PERTEMUAN

134 22 8
                                    

"Anetha, menurut kaka kamu harus ngasih tau keadaan kamu ke papi sama mami kamu. Ini masalah yang serius Anetha. Ini bukan main-main"
Kata seorang lelaki pada Anetha.


"Aku tau kak ini bukan masalah yang sepeleh. Tapi aku nggak mau ngerepotin mami sama papi lagi. Aku nggak mau mereka sedih kalo tau apa yang sedang aku alami ini kak"
Mohon Anetha pada lelaki yang menggunakan jas berwarnah putih.

Dia adalah Dokter Andra,dia
juga adalah kakak sepupu Anetha. Dokter Andra lah yang menangani masalah kesehatan Anetha saat ini.

"Baik Anetha, kaka tau maksud kamu. Tapi ingat, kaka nggak mau sesuatu yang buruk terjadi sama kamu". Pintah Andra pada Anetha yang dibalas anggukan oleh Anetha.

"Yaudah kak. Kalo gitu Anetha pamit dulu".
Anetha pun berlalu meninggalkan salah satu ruangan di rumah sakit tersebut.

------------------

Anetha berjalan menyusuri koridor rumah sakit. Pikirannya melayang entah kemana. Ia merasa sangat sedih. Mengapa ia harus mengalami semua ini?. Namun Anetha memang sosok gadis yang tegar. Ia pandai menyembunyikan rasa sakitnya dari orang-orang yang dia sayang, dengan maksud ia tak ingin melihat orang lain menderita karna dirinya.
Anetha masih fokus berjalan dengan kepala yang tertunduk. Hingga tak sadar--

Bruk.

"Eh lo kalo jalan pake mata dong. Nggak liat apa ada orang di depan"
Omel seorang lelaki dengan nada kesal.

"Iya sorry, yang ada jalan tu pake kaki, bego banget sih"
Omel Anetha dengan kesal.

Sebenarnya Anetha sadar, ini juga salahnya dia. Toh, di juga jalannya nggak liat kedepan malah nunduk liat kebawa. Niat buat minta maafnya sirna, ketika cowok dihadapannya ini malah mempersalahkan dirinya.

"Udah salah bukannya minta maaf malah balik ngomel!"
Kata laki-laki itu dengan tampang tanpa dosanya seolah-olah dialah yang paling benar.

"Udah ah. Malas gue ngeladenin cowok kaya lo"
Ujar Anetha sambil memutar bola matanya malas pergi meninggalkan lelaki itu sendiri.
Lelaki itu menatap kepergian Anetha dengan tampang tak sukanya.

"Gila ya tu cewe. Berani banget ngatain gue. Untung cantik, kalo enggak udah gue cekik dari tadi" gerutu lelaki itu panjang lebar yang masih kesel gara-gara kejadian tadi. Lelaki itu pun berjalan meninggalkan tempat tersebut dan melesat menuju salah satu ruangan di rumah sakit itu.

----------------

Anetha berjalan dengan langkah gontai menuju pintu rumahnya. Bukan karna ia meresa pusing atau apalah, tapi ia sedang memikirkan sesuatu yang membuat ia sedih sehingga berjalan saja malas untuk Anetha lakukan.


"Non udah pulang?"
Tanya Bi Ika, asisten rumah tangga Anetha.


"Iya Bi. Anetha langsung masuk ke kamar aja Bi". Ucap Anetha langsung menuju kamarnya.

"Yah udah non, langsung istirahat ya" ucap bi Ika. Bi Ika sangat perhatian kepada Anetha. Anetha pun sudah menganggap Bi Ika sebagai bagian dari keluargannya. Di rumah, Anetha cuma di temani oleh Bi Ika, jadi Bi Ika lah yang bertanggung jawab untuk mengurus segala keperluan Anetha.

Anetha membuka pintu kamarnya dan langsung merebahkan dirinya di kasur. Ia merasa sangat lelah. Ia lelah menjalani kehidupan yang kejam ini.

Anetha kembali bangun dan duduk di samping tempat tidurnya. Ia mengambil tas yang tadi ia tenteng waktu ke rumah sakit, dan merogoh tas tersebut sembari mengambil sesuatu di dalamnya. Anetha mengambil sebuah kertas yang di bungkus sebuah amplop putih. Di bukannya amplop tersebut, dan dibacalah isi kertas itu secara saksama.

JOANETHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang