Azzam kembali dengan membawa sebuah kunci ditangannya. Namun saat ia sedang berjalan menuju parkiran, ia mendengar sebuah suara yang sudah tak asing ditelinganya berada didekat taman. Rasa bimbang menyelimuti pikiran Azzam, logikanya berkata tidak usah mendekat dan mendengarkan, toh ini bukan urusannya. Tetapi berbeda dengan hatinya yang menginginkan kebalikan dari logikanya.
Akhirnya Azzam memutuskan untuk memilih apa kata hatinya. Ia berdiri dibalik pohon yang memang lumayan besar sehingga bisa menutupi keberadaan dirinya, dan ia bisa melihat siapa yang ada di taman itu dengan cara mengintip tentunya, entahlah mungkin ini sedikit gila menurut Azzam tapi sungguh ia ingin tahu ini.
"Sebenarnya aku--"
"Fa aku ke toilet dulu yah"
"Iya, tapi cepet balik lagi"
"Oke"
"Mau bicara apa kak?"
"Sebenarnya aku jatuh cinta sama kamu Fa, sejak kali pertama kita bertemu"
"Fa, would you be my girlfriend? Be the queen in my heart?"
Jleb!
Apa? Jadi selama ini... Sahabat yang bahkan sudah Azzam anggap sebagai saudaranya sendiri menyukai perempuan yang ahh akhir-akhir ini selalu ada dipikarannya! Azzam mengepalkan tangannya, dalam hati ia terus beristighfar agar bisa meredam emosinya. Kejadian masalalu masih terekam jelas dalam ingatannya. Azzam pun memilih pergi meninggalkan taman tersebut, entahlah hatinya merasa tak karuan setelah mendengar pernyataan Althaf.
"Zam lama banget sih bawa kunci juga, tau gitu mending gue aja yang bawa, apa jangan-jangan lo jalannya dihitung yah dapet berapa langkah?" cerocos Ahnaf dan jangan lupakan nada humornya, ketika Azzam sampai di parkiran.
'Krik.. Krik..'
Tak ada jawaban..
Ahnaf pun segera duduk dibangku samping kemudi ketika Azzam sudah duduk dibangku kemudinya. Ahnaf heran dengan perubahan sikap Azzam namun melihat raut dingin Azzam membuat nyalinya ciut untuk bertanya.
🌸🌸🌸
Setelah bel pulang sekolah berbunyi Assyfa segera meminta Ayra untuk menemaninya menemui Althaf karena Assyfa memang sudah menceritakannya terlebih dahulu tadi sewaktu istirahat pada Ayra.
"Assalamu'alaikum," salam Assyfa juga Ayra ketika sudah berada ditaman dan mendapati Althaf yang sedang melamun sambil senyam-senyum, sendiri tentunya.
" Eh wa'alaikumsalam," dari ekspresi dan nada bicaranya, bisa dipastikan bahwa ia sedang kaget.
"Eh ada Ayra juga," ucapnya, Ayra hanya menanggapinya dengan senyuman.
"Emm jadi ada perlu apa kak?" tanya Assyfa to the point karena ia tidak suka jika bertele-tele.
"Sebenarnya aku--" Althaf menggantungkan kalimatnya disertai gerakan tangan menggaruk tengkuk yang tidak gatal.
"Fa aku ke toilet dulu yah," pamit Ayra karena ia merasa Althaf hanya ingin berbicara berdua dengan Assyfa.
"Iya, tapi cepet balik lagi"
"Oke".
Bukannya ke toilet, Ayra malah berdiri dibalik pohon untuk mendengar percakapan mereka.
"Mau bicara apa kak?" tanya Assyfa.
"Sebenarnya aku jatuh cinta sama kamu Fa, sejak kali pertama kita bertemu," ucap Althaf tanpa ada keraguan dalam nada bicaranya.
Assyfa terlonjak kaget mendengar penuturan Althaf. Ia hanya mampu menatap kosong ke arah Althaf.
"Fa, would you be my girlfriend? Be the queen in my heart?" Althaf tiba-tiba menjatuhkan dirinya tepat dihadapan Assyfa. Ya Althaf berlutut sambil membawakan setangkai bunga mawar.
Hening... Tak ada suara sedikit pun, hingga..
"Maaf kak, aku nggak bisa," ucap Assyfa sambil melangkahkan kaki meninggalkan Althaf yang diam mematung dengan posisi yang masih sama. Bersamaan dengan itu rintikan hujan mulai membasahi bumi tetapi tidak membuat Althaf bangun dari posisinya ia hanya menatap punggung Assyfa yang semakin menjauh. Bagi Althaf hujan ini memberikan kenangan, kenangan yang sangat pahit dalam sejarah hidupnya.
🌸🌸🌸
Dibalik pohon, Ayra sangat terkejut mendengar pernyataan Althaf, matanya yg sedari tadi mengintip mereka ia alihkan ke arah lain bersamaan dengan gerakan tangan menutup mulut yang menganga. Tetapi objek lain ia dapatkan ketika ia mengalihkan pandangannya. Azzam. Ya, itu Azzam sedang berjalan menjauh dari sebuah pohon, dilihat dari wajahnya seperti orang yang sedang menahan kesal.
"Kak Azzam lagi ngapain disana? Apa jangan-jangan kak Azzam denger pernyataan kak Althaf juga, tapi kenapa wajahnya ditekuk gitu? Apa jangan-jangan kak Azzam suka sama si Assyfa yah," Ayra bergumam sendiri. Namun tiba-tiba...
'Bruk'
Sebuah tangan menggandeng tangan Ayra.
"Ayo pulang"
"Assyfa kamu---"
"Ay kenapa kamu bohong sih?" Assyfa berucap dengan nada kesal.
"Bo-- bohong gimana maksudnya?" gugup Ayra, pasalnya ini pertama kalinya Assyfa kesal padanya.
"Kamu gak jadi ke toiletkan? Kamu ngumpet dibalik pohon dengerin percakapan aku sama kak Althaf. Ayra aku tuh gak mau berduaan kaya gitu, kamu pasti tahukan apa yang kak Althaf bicarakan?"
"Iya aku tahu Fa. Gimana kamu terima?" ujar Ayra antusias, rupanya dia sudah lupa bahwa Assyfa sedang kesal.
"Nggak"
"Lah kenapa? Kak Althaf itu ganteng iya, pinter iya, baik iya, nembaknya juga romantis banget pake acara berlutut segala sambil ngasih bunga mawar juga kenapa kamu nolak?"
Assyfa tersenyum tipis mendengar pernyataan Ayra.
"Lelaki yang baik itu gak bakalan mengajak kepada kemaksiatan"
"Maksudnya?"
"Bukankah sudah ditegaskan dalam Surah Al-Isra' ayat 32 yang berbunyi:
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا ۖ إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk."
"Lagian laki-laki yang jantan itu bukan hanya berani ngajak pacaran tapi yang berani ngehadapin seorang lelaki yang biasa disebut 'bapak' untuk mengkhitbah anak gadisnya," jelas Assyfa panjang lebar disertai senyuman manis diujung kalimatnya.
"Udah ah ayo pulang, nanti hujannya makin besar," ajak Assyfa sambil menggandeng tangan Ayra.
Ayra? Jangan ditanya dia sudah cengo saja mendengar penjelasan Assyfa. Kebiasaan dirinya kalau diberi kultum oleh Assyfa. Hihi.
🌸🌸🌸
Assalamu'alaikum ya akhi wa ukhty😊
Jangan lupa vote dan komennya!
Vote dan komen dari kalian sangat membangun semangat aku buat lanjutin cerita ini😘
Ayo tunjukan pesonamu yuk, gak usah jadi silent readers, wkwk😁
Eh tapi yang ikhlas aja, aku gak maksa loh😂Oke! See you in the next part😆
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dalam Istikharah [Open PO]
SpiritualTerkadang sebuah rasa tidak perlu diperlihatkan oleh raga, karena titik tertinggi mencintai jika belum berlabel halal adalah dengan mendo'akan. Kelak kamu akan tahu jika diamku adalah caraku memuliakanmu. Cinta tidak perlu kau umbar, cukup kau simpa...