ANCAMAN SEAN

126 17 18
                                    

"Lo cewek waktu itu kan"
Tanya Sean sambil menatap lekat mata Anetha.

"Sean dan Anetha kalian berdua kenapa? Ada apa ini ribut-ribut?"
Tanya Bu Vira ketika mendengar ada keributan yang bersumber dari bangku Anetha dan Sean.

"Nggak kenapa- napa Bu. Saya cuman mau ngajak kenalan sama teman sebangku saya ini, tapi responnya kek gini bu"
Jawab Sean yang sudah pasti berbohong. Dia sama sekali tidak mengajak Anetha untuk berkenalan.

"Ah ya sudah. Mari kita lanjutkan pelajaran kita. Anetha dan Sean, Ibu harap kalian bisa tenang" ujar bu Vira yang kemudian melanjutkan kegiatannya mengajar.

Anetha mendelik ke arah Sean dengan tatapan tajam.
"Lo apaan sih pake bohong segala? Boro-boro mau ngajak gue kenalan!"

Sean yang ditatap seperti itu hanya menampakkan muka datarnya. Ia mengangkat sebelah alisnya.
"Bodoh amat! Suka-suka gue mau bohong. Emang dosa gue lo yang nanggung? Gue rasa hidup lo nggak bakalan tenang deh mulai sekarang. Ini ancaman" Kata Sean sambil menyunggingkan senyum devilnya yang membuat Anetha seketika terdiam.

Emosi Anetha memuncak. Ia tak dapat menahan emosinya yang sudah sampai ubun-ubun karena berhadapan dengan cowok songong di depannya. Malah sekarang beraninya dia mengancam Anetha.
"EH EMANG DASAR LO COWOK BELAGU. ELO YANG--"

"ANETHA! APA YANG KAMU LAKUKAN! BUKANNYA SAYA SUDAH MEMPERINGATKAN KALIAN UNTUK DIAM?" teriak Bu Vira yang begitu menggelegar bak halilintar di dalam ruang kelas. Murid-murid yang berada di dalam kelas spontan menoleh ke arah Anetha yang di teriaki bu Vira.

"Maaf Bu. Saya nggak--"

"SEKARANG KAMU KELUAR! BERSIHKAN TOILET PUTRI SEBAGAI HUKUMAN!

"Tap--"

"KELUAR!"

Tatapan membunuh Bu Vira membuat Anetha terpaksa keluar.
Dengan berat hati Anetha pun melangkah menuju toilet putri yang berada di samping gudang sekolah.
Dengan berat hati pula, ia melaksanakan perintah bu Vira membersihkan toilet tersebut.

------

"Lo berani banget ngerjain anak orang. Gue merhatiin lo ya waktu di kelas tadi" ujar Riken pada Sean.

"Siapa?" ujar Sean yang masih bingung dengan pertanyaan Riken sambil menyeruput Es teh manisnya.

"Joanetha" Timpal Thyo

"Ooh. Cewek yang duduk di sebelah gue? Kenapa? Emangnya nggak boleh?" tanya Sean sambil menautkan kedua alisnya.

"Yah nggak gitu. Kita aja yang udah sekelas ama dia dari lama nggak berani ngerjain dia. Dia tuh jutek banget." ujar Riken yang diikuti anggukan oleh Thyo.

"Bodoh amat" jawab Sean yang masih juga sibuk menyeruput minumannya.

"Btw kenapa lo ngerjain dia gitu. Lo udah kenal sama dia" tanya Thyo dengan tampang yang penasaran.

"Nggak juga sih. Gue pernah ketemu sekali waktu di rumah sakit pas gue ngejengukin oma gue. Waktu itu dia nabrak gue, bukannya minta maaf dia malah ngatain gue. Lo kenal banget kan sama gue?. Dan gue nggak suka diperlakuin kaya gitu. Liat aja nanti" jelas Sean panjang lebar yang diakhiri dengan sunggingan senyum yang terukir manis di bibirnya. Pemandangan itu membuat kaum hawa yang berada di area kantin menatap kagum kearah Sean. Mereka memperhatikan setiap gerak gerik Sean.

"Kayanya udah ada calon Most Wanted baru nih di sini" ujar Riken sambil memutar bola matanya melirik ke arah Sean. Yang dilirik pun cuma cengengesan.

JOANETHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang