahnya akan semerah apa. Raphael menatap lekat mata Talia yang tertuju pada tubuhnya.

"Udah?"

"H-hah? A-pa?" Talia gelagapan. Mukanya langsung semerah buah kesukaannya.

Raphael melanjutkan memakai bajunya. "Duduk sana," Raphael menunjuk sofa hitam di kamarnya. Talia mematuhinya seperti anjing pintar milik pak satpam perumahannya. Talia meneliti kamar Raphael. Kamarnya rapi, dengan kamar yang berwarna abu - abu dan putih. Cocok dengan Raphael yang tampan, pikir Talia.
Talia mulai merasakan perutnya yang sakit karena kedatangan tamu bulannya. Talia menekuk kakinya ke atas sofa dan mulai meremas perutnya. Talia mulai mengernyit menahan sakit.

"Kenapa?"

Talia melihat ke arah Raphael yang rambutnya setengah basah. Talia menggeleng.

"Kebiasaan gak mau bilang. Wajah lo kayak lagi nahan sakit. Kenapa?" Raphael mulai mendudukkan dirinya disamping Talia.

"Sakit perut," cicit Talia.

"Ke kamar mandi-"

"Bukan itu. Tapi karena itu."

Oh, Raphael tahu apa yang dimaksud dengan itu. Ia mengernyitkan dahinya.

"Sorry Ta. Gue gak tahu harus ngapain," ucap Raphael merasa bersalah. Talia menahan tawanya karena melihat raut wajah khawatir Raphael.

"Muka Rel lucu," ucap Talia.

"Gak lucu Ta."

Raphael menarik lengan Talia dan menyuruhnya untuk tidur di pangkuan Raphael. Talia sih mau aja. Tidur di pangkuang orang ganteng, kapan lagi?

Raphael mengelus rambut Talia. Entah kenapa itu membuat Talia nyaman dan tidak merasakan lagi sakitnya. Sakit itu tergantikan oleh rasa kantuk yang menyerangnya.

Samar, Talia merasakan kecupan di keningnya. Talia tersenyum.

****
To be continued

Strawberry LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang