chapter 18

6.7K 99 14
                                    

ini masih tentang Aryo. hehehe..

maaf ya masih belum ngasih reaksinya Utic soalnya entar ceritanya jd nggantung klo g di paparin *maksa hahaha*

oh ya, thx for your reading list, vote n comment,. *maaf gbs d sebutin satu-satu hehehehe*

            Suara teriakkan anak-anak sekolah membuatku ingin memberhentikan mereka tapi itu adalah sebuah penantian selama ini. Tidak merasa keberatan jika banyak yang teriak atau menangis tapi bukan karena hal yang menyedihkan.

“Aryooo, aku keterimaaaa”, tanpa di duga Anna lansung memelukku. Badanku yang sudah dalam pelukannya mengikuti gerakan Anna yang kesana-kemari.

“Iya iya, tapi sudah donk meluknya. Malu nih diliat orang”, sambil tertawa geli, Anna lansung melepaskan lalu menggandeng tanganku ke kelas tempat Azli dan Erwin menunggu.

“Gimaaanaa? Kamu keterimaa?”, Azli yang dari tadi juga menunggu kabar dari Anna, menderetkan wajah cemas, senang serta takutnya.

“Iya iyalah. Anna kok nggak di terima. Rugi donk yang nolak”. Senyum Anna membuat Azli memeluk Anna. Annapun begitu, juga membalas pelukan Azli. “Yaaah, berarti aku sendirian donk. Kalian berdua di Yogja. Erwin di Jakarta”, Azli megelukan nasibnya yang di terima di UNAIR sedangkan cowoknya, Erwin yang di terima di UI. Berarti harus hubungan jarak jauh. Aku tersenyum sendiri. aku beruntung, Anna dan aku satu kampus, meski tidak satu jurusan.

“Kan enak Zli bisa jalan-jalan ke Jakarta. Nggak harus di Surabaya terus”, hibur Anna dengan mengelus pundhak Azli.

“Tapikan, aku jadi nggak bisa ketemuan sama Erwin terus..”, gumaman Azli yang kecil atau bisa di bilang pelan, membuatku ingin menunjukkan bahwa cinta itu dekat jika menggunakan hati.

“Jodoh nggak akan lari kemana kok. Ya nggak Win?”, berasa dari tadi Erwin hanya diam duduk di kursi sambil mengamati punggung Azli yang dari tadi memeluk Anna. Aku tahu gimana rasanya jauh dari orang yang kita sayang  serta cinta jika ada jarak yang menghalangi. Tapi itu bukanlah rintangan yang harus di pusingkan.

“Iya Azli. Kan kita masih bisa saling ketemuan. Orang tuaku juga tinggal di Surabaya jadi aku akan sering main ke sini. Kamu jangan sedih donk. Aku jadi nggak tega liat kamu kayak gini”, abis liat sinetron atau apa, Erwin datang kearah Azli lalu menariknya dengan halus dari pelukan Anna dan gantian memeluknya. Aku yang liat adegan ini hanya bisa memalingkan mataku. Meski aku tahu, aku juga pernah merasakan pelukan hangat dari lawan jenis tapi jujur, aku belum pernah memulai hubungan yang seperti itu.

            Tanpa sengaja, mataku yang menghindar dari itu bertabrakan dengan mata Anna. Bola mata hitam yang di tumbuhi dengan bulu mata yang lentik aku sempat terbius. Bayangan membangun rumah tangga dengan Anna pernah aku pikirkan tapi apa Anna mau? Menjadikan suatu jalinan resmi dan sacral tanpa ada batasan. Aku mengulus senyum pada Anna dan Anna membalasnya. Ya Allah jika dia jodohku maka dekatkanlah dan jadikan aku pendampingnya untuk seumur hidupku, Anna uhidbukka ya habibi, Anna Rahmannisa..

            Tak terasa hari demi hari aku lewati. Alhamdulillah beasiswa yang aku dapat bisa aku gunakan dan amalkan. Selain aku menjadi mahasiwa akuntansi di UGM, aku juga mengajar di salah satu tempat lez terkemuka di Yogja. Untuk menambah rasa kemandirianku meski bapakku telah memberikan harta yang lebih namun dalam hati aku harus bisa berdiri dengan kakiku sendiri jika niatku untuk meminang Anna telah terbuka lebar. Restu dari ibunda Anna makin membuatku yakin dan percaya diri agar aku bisa lebih belajar lagi untuk menjadi suami yang baik nantinya. Bapak yang selalu mendukungku untuk melakukan hal yang terbaik dan berguna juga memberikan restu tapi dengan satu syarat, aku bisa menikah setelah lulus dari kuliahku.

MarryTic : Love is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang