chapter 13

7.5K 110 8
                                    

makasih buat comment yang sebelumnya dan votenya :)

chapter ini aku buat untuk menjelaskan awal Mas Aryo mengajak Utic dan Sesil ke sini. Nggak terungkit jelas sih cuman chapter ini akan jadi bayangan yang bakal jadi bahan jadi untuk next chapter. silahkan di wocooo. ku tunggu comment dan vote..

            Apa yang aku dan Sesil pikirkan untuk kejutan yang Mas Aryo berikan ternyata belum terjawab. Meski sudah di rayu di pancing tetap saja nihil. Enol besar nggak ada hasil. Malah tambah bikin penasaran setelah Mas Aryo sebagai pelaku pemberi surprise menjawab dengan muka kalemnya, “Sabar dong. Contohlah sikap si Semar”. Aku yang mlongo di sama-samain sama Semar, tokoh wayang kesayangan papaku ini tambah ngenes. Semarkan jelek Mas Aryooo. Akukan cantiiiikkk. Rengekku.

            Di mobil Sesil sudah sering diam. Alasan pertama karena kenyang. Alasan kedua karena level kengomelannya menurun. Akhirnya the best moment itu datang juga. Aku senyum-senyum sendiri ke kaca sebelah kiriku.

            Angin malam yang dingin menyelimuti wajahku. Kaca yang sengaja di buka karena pingin menikmati malam Yoga yang ramai dengan dokar yang cantik berjalan-jalan tanpa henti menghiasi setiap pinggir kota Yogja.

            Situasi seperti ini akan jadi hari-hariku selanjutnya. Yang intinya aku akan menjadi penduduk Yogja. Pemandangan yang akan menjadi tatapanku selama 24 jam.

“Sesil udah tidur?”, suara Mas Aryo memecahkan kelamunanku. Aku menoleh ke belakang untuk melihat Sesil.

“Belum Mas. Cuman lagi bad mood. Masak dari tadi nggak sampek-sampek. Surprisenya mana?”, tanya sebal Sesil. Mimiknya yang imut kalau lagi marah malah bikin Mas Aryo dan aku pingin ketawa. Salahnya sendiri punya muka kok opposite.

“Tunggu bentar lagi nyampe”, jawab sabar Mas Aryo. masih dengan kemudinya Mas Aryo mengemudi dengan tenang. Aku yang sebenarnya juga sudah capek duduk hanya menurut.

            Dan dengan senyumnya Mas Aryo menjawil lenganku. “Look at out”.

Aku mangap. Jadi mas Aryo jauh-jauh dengan menunggu agak lama ternyata ngajak aku sama Sesil ke prambanan. Candi tercantik yang pernah aku kunjungi.

            Ribut mobil karena Sesil juga sudah bangun. Dengan gagap gembita Sesil turun dari mobil serta aku yang sekarang lagi gandengan sama Mas Aryo. terlihat Sesil yang komat-kamit karena merasa di kacangi. Aku gandeng dia malah kibasin. “Guwe bukan anak kecil. Sana jauh jauh”. Tuhkan apa yang aku kira beneran kejadian. Bener marah atau pura-pura Sesil masih ngekor di belakang.

“Kita bertiga duduk di sana”, tangan Mas Aryo menunjuk kearah kursi yang terbuka yang dapat bebas memandang langit malam yang kebetulan cerah banget.

“Ngapain sih kita ke sini? Liatin parody wayang ya?”, dengan tampang bosennya Sesil nyowel Mas Aryo yang lagi sibuk sama hpnya.

“Bukan parody tapi Sendratari Ramayana atau yang juga dikenal dengan istilah Ramayana Ballet. Nanti Sesil liat. Nggak kalah seru sama Lady gaga kok”, senyum Mas Aryo.

            Memang waktu sebelum berangkat ke Yogja ada sedikit pertengkaran antara Sesil yang nggak mau ikut ke Yogja karena mau nonton konser si Lady gaga. Tapi alhasil karena banyak kontrofersi akhirnya di batalin. Ngenes saat itu waktu denger, gimana nggak ngenes. Beli tiket lansung ke Jakarta biar dapet yang asli. Bisa lewat online tapi takut di bohonfi tahulah jaman sekarang yang serba akal bulus.

            Dan yang di tunggu-tunggu akhirya muncul juga.

            Panggung yang megah dengan latar belakang Candi Prambanan yang menyala terang oleh lampu sorot berwarna kekuningan adalah hal pertama yang akan lihat saat berada di lokasi pertunjukan. Di ujung panggung ada belasan niyaga (penabuh gamelan) dengan gamelannya. Paduan bunyi kenong, gambang, saron, kendang, dan sesekali gong akan menemani selama pertunjukan. Alunan suaranya membius begitu dalam dan mampu mencipta imaji menuju Dunia Ramayana.

            Aku masih mlongo sama keajaiban pertunjukan. Dan sesil yang tiada hentinya memotret dengan kamera hpnya.

            Sesaat setelah MC membuka acara, lampu panggung akan dipadamkan dan hanya menyisakan siluet Candi Prambanan yang menyala lebih terang dalam kegelapan. Dengan ukiran candi Prambanan yang cantik di setiap goresan dan menonjolkannya malah membuat penonton yang melihat terkagum-kagum.

            Tiba-tiba lampu menyoroti panggung, dan akan menyaksikan beberapa penari yang keluar dan mempertunjukkan tarian dalam adegan perdana di babak pertama. Kemudian dari atas tangga, keluarlah dua orang dayang membawa sebuah busur panah emas, diikuti seorang putri cantik berjalan dengan gemulai menuruni tangga, dialah Shinta, putri dari Prabu Janaka yang sedang melaksanakan sayembara untuk menentukan siapa pendamping putrinya. Rama Wijaya memenangkan sayembara tersebut dan berhasil mendapatkan Shinta.

            Pertunjukan dilanjutkan dengan petualangan Rama, Shinta, dan Laksmana di Hutan Dandaka. Di hutan mereka bertemu dengan Rahwana yang ingin memiliki Shinta karena dianggap sebagai jelmaan Dewi Widowati, wanita yang telah lama dicarinya. Untuk menarik perhatian Shinta, Rahwana mengubah salah seorang pengikutnya menjadi seekor kijang yang cantik. Shinta terpikat kepada kijang tersebut, dan meminta Rama untuk memburunya. Setelah lama tak kunjung kembali, Laksmana berusaha mencari Rama dengan meninggalkan Shinta yang telah diberi perlindungan berupa lingkaran sakti. Namun, perlindungan itu gagal dan Shinta berhasil diculik oleh Rahwana.

            Sesekali aku melihat Mas Aryo yang masih serius menyimak cerita dari Ramayana Ballet. Masih dengan tangan yang menggandeng tanganku.      

            Mengetahui bahwa Shinta tidak lagi berada di tempat semula, Rama dan Laksmana memutuskan untuk mencarinya. Tidak lama kemudian, seekor kera putih bernama Hanoman tiba. Ia diutus oleh Sugriwa untuk mencari dua pendekar yang mampu membunuh Subali. Subali adalah seorang yang telah mengambil Dewi Tara, wanita kesayangan Sugriwa. Setelah dipaksa, akhirnya Rama memutuskan untuk membantu Sugriwa. Sugriwa yang dibantu oleh Rama akhirnya mampu mengalahkan Subali. Sugriwa berhasil merebut kembali Dewi Tara. Untuk membalas kebaikan Rama, Sugriwa membantu Rama mencari Dewi Shinta.

            Di Kerajaan Alengka, Rahwana berusaha membujuk Shinta agar mau menjadi istrinya, namun Shinta menolaknya. Saat Shinta merasa sedih, tiba-tiba ia mendengar nyanyian indah yang disuarakan oleh Hanoman, si kera putih. Hanoman memberi tahu Shinta bahwa ia adalah utusan Rama yang dikirim untuk membebaskannya. Setelah menjelaskan tujuannya, Hanoman kemudian merusak taman kerajaan Alengka.

            Indrajit, anak lelaki Rahwana, berhasil menangkap Hanoman. Hanoman pun dijatuhi hukuman mati dengan cara dibakar. Namun saat dibakar, Hanoman berhasil lari dan justru membakar kerajaan dengan tubuhnya yang penuh kobaran api. Setelah mendengarkan penjelasan Hanoman yang selamat dari hukuman mati, Rama pergi ke Alengka dengan pasukan kera. Ia menyerang kerajaan dan membuat pasukan Alengka kocar-kacir. Rama akhirnya berhasil membunuh Rahwana.

            Di akhir cerita, Shinta dibawa kembali oleh Hanoman. Namun ketika sudah bertemu, Rama justru tak mempercayai Shinta lagi dan menganggapnya telah ternoda. Untuk membuktikan kesucian dirinya, Shinta diminta membakar raganya. Kesucian Shinta terbukti karena raganya sedikit pun tidak terbakar tetapi justru bertambah cantik. Rama pun akhirnya menerima Shinta sebagai istrinya kembali.  

“Kamu tahu kenapa Rama memberi syarat Shinta membakar raganya?”. Aku menggeleng.

“Karena api adalah elemen yang paling kejam dan setiap orang tidak akan bisa berbohong dengan mudah. Hanya sebuah keyakinan yang mendalam dapat merubah api menjadi air”, Mas Aryo makin mengeratkan tangannya.

MarryTic : Love is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang