3

108 12 1
                                    

Cahaya matahari menembus jendela. Kucoba untuk membuka mata. Ada Mama sedang membersihkan meja belajarku. Memang seperti itu kegiatan Mama dirumah kalau hari sabtu. Bersih-bersih rumah. Dan aku juga harus membantu Mama.

"Pagi Mama." kataku sambil mengucek mata dan menggeliatkan badan diatas kasur.

"Pagi Pamika anak Mama." kata Mama kemudian mencium keningku dan melanjutkan membersihkan meja. Tak lama pun aku bangun, cuci muka, sikat gigi, minum air putih seperti biasa, dan langsung kedapur untuk membersihkan dapur.

Kami memiliki asisten rumah tangga sejak aku masih bayi, tetapi tidak semenjak aku masuk SMA. Mama bilang, anak Gadis harus bisa mengerjakan pekerjaan rumah sendiri supaya mampu hidup mandiri.

Kulangkahkan kaki menuju dapur terlebih dulu. Pekerjaan rumahpun aku mulai dari mencuci piring, kemudian ku susun piring-piring itu pada tempatnya. Selanjutnya aku membersihkan tempat sampah. Menyapu dapur tak lupa aku pel juga. Setelah bersih, aku lanjut bersih-bersih ruang makan dan ruang TV. Lalu aku sapu halaman depan, kusiram tanaman Mama agar bisa tetap tumbuh mekar.

Setelah semua selesai. Aku masuk ke kamar Bapak. Bapak sudah bangun. Seperti biasa ia duduk diatas kursi rodanya memandangi kearah luar jendela.

"Pagi Bapak."

"Pagi putri Bapak. Sudah bangun rupanya."

"Sudah dari tadi, dong, Pak." kataku lalu duduk disebelahnya. Kulihat kopi dan roti sudah ada dimeja nya, itu berarti Mama sudah membuatkan Bapak sarapan sejak tadi.

Mamaku hebat. Mampu mengerjakan segala pekerjaan rumah dan pekerjaan kantor maupun usahanya dengan begitu baik.

Bukankah seorang wanita harus mampu mengerjakan banyak hal dengan waktu berbarengan? Contohnya menggantikan popok anaknya sambil menghiburnya agar tidak menangis atau bahkan sambil teleponan dengan teman-teman arisannya.

Tiba-tiba aku teringat oleh perkataan Gardika tadi malam "Kalau sudah bangun jangan lupa chat" sedangkan aku tadi bangun langsung pergi beres-beres rumah.

Aku langsung pergi dari kamar Bapak menuju kamarku. Kamarku sudah sangat rapih. Dan Mama tidak ada didalamnya, pasti Mama sedang membersihkan kamar mandi.

Kucari ponselku, ternyata ada dibawah bantal. Ada empat panggilan tak terjawab dan dua pesan singkat. Semuanya dari Gilang, bukan dari Gardika. Kuhiraukan pesan dari Gilang dan mengetik pesan untuk Gardika

"Kebo bangun! Udah siang." isinya seperti itu.

Setelah itu ku balas pesan singkat Gilang.

Aku memutuskan untuk pergi mandi dan memakai pakaian rumah. Karena tidak ada rencana sabtu itu.

Dulu setiap sabtu Aku, Abang Mama, dan Bapak selalu jalan bareng. Entah untuk belanja, nonton, atau sekedar makan bersama. Tapi semenjak Bapak sakit semua jarang kami lakukan, salah satu alasannya adalah kita tidak boleh boros karena mengerti keadaan Bapak sekarang. Oh iya soal Abangku, akan kuceritakan nanti.

Setelah selesai mandi, aku keringkan rambut dan bersolek dengan sangat natural.

"Pamika" Teriak Mama

"Iya Ma" kataku sambil berjalan menghampiri Mama. Asal suaranya dari ruang TV

"Ini ada temennya."

Aku heran dan setengah berlari. Ternyata dia Gardika. Mau apa dia kesini? Kenapa tidak janjian dulu? Kalau janjian kan aku bisa siap-siap dengan pakaian lebih layak.

"Mama urusin Bapak dulu, Pam. Itu ambil cemilan di lemari dapur." Mama dan Bapak memang seperti itu, harus selalu sediakan makanan kalau ada temanku datang. Tak jarang Mama delivery makanan untuk teman-temanku kalau sedang tidak masak diruamah. "Tante tinggal ya, Nak." Mama sudah kenal lama dengan Gardika, karena ini bukan kali pertama Gardika datang kerumahku. Sudah sering walau dua tahun belakangan ia tidak pernah lagi memunculkan batang hidungnya kehadapan Mama. Sedangkan dulu hampir setiap hari ia menjemput dan mengantarku.
Gardika menunduk dan tersenyum.

Just To You, Gardika.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang