4

121 13 0
                                    

Sudah pukul tujuh Gardika belum juga datang. Dia adalah seorang yang selalu tepat waktu saat mempunyai janji. Bahkan sering datang lebih cepat dari waktu yang dijanjikan. Tetapi tidak untuk malam ini.

"Adek abang ini mau kemana sih? Cakep amat." tiba-tiba Abang menongolkan kepalanya dari balik pintu. Menghampiriku yang sedang duduk dikasur memandang keluar jendela.

"Pamika mau jalan bareng Gardika, Bang. Tadi dia sudah janji katanya mau jemput." kuarahkan pandanganku ke arah bang Zera

"Gardika? Cowok mana lagi yang deketin adek abang ini?"

"Abang lupa? Gardika teman sekelasku waktu kelas sepuluh dulu. Yang pernah kerumah dulu, loh, bang.  Terus dia ngobrol sama Abang karena aku belum sampe rumah." aku berusaha membuat Abangku ingat "Abang ingat nggak?"

"Oh ingat. Abang lupa-lupa sedikit aja sama orangnya." Syukurlah abangku ingat. Jadi tidak perlu mengenalkannya dari awal. "Bukannya dia pindah ya ke Jakarta?"

Abangku memang sudah kenal dengan Gardika. Tidak terlalu dekat, hanya saja sering bertemu di sekolah atau dirumah kalau Gardika main.

Dan Abangku lah orang rumah pertama yang aku beritahu tentang rencana pindahnya Gardika ke Jakarta. Setelah itu Abang langsung bilang kalau tidak ada lagi yang akan mengantar jemputku kerumah. Mungkin Abang benar.

"Iya, Bang. Tapi dia lagi liburan ke Jogja, katanya dia juga mau kuliah disini."

"Wah, seneng dong kamu."

"Enggaksih, Bang. Biasa aja."

"Bohong ah. Masa bohongin Abangnya."

"Iya sih, Bang. Seneng sedikit." kataku malu-malu. "Abang pernah jatuh cinta sama seseorang nggak?"

Belum sempat dia menjawab.
Tiba-tiba..

"Pamika. Ini ada Gardika." lalu aku langsung pergi berlari meninggalkan Abang Zera sendiri dikamarku.

Sudah hampir jam delapan malam. Tetapi ia barusan datang.

"Darimana aja? Kok baru dateng jam segini?" kataku sedikit marah.

"Maaf, Pam. Tadi ada urusan sebentar kerumah sakit."

"Rumah sakit? Siapa yang sakit?"

"Enggak sakit. Gue cuma beli vitamin rutin aja." "Udah ayok, kemaleman nanti." sambungnya.

"Gue izin dulu sama Mama ya."

Tak butuh waktu lama untuk izin ke Mama. Mama tak banyak tanya kalau aku pergi dengan lelaki ini. Entah mengapa Mama begitu percaya kepadanya.

Aku pun langsung menghampiri Gardika. "Ayok"

"Tante, Om, Gardika izin pergi sama Pamika ya." katanya agak sedikit teriak.

•••

Di gas motor Honda CBR nya itu. Melaju dengan cepat. Cerahnya langit malam Jogja menimbulkan kesan romantis. Kupeluk Gardika dengan saat erat saat itu. Gardika tetap memandang fokus lurus kedepan sambil memegang tanganku yang sudah kulingkarkan di perutnya dari tadi.

"Kita ke Angkringan kayak biasa ya."

"Bosen angkringan lagi."

"Terus? Kamu mau kemana?"

"Ke kaliurang aja!"

"Siap Bos"

Dibelokkannya motor ke arah Gardu Pandang Kaliurang. Jalanannya cukup gelap, tetapi sesampainya di kaliurang suasana nya terang. Sangat indah karena ratusan lampion menerangi taman ini.

Just To You, Gardika.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang