Azzam bersama kedua sahabatnya -Althaf&Ahnaf- sedang menikmati makanan yang mereka pesan dikantin sekolah, sesekali diselingi dengan canda tawa terutama sih dari si humor Ahnaf.
Althaf memang tidak suka akan kedekatan Azzam dan Assyfa, namun ia tidak boleh membenci Azzam terlebih dahulu, toh perkiraannya belum tentu benar. Tiba-tiba matanya menangkap sosok yang sedang ada-- ahh bukan, tapi selalu ada dipikirannya, ia pun melambaikan tangannya. Dan siapa sangka sosok itu menghampirinya. Dalam hati Althaf sangat senang bukan main.
"Assalamu'aikum."
"Wa'alaikumsalam."
"Eh ada Ayra sama Assyfa, kalo Ayra kesini pasti kangen yah kemarin gak sekolah jadi gak ketemu sama abang Ahnaf," ucap Ahnaf dengan PD-nya sambil menaik turunkan alisnya.
Ayra dan Assyfa hanya bisa tersenyum kecil melihat itu.
'Buk'
'Buk'Dua toyoran pun mendarat dikepala Ahnaf, siapa lagi pelakunya kalau bukan Althaf dan Azzam.
"Ceileh yang jomblo sirik aja," sahutnya.
"Lo juga kali," ucap Azzam dan Althaf kompak.
"Yah mending gue, bentar lagi juga bakal taken."
"Buktinya?" tanya Althaf.
"Udah ada calon," jawabnya sambil melirik Ayra.
Yang dilirik hanya bisa tersipu.
"Mana mau sama lo," ucap Althaf meledek, tentunya hanya bercanda.
"Eh Assyfa Ayra duduk, gara-gara si Ahnaf jadi gak nyadar ada kalian berdua," sambung Althaf.
"Iya kak gak papa," ucap Assyfa dan Ayra bersamaan.
"Kayanya ada perlu deh, tumben-tumben kesini," ucap Ahnaf.
"Iya kak, aku mau ke kak Azzam,"
Jledaaaar!!!
Jawaban Assyfa membuat hati Althaf sakit, tentu saja, pasalnya Althaf mengira Assyfa datang ketempatnya karena lambaian tangannya, tapi nyatanya lagi-lagi untuk bertemu Azzam.
Azzam yang merasa namanya disebut lantas mengalihkan pandangan dari buku yang sedang di bacanya. Lalu menaikkan sebelah alisnya seolah bertanya 'Ada apa?'
"Emm.. Kak Azzam waktu itu ada buku kecil yang terselip gak dimakalah yang Assyfa berikan."
Azzam yang mendengar pertanyaan seperti itu agak sedikit terkejut, namun ia selalu bisa menyembunyikan ekspresi apapun dibalik wajah datarnya.
"Enggak," jawabnya singkat.
"Gak ada bukan fa?" tanya Ahnaf.
"Iya kak, hilangnya bersamaan sama waktu Assyfa beriin makalah itu, yah Assyfa kira kebawa gitu."
"Jatuh kali," ujar Azzam santai.
"Emm iya mungkin," ucap Assyfa tersenyum paksa.
"Emangnya bukunya berharga banget ya Fa? Kamu kok keliatan lesu gitu?" tanya Ayra.
"Emm.. Yaudah Assyfa sama Ayra balik ke kelas dulu ya kak, assalamu'alaikum," pamit Assyfa sambil menarik tangan Ayra.
"Wa'alaikumsalam," jawab mereka dengan wajah kebingungan.
🌸🌸🌸
"Assyfa kenapa sih? Ada yang salah?" tanya Ayra ketika keduanya sudah duduk di kursi kelas mereka.
"Di diary itu ada tulisan Ay."
"Yaiyalah ada tulisannya, orang yang nulisnya juga kamu"
"Ih maksudnya aku malu, kalo ada yang baca."
"Udah gak papa, siapa tahu yang baca jadi bisa ngambil manfaat dari yang kamu tulis, biasanya kan kata-kata yang bijak gitu kalau dari bu ustadzah mah," ucap Ayra enteng sambil cengengesan.
Belum sempat Assyfa membalas perkataan Ayra, Bu Vida sudah terlebih dahulu masuk ke kelas untuk mengajar.
🌸🌸🌸
Sosok Ikhwan yang Kurindu
Dia..
Yang taat kepada-Mu juga kepada Rasul-MuYang menundukan pandangannya ketika bertemu
Yang selalu pergi ke masjid untuk memenuhi panggilan-Mu
Dia..
Tak perlu setampan Nabi Yusuf,
Karena aku pun tak secantik ZulaihaDia..
Tak perlu semulia Nabi Muhammad,
Karena aku pun tak semulia bunda KhadijahAku hanyalah wanita akhir zaman,yang menginginkan dia yang beriman, karena cita-citaku menjadi wanita sholihah.
Tulisan tangan itu membuat Azzam menarik kedua sudut bibirnya membentuk senyuman manis, entah mengapa ada rasa kagum dan ahh... Azzam tidak tahu perasaan yang ini.
Azzam pun menutup kembali buku tersebut dan buru-buru menyimpannya diantara selipan buku-buku yang disimpan dirak bukunya, karena sebentar lagi ia yakin adiknya pasti ke kamarnya untuk mengingatkan makan malam.
🌸🌸🌸
Drrrttt.. Drrrttt.. Drrrtt..
Getaran terus-menerus yang menandakan ada panggilan masuk pada ponselnya membuat Assyfa memberhentikan dahulu aktivitas menulisnya PR-nya.
Lagi-lagi nomor tak dikenal, tapi tidak mungkin jika Azzam, pasalnya nomor Azzam sudah diberi nama 'Ice Man' oleh Assyfa, hihi terkadang Assyfa juga merasa lucu dengan nama itu.
"Assalamu'alaikum," salam Assyfa terlebih dahulu setelah menggeser panel hijau di ponselnya.
"Wa'alaikumsalam Assyfa," jawab orang diseberang sana, dan dari suaranya sepertinya Assyfa mengenalnya.
"Ini dengan siapa yah?"
"Aku Althaf, masa gak kenal," ucapnya sambil terkekeh.
"Oh kak Althaf, ada perlu apa kak?"
"Emm-- pulang sekolah bisa ketemu gak Fa?"
"Memangnya ada perlu apa yah kak? Kenapa gak dibicarain disini aja?"
"Engg-- gak bisa Fa, harus ketemu langsung gitu, jadi bisa gak?"
"Yaudah, ketemunya dimana kak?"
"Di taman sekolah aja."
"Yaudah, gak ada yang mau disampaikan lagi kan kak? Aku tutup yah, assalamu'alaikum"
Tit!
Sambungan telpon diputuskan terlebih dahulu oleh Assyfa setelah ia mendengar jawaban salam dari seberang sana. Jujur Assyfa sedikit kesal dengan sikap Althaf yg seperti itu. Ia pun kembali melanjutkan menulis PR-nya, setelahnya ia membaringkan diri dikasur dan mulai memejamkan matanya.
🌸🌸🌸
Ada yang penasaran sama Althaf mau bicarain apa?
Semoga ada yah😆
Pantengin terus cerita CDI❤Jangan lupa vote dan komennya. Vote dan komen dari kalian itu sangat mujarab bangkitin semangat menulis loh😅
Ayo tunjukan pesonamu jangan jadi silent readers😂😆Assalamu'alaikum..
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dalam Istikharah [Open PO]
EspiritualTerkadang sebuah rasa tidak perlu diperlihatkan oleh raga, karena titik tertinggi mencintai jika belum berlabel halal adalah dengan mendo'akan. Kelak kamu akan tahu jika diamku adalah caraku memuliakanmu. Cinta tidak perlu kau umbar, cukup kau simpa...