Menjemput Kebahagiaan #part2

3K 246 25
                                    

Oleh. Anik Norafni

Maaf jika masih banyak typo. Jangan lupa kasih bintangnya ya. Makasih

~~~~~¤¤¤~~~~~

Sebulan berlalu dari pertemuan itu. Ridho sangat penasaran dengan kejadian diacara ulang tahun ponakannya waktu itu. Demi mencari jawaban, ia mencari Ratna dirumah sakit tempatnya bekerja. Setelah hari kemaren memberanikan diri beratanya pada shinta-sang Tante.

Diam-diam Ridho mencari informasi tentang Ratna. Sampailah suatu hari dia datang kerumah Ratna tanpa sepengetahuannya. Alamat Ratna didapat dari temen yang bekerja dirumah sakit tempat kerja Ratna juga.

"Permisi! Assalamu'allaikum." Suara Ridho memberi salam.

"Walaikumsalam. Maaf Mas, yang punya rumah sedang keluar. Katanya mau ziarah begitu." Sesampainya dirumah Ratna, Ridho hanya mendapati seorang tetangganya yang ikut membantu jika Ratna mendapat banyak pesanan.

"Boleh saya tunggu disini?" Ridho meminta ijin kepada perempuan yang usianya diperkirakan seumuran Ratna itu.

"Boleh Mas. Silahkan!" Perempuan itu mempersilahkam Rodho duduk dikursi teras. Perempuan itu masuk kedalam rumah lalu tak lama kemudian keluar dengan membawa secangkir minuman.

"Silahkan diminum Mas." Suaranya setelah menaruh cangkir minuman dihadapan Ridho.

"Terimakasih Mbak. Jadi merepotkan saya." Sahut Ridho yang sedikit sungkan.

"Nggak kok Mas. Ratna itu sudah saya anggap seperti saudara sendiri. Kasihan nasibnya Mas." Seeunya yang sedikit sendu.

"Oya. Perkenalkan nama saya Nunung Mas." Lanjutnya lagi.

"Oh iya Mbak Nunung. Saya Ridho."

"Maaf Mbak. Maksudnya kasihan kenapa ya mbak? Kalau boleh saya tahu." Pertanyaan Ridho yang ingin mengetahuinya. Sepertinya Rasa penasarannya semakin menjadi.

"Sekitar tujuh tahun yang lalu Ratna dilamar Mas. Anak orang kaya, katanya. Lamaran itu karena perjodohan orangtua. Karena Ratna anak yang penurut, akhirnya menyetujui saja semuanya. Persiapan pernikahan dari kedua belah pihak akhirnya dilakukan. Tetapi takdir berkata lain, orangtua Ratna kecelakaan dan nyawanya tidak bisa diselamatkan. Mendengar kabar itu semua syok Mas, terutama Ratna dan adeknya.

Tidak sampai disitu, tiga hari setelah pemakaman kedua orangtuanya, Ratna harus kembali menelan pil pahit. Keluarga dari tunangannya datang dan membatalkan pernikahan mereka. Sepintas saya dengar kalau Ridwan-nama tunangannya Ratna, telah menghamili anak dari teman bisnis Papanya."

"Kejadian itu membuat Ratna terpuruk, adeknyalah satu-satunya semangat hidupnya. Dia harus bangkit dan bertahan. Dia haru bersemangat menjalani hidup demi sang adek. Sesuai dengan amanat kedua orangtuanya bahwa adeknya harus jadi tentara, seperti sekarang ini. Dia harus memendam cita-citanya menjadi seorang dokter karena harus membiayai pendidikan adeknya dan buat makan sehari-hari.
Begitulah kurang lebih ceritanya Mas." Suara Nunung panjang lebar menceritakan masa lalu Ratna.

"Sebentar Mbak, tadi nama tunangannya dek Ratna Ridwan?" Tanya Ridho meyakinkan pendengarannya.

"Iya. Betul Mas."

"Assalamu'allaikum." Suara salam seseorang.

"Walaikumsalam. Oh ini dia yang ditunggu sudah datang." Seru Nunung lalu berdiri.

"Loh, Mas Ridho! Sudah lama Mas?" Tanya Ratna yang mengalihkan pandangannya pada Ridho.

"Baru saja kok Dek." Jawab Ridho sekenanya.

"Rat, Aku pulang dulu ya. Mau jemput anak-anak." Pamit Nunung padanya.

"Oh iya Nung. Makasih ya sudah jaga rumah. Nanti anak-anak ajak maen kesini, katanya mau bikin donat."

"Haduh. Anak-anakku jadi ngerepotin kamu terus Rat." Nunung sungkan.

"Nggak apa-apa. Aku malah seneng kok. Hati-hati dijalan."

"Makasih ya Rat. Mari Mas Ridho." Pamit Nunung pada mereka berdua. Lalu pergi meninggalkan  rumah itu.

Setelah kepergian Nunung Ratna pamit kedalam untuk mencuci tangan dan berganti baju biasa, karena tadi masih memakai seragam kerja.

"Maaf ya, Mas Ridho jadi nunggu lama." Suara Ratna setelah keluar dari dalam rumah.

"Oh nggak apa-apa dek, nyante saja. Aku nggak nggu kan?" Tanya Ridho jujur.

"Nggak kok Mas. Hari ini sebenarnya libur. Cuma tadi temen telpon suruh gantiin karena mau priksain anaknya yang sakit. Sekalian juga tadi mampir ziarah ke makam Ayah dan Ibu."

***

Sejak Ridho datang kerumah Ratna, dia selalu mencari informasi tentangnya. Termasuk hari ini saat Mamanya ingin dibelikan kue kesukaannya, Ridho memanfaatkan untuk memesan ketempat Ratna sekaligus bertemu dengannya.

Setelah pulang dinas tadi, Ridho segera meluncur ketempat Ratna dengan menggunakan motor kesayangannya. Tak lupa ia mengganti pakaian dinasnya dengan pakaian biasa.

"Loh, Mas Ridho sudah datang? Sebentar ya Ratna ambilkan pesanannya." Ratna berbalik ingin masuk kedalam rumah.

"Dek Ratna sibuk ya?" Suara Ridho menahannya agar tidak masuk kedalam rumah.

"Nggak juga sih Mas. Cuma nunggu orang yang mau ambil pesanan seperti Mas Ridho." Suaranya ramah sambil tersenyum.

"Oh. Tak kira nungguin aku datang." Suara Ridho menggoda Ratna.

"Iya. Mas Ridho juga tak tungguin. Kan pesen kue juga."

"Kalau Aku nggak pesen kue, kira-kura ditungguin nggak ya?" Ridho masih menggoda Ratna.

"Kalau Aku nungguin mas Ridho nanti ada yang marah, terus ngelabrak Ratna lagi."

"Ya sudah. Saya Ambilkan minum dulu ya." Ratna masuk kedalam rumah meninggalkan Ridho dikursi teras.

***

"Maaf Nak Ratna. Sepertinya rencana pernikahan ini harus kita hentikan dan lupakan. Anakku sudah menghamili anak gadis orang, jadi mau tidak mau dia harus menikahi gadis itu untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya."  Suara perempuan paruh baya itu padanya. Mama Ridwan yang datang dan membatalkan rencana pernikahan mereka.
Kenangan itu akan selalu diingatnya. Kenangan pahit yang datang tiga hari setelah pemakaman kedua orangtuanya.

Kring... kring... kring

Suara dering handpone membuyarkan lamunannya. Pertanda ada panggilan masuk.

"Assalamu'allaikum. Iya dek." Suaranya mengangkat telpon.

"Walaikumsalam. Kakak pasti baru habis ngalamun lagi ya? Sudahlah kak. Lupakan si brengsek itu! kakak masih punya masa depan panjang." Suara sang adek semata wayangnya yang sudah hafal dengan kebiasaan sang kakak. Karena sebelumnya dia menghubungi telpon rumah dan hasinya nihil.

"Kamu sok tahu sih dek." Suaranya mengelak.

" ya iyalah. Rizal gitu loh." Suara khas sang adek selalu membuat Ratna tersenyum.

"Maaf ya kak. Rizal belum bisa pulang baru banyak kegiatan." Lanjut sang adek yang penuh penyesalan.

"Iya nggak apa-apa. Nanti kalau kakak sudah longgar tak gantian maen kesana, bawa kue kesukaanmu."

Obrolan kakak beradik itupun berlangsung dan tak terasa bulir bening jatuh dari sudut mata Ratna. Tangis bahagia karena sudah berhasil mewujudkan keinginan kedua orangtuanya menghantarkan sang adek menjadi seorang tentara.

~~~~~¤¤¤~~~~~

Bagaimana kisah mereka selanjutnya. Ikutin terus ya.
Jangan lupa kasih ☆ ya.

Karanganyar 04.01.2018
Fb. Anik Norafni

Menjemput KebahagiaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang