Assyfa mendongakkan kepalanya saat buku yang telah berhasil ia temukan dan ia pegang juga tengah dipegang oleh sebuah tangan.
"Eh..Kak Az--zam," ucap Assyfa sambil menurunkan tangan yang masih bertengger dibuku yang ingin ia beli itu.
"Mau beli buku yang ini juga ya kak?" tanya Assyfa.
"Hmm," jawabnya hanya dengan deheman.
"Yaudah kalau gitu yang itu buat kak Azzam aja,biar Assyfa tanya dulu sama penjaga toko mudah-mudahan masih ada," ucap Assyfa diiringi senyum.
Sebenarnya setiap senyum yang Assyfa tampilkan mampu menghangatkan hati Azzam yang begitu dingin terhadap akhwat. Namun Azzam selalu berusaha menepisnya.
Azzam pun berjalan menuju kasir untuk membayar buku itu. Setelahnya,ia berjalan keluar dari toko buku dan melihat Assyfa yang tengah berjalan didepannya menuju kedai ice cream dengan tangan kosong pertanda buku yang ingin dibelinya sudah tidak ada selain buku yang sekarang sedang berada dalam genggaman Azzam.
"Assyfa!" panggil Azzam spontan.
'Tunggu.. Bukankah itu suara kak Azzam? Dia memanggil namaku? Yang benar saja!" ucap batin Assyfa merasa tak percaya. Tapi Assyfa pun menoleh ke arah sumber suara dan ternyata benar,itu suara kak Azzam!
"I--iya kak? Ada apa?" entah kenapa ketika berhadapan dengan Azzam membuat Assyfa selalu gugup.
"Mau ke sana?" tanyanya sambil menunjuk kedai ice cream.
"Iya kak. Kak Azzam mau kesana juga?"
"Tidak,kalau kamu bertemu Ahnaf,bilangin cepat ke parkiran".
"Oke ka".
"Makasih," ucap Azzam sambil menampilkan senyum tipisnya.
"I--iya sama-sama kak," balas Assyfa.
Assyfa kembali bersama Ayra dan Ahnaf. Ternyata dua insan ini sedang berceloteh ria disebuah kursi yang sudah tersedia di kedai ketika Assyfa hendak menjemputnya.
"Ayra,Assyfa kalian bawa kendaraan gak?" tanya Ahnaf ketika mereka telah sampai diparkiran.
"Nggak kak" jawab Ayra.
"Yaudah kalo gitu bareng aja sama aku dan Azzam,lagian kita bawa mobil ko," tawar Ahnaf.
"Kalo Ayra gimana Assyfa aja deh," ucap Ayra sambil melirik Assyfa.
"Ng--gak usah kak kita bisa naik angkutan umum aja," ucap Assyfa menolak secara halus.
"Udah ayo,gak baik lo nolak kebaikan orang," ucap Ahnaf sok bijak.
"Tapi----" belum sempat Assyfa menyelesaikan ucapannya sudah dipotong terlebih dahulu oleh Ahnaf.
"Zam,Assyfa sama Ayra ikut kita yah? Udah lo gak usah protes,gue gak terima penolakan apapun! Assyfa,Ayra ayo cepetan masuk,apa perlu aku seret kalian untuk masuk?" ucap Ahnaf panjang kali lebar dengan nada bercanda tentunya,ketika mereka sudah sampai disamping mobil Azzam,sedangkan Azzam sudah duduk dibangku kemudi.
Kalau sudah begini Azzam hanya bisa menghela napas pasrah. Azzam pun mulai melajukan mobilnya meyusuri jalanan kota Bandung.
🌸🌸🌸
Sesudah melaksanakan shalat isya juga makan malamnya,Azzam kini tengah duduk dikursi taman belakang rumahnya menikmati hembusan angin malam yang menerpa kulitnya. Entah mengapa tiba-tiba ia teringat pertemuan-pertemuannya dengan Assyfa. Dari mulai membuat makalahnya rusak,Assyfa menggantinya,kejadian tadi siang ditoko buku hingga ketika ia mengantarkan Assyfa pulang. Tiba-tiba Azzam teringat akan diary Assyfa yang masih ada dikamarnya. Azzam pun segera bangkit dari duduknya,tapi ketika Azzam akan melangkahkan kakinya,sebuah suara memanggilnya.
"Kak Azzam."
"Eh dek ngapain disini?"
"Enggak,tadi Dira mau ke kamar,pas gitu gak sengaja liat kak Azzam disini,jadinya Dira kesini dulu deh," jawab Adira
"Yaudah kalo gitu kita masuk"
"Bentar kak," ucap Adira sambil menahan tangan Azzam.
"Kenapa?"
"Kakak tadi kenapa melamun? Ayo mikirin apa? Pake senyam-senyum segala lagi udah kaya orang gila aja," tanya Adira sambil terkikik.
"Sembarangan kamu dek. Lagian kakak gak melamun kok," kilah Azzam.
"Alah gak usah bohong gitu kak, kakak itu gak pandai berbohong. Biar Dira tebak,kak Azzam pasti lagi mikirin akhwat yah? Hayo ngaku,tenang aja Dira bakal tutup mulut sama abi dan umi kalo emang bener".
"Nggak Adira,tadi tuh kakak melamun karena lagi mikirin tugas yang menumpuk ditambah sebentar lagi mau UN," elak Azzam lagi.
"Hahahaha.... Gak...gak mungkin... hahahaha," Adira benar-benar tidak bisa mengendalikan tawanya, sampai-sampai matanya berair dengan posisi tangan memegang perut.
"Gak mungkin kak Azzam.. hahaha.. masa mikirin tugas senyam-senyum,yang ada nih yah kalo mikirin tugas tuh pusing,lah ini malah senyam-senyum kaya orang seneng,hahaha.. kak Azzam memang tak akan bisa berbohong pada seorang Adira kalo kak Azzam tuh lagi jatuh cinta hahaha.." ucap Adira masih dengan sisa-sisa tawanya.
"Ngaco banget sih kamu dek,anak kecil mana tau tentang jatuh cinta!" ucap Azzam
Adira mengerucutkan bibirnya masa dia dibilang anak kecil? Padahalkan udah kelas IX.
Azzam yang merasa gemas pun segera mencubit pipi adik bungsunya itu.
"Ayo masuk udah malem".
Walaupun masih merasa kesal, Adira tetap menuruti perintah kakaknya tetapi dengan bibir yang masih dikerucutkan.
🌸🌸🌸
"ASSYFA!"
Teriakan itu menggema dilorong sekolah. Assyfa yang sudah sangat hafal si pemilik suara segera menolehkan badannya.
"Ayra gak usah teriak-teriak! Kuping aku juga masih normal," ucap Assyfa ketika didapatinya Ayra yang sudah ada dibelakangnya sambil menunjukkan cengiran khasnya.
"Hehe.. Iya iya mangaf, eh maaf maksudnya".
"Suara wanita itu termasuk aurat Ayra. Kamu tau gak bicara Rasulullah seperti apa?"
"Gimana?"
"Rasullah tidak pernah berbicara penuh sebagaimana bicaramu ini (cerewet), tetapi beliau berbicara dengan perkataan yang jelas,padat sehingga bisa dihafal oleh orang yang ada disekitarnya (HR Abu Dawud)".
"Oh iya bu ustadzah terima kasih, berkatmu pengetahuan saya menjadi bertambah," ucap Ayra sambil cengengesan.
Assyfa hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah laku sahabatnya ini. Tetapi sedetik kemudian ia teringat sesuatu sehingga membuat langkahnya terhenti.
🌸🌸🌸
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian yah😉 apalagi jangan sampai lupa dengan......
Shalat lima waktunya😃
🌸🌸🌸
Syukran..
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dalam Istikharah [Open PO]
SpiritualTerkadang sebuah rasa tidak perlu diperlihatkan oleh raga, karena titik tertinggi mencintai jika belum berlabel halal adalah dengan mendo'akan. Kelak kamu akan tahu jika diamku adalah caraku memuliakanmu. Cinta tidak perlu kau umbar, cukup kau simpa...