Bagian 2

13 5 0
                                    

Jangan menunggu karena tidak akan ada yang yang tepat. Mulailah dari sekarang, dan berusaha dengan segala yang ada. Seiring waktu, akan ada cara yang lebih, asalkan tetap berusaha.
(Napoleon Hill)
☔☔☔

Tiara menarik lengan pria itu lalu membawanya ke salah satu meja dengan penerangan yang memadai. Walaupun masih dalam kondisi yang sangat marah Tiara mencoba menenangkan dirinya.

"Kau mau minum?" Tiara menyodorkan segelas air mineral pada pria itu.

"Tidak terima kasih." Pria itu masih tertunduk dan terus bergumam meminta maaf. Seperti dia menyesal karena sempat berbuat tidak sopan pada Tiara.

"Dia ini kenapa sih? Seperti pria yang sedang mabuk saja. Apa lebih baik aku meninggalkannya di sini saja? Mungkin temannya akan datang ke sini menemaninya." batin Tiara.

"Kau datang ke sini dengan siapa? Biar aku bantu mencari temanmu." Kata Tiara seperti sedang berbicara dengan anak kecil yang kehilangan ibunya.

"Aku datang sendirian. Aku tidak bersama siapa-siapa." Jawab pria itu dengan suara lirih.

"Bagaimana ini? Aku harus apa?" Batin Tiara lagi dia seperti ingin membenturkan kepalanya sendiri ke tembok.

"Jadi, kenapa kau datang ke sini?" Tanya Tiara untuk kesekian kalinya.

"Aku juga tidak tau kenapa aku bisa di sini."

Kali ini Tiara benar-benar kesal. Dia berdiri lalu hendak beranjak meninggalkan pria bodoh itu. "Terserahlah aku tidak peduli lagi." Katanya dalam hati.

"Tunggu!" Pria itu menahan tangan Tiara. "Jangan tinggalkan aku. Aku takut sendiri." Pria itu masih menahan tangan Tiara.

Tiara menggepalkan tangannya kuat. Tiara mencoba mengatur napasnya agar tetap stabil. Jujur, dia sudah sangat emosi menghadapi pria yang satu ini.

"Huf... Kamu maunya ap..." Tiara langsung terdiam saat melihat wajah pria itu.

"Apakah harapanku terwujud? Secepat ini?" Kata Tiara dalam hati.

Tiara memutuskan duduk lagi di samping pria itu.

"Nama kamu siapa?" Tiara mulai mengintrogasi pria itu.

"Nama? Aku nggak punya nama." Sahut pria itu.

Tiara mulai mengerutkan dahinya. "Kapan kamu datang ke sini?"

"Entahlah... Aku tidak tau pasti. Tadi saat aku mendengar suara tepuk tangan yang sangat meriah pada saat itulah aku membuka mata ku. Tak ku sangka aku tiba-tiba ada di sini. Seingatku terakhir aku ada di atas atap rumah ku." Tutur pria itu sambil menatap mata Tiara.

"Wah... matanya memang indah banget ya." Batin Tiara.

"Hei..." Tegur pria itu.

"Eh... mungkin kamu datang pas aku niup lilin kali ya?"

"Nggak nyangka secepat itu harapanku terkabul." Batin untuk yang kesekian kalinya.

"Aku sedikit bingung dengan apa yang ada di sekitar ku. Semuanya aneh. Pakaian kalian. Gedung-gedung tinggi.  Lentera-lentera ini. Dan... kenapa bisa tiba-tiba banyak bintang di langit?" Wajah pria itu seperti orang kebingungan.

"Apa maksudmu?" Tiara mengerutkan dahinya. "Memangnya pakaian kami aneh? Gedung tinggi? Maksudmu rumahku? Lentera? Maksudmu lampu? Dan...bintang apa yang kau maksud? Langit memang cerah, makanya terlihat banyak bintang. Atau jangan-jangan maksudmu kembang api?"  Tiara bingung sekali melihat pria itu.

WishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang