3 : Seni Musik

29 7 0
                                    


Tanpa mereka semua tau, perasaan itu, perasaan yang seperti bibit yang subur. Tumbuh secara perlahan, tanpa diketahui seberapa besarnya perasaan itu.
🌹🌹

Hari ini hari selasa, jam pelajaran kedua dari yang terakhir.
Jam pelajaran 8 dan 9, adalah seni musik.
Ayolah, siapa yang tidak menyukai pelajaran bu Ranni ini? Didalam pelajaran bu Ranni, tugas yang di berikan itu mudah.

"Ya anak-anak kalian membuat kelompok yang terdiri maksimal 7 orang, lalu kalian menyanyikan 1 lagu daerah dan 1 lagu nasional. Silahkan kalian latihan, 3 minggu kemudian baru ibu test kalian perkelompok." Suruh bu Ranni, kepada semua murid XI 2  IPA. Sudah dibilang mudah bukan? Anak SD pun bahkan bisa melakukannya.

Bukan kelompok Caitlin namanya jika mereka tidak serius. Kelompoknya ini terdiri dari rata-rata orang yang pandai. Ada Caitlin, Milkha, Angel, Shafira, Catarina, Amanda, dan juga gadis pendiam bernama Nia.

"Yaudah sok maunya gimana? Lagu daerahnya apa, lagu nasionalnya apa?" Ucap Caitlin serius.

"Emh, gimana kalo lagu daerahnya Yamko Rambe Yamko terus lagu nasionalnya Indonesia Jaya?" Usul Angel, si gadis manis yang berponi itu.

"Nahh boleh tuh! Itu aja Cait," Ujar Shafira membenarkan perkataan Angel.

"Boleh juga, eh tapi yang lain gimana? Catarina? Nia? Amanda? Kalian gimana? Bangsul! Menurut lo juga gimana?" Caitlin menyikut Milkha, si gadis tak tahu malu.

"Eh maksud lo apa njir!" Ucap Milkha tak terima

"Gak denger gak denger!" Caitlin seolah-olah pura-pura tidak meendengar protesan Milkha

"Sttt ah berantem mulu kalian berdua! Dari SMP ya kalian sampe sekarang kagak ada yang berubah." Omel Catarina yang memang 1 SMP dengan kedua gadis yang tak pernah akur itu.

"Tau tuh si Cait-"

"Udah woy! Jadinya ini gimana padsa setuju apa kagak?" Shafira pun akhirnya bersuara, tidak tahan dengan ocehan dari mulut Milkha.

Sedangkan yang lainnya hanya mengganguk, menyetujukan ucapan Shafira.

"Nah jadi pembagian suaranya..."

🌸🌸🌸

Malas sekali memang, hari ini ada pelajaran seni musik dan diberi tugas kelompok. Kenapa tidak tidur saja sih? Itu kan lebih bermanfaat daripada latihan nyanyi yang sangat tidak jelas itu. Pikir Davin

Kelompoknya itu terdiri dari Davin, Leo, Louis, Valent, dan Ferrel. Kalian tahu? Itu kelompok yang memang berisi anak-anak nakal. Mereka suka KS saat adanya ulangan,sering malah. Mereka juga suka ke kantin saat jam pelajaran tidak ada guru.

Pergi ke kantin saat tidak ada guru yang mengajar bukan hal yang wajar bagi SMA Vanlite. Sekolah ternama itu pasti mempunyai aturan aturan yang ketat, jadi ya mau bagaimana lagi?

Mereka melangkahkan kakinya menuju gedung baru sekolah yang memang tidak terlalu jauh dari sekolah mereka.

"Nah jadi pembagian suaranya gini aja-" Davin mendengar suara itu, suara yang sudah tak asing baginya selama 2 bulan sekarang.

"Eh eh woy, liat si Davin ngeliatin apa." Bisik Leo kepada temannya yang memang sedari tadi memperhatikan Davin-bukan maksudnya memperhatikan tingkahnya. Leo tak sudi memperhatikan Davin jika tidak ada yang aneh dengannya, enak saja-nanti dia disangka homo dengan Davin? memikirkannya saja sudah membuat Leo merinding apalagi melakukannya.

"Lo napa geleng-geleng kepala aja, kayak lagi mikir yangg hmm." Ferrel menyeringai. Dasar rajanya omes! Pikirannya hanya kesitu saja.

"Apasih lo rel?! Muka lo tuh mirip pedofil!"

"Dih suka-suka gue!" Yaampun, demi dewa neptunus. Mereka berdua-Ferrel dan Leo memang tidak pernah akur! Tolonglah Louis yang tiap hari melerai mereka.

Oke, ternyata selama adu mulut, dia-Davin sudah mengambil tempat untuk mereka latihan. Tidak terlalu jauh dari tempat cewe-cewe hits kelas mereka, siapa lagi jika bukan-kelompok Caitlin?

🌸🌸🌸

"Oi! Cari di youtube aja coba, lagian kan kata Bu Ranni boleh pake HP fasilitasnya." Catarina mengusulkan.

Sedari tadi memang kelompok Caitlin sedang latihan dengan serius. Jangan tanya kenapa, jika bukan Caitlin yang memimpin. Dia tuh galak, tegas, tapi katanya sih baik kalo udah kenal.

Plakkk
Terdengar suara penggaris yang mengenai bagian tubuh. Keras-sangat keras bunyinya. Membuat Caitlin and the geng menengok ke sumber suara.

Imao!
Itu Davin, Leo, Louis dan kawan kawan yang bermain pukul-pukulan menggunakan penggaris. Mending coba kalo pukul-pukulannya kemana. Tapi ini pukul-pukulan bokong! Coba kalian pikir, tingkah mereka seperi anak SD bukan? Entahlah Caitlin bingung mengapa mereka sangat asyik dengan 'mainan' begitu.

"WOY! Lo. Davin, Leo, Louis, Ferrel! Stop bisa gak sih?! Ganggu kelompok lain aja kalian. Kerjain!" Suara Caitlin yang sudah 11 12 menyerupai TOA 😓.

"Alah sok suci lo juga Cait." Davin membuka suara.

"Halah diem lo! Nilai jelek tau rasa lo, mamam tuh!"

"Cih"

Memang, 2 insan itu tidak pernah akur. Heran.

"Aw, berantem mulu lo berdua. Nanti jadi suka aja ya, mampus lo pada." Si idiot Leo berbicara

"Najis!" Ucap Caitlin dan Davin bersamaan

"Halahh ngomong aja udah kompak apalagi hati noh." Ferrel menimpal

"Bacot." Ucap mereka bersamaan lagi

"Udahlah! Nah kan jodoh gak kemana."  Sambar Catarina-si pecinta novel.

"Ish! Udah-udah. Sekarang lanjutin kerkomnya." Caitlin sudah kesal, terlihat dari raut wajahnya.

"Eh woy! Siapa yang bawa hp sini." Tanya Fernando

"Nih nih hp gue!" Balas Amanda

"Nah-nah. Pinjem gue."

"Eh anjir apa passwordnya?" Tanyanya lagi

"Sini ah lo! Mau ngapa-"

"Buka kamera cepettt." Fernando greget akan situasi sekarang. Pasalnya, Caitlin yang duduknya di paling ujung kelompoknya sedangkan Davin juga berada di paling ujung kelompoknya. Jika diamati, Caitlin dan Davin duduk sebelahan. Maka dari itu, si jail Fernando tidak menyia-nyiakan kesempatan emas itu. Berbagai foto yang dia ambil, 'handal juga gue' batinnya yang memang agak sulit dipahami manusia normal-macam Nando.

✨👾✨
Vote dan comment jangan lupa :)
Next?

About our loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang