[10/10]

5.9K 885 171
                                    

Worth it

"(Name)!"

Kaminari berhasil mengejar (Name) dan mengenggam lengan atas (Name), menghentikan perempuan itu berlari lebih jauh lagi.

"Jangan sentuh aku!"

Dengan reflek (Name) langsung mengayunkan tangannya yang digenggam ke arah Kaminari, hendak menyiku wajah Kaminari. Tapi Kaminari sudah mengenal (Name), dengan sebelah tangannya yang bebas Kaminari langsung menahan siku (Name). Tak sampai disana, tangan (Name) yang bebas mengepal, kemudian (Name) mengayunkan tangannya ke arah Kaminari. Dengan cepat, Kaminari melepaskan pegangannya pada lengan (Name), kemudian menahan tangan (Name) yang hendak meninjunya. Merasa (Name) akan segera bertindak, Kaminari langsung mengunci pergerakan (Name) dengan menahan kedua tangannya di belakang tubuh (Name).

"Sekarang kau sudah tenang?" tanya Kaminari.

"Tidak," jawab (Name) singkat, "sekarang lepaskan aku."

"Tidak sampai kau mau mendengarkanku," balas Kaminari.

(Name) mengembungkan kedua pipinya, "baiklah."

Lalu Kaminari melepaskan kedua pegangannya dari tangan (Name), membebaskan (Name).

"Kau tidak kenal ampun walaupun pada perempuan, ya?" gumam (Name) mengelus pergelangan tangannya.

"Kau bukan perempuan, kau banteng," sahut Kaminari menyeringai.

(Name) hanya memutar bola matanya kemudian melipat tangannya di depan dadanya.

"Jadi, apa?" tanya (Name).

Kaminari langsung gugup, kemudian mengusap belakang kepalanya dengan canggung.

"Err, maaf aku baru menyadari kodemu sekarang," ucap Kaminari.

(Name) membatu.

"Kupikir perasaanku hanya bertepuk sebelah tangan," ucap Kaminari memulai, "tapi setelah menyadari semua kedekatan kita selama ini, aku sadar ternyata perasaanku berbalas," Kaminari kemudian menunduk—menyembunyikan pipi merahnya, "tapi sepertinya kau lebih lama menyimpan rasa terhadapku ketimbang aku menyimpan rasa padamu."

Kaminari melirik ke arah (Name), dan mendapati perempuan itu memasang wajah ngambek—walaupun kelihatan dari raut wajahnya kalau dia sedang menahan diri agar tidak tersenyum.

"Tapi kau tahu," ucap Kaminari mengangkat kepalanya, "aku akan sangat berterima kasih kalau kau mau jadi pacarku."

Sudut bibir (Name) sedikit bergerak.

"Kau pikir aku akan langsung mau?" tanya (Name) mengembungkan kedua pipinya, "...setelah semua rasa malu yang kutahan."

Kaminari hanya cengengesan.

"Hanya kau yang kuizinkan memanggilku dengan nama pertamaku, dan hanya kau yang kupanggil dengan nama pertama."

"Ya, aku sempat mempertanyakannya, kemudian mengabaikannya."

"Harusnya kau tahu aku bukan perempuan murahan—hanya kau yang kusembuhkan dengan mencium pipimu. Bahkan aku berencana menyembuhkan Bakugou-kun yang habis kubanting hanya dengan menyentuhnya."

"Ya, aku sempat cemburu lalu menahanmu."

Pipi (Name) memerah, "a-apa!?" tapi kemudian (Name) berdehem pelan, "kau harusnya sadar aku itu merindukanmu karena tidak bertemu selama seminggu, oleh karena itu aku marah kita tidak hang out kemarin."

"Maaf, tapi selama ini aku menganggapnya date—dan aku tetap mengutamakan kesehatan orang tercintaku, (Name)."

Pipi (Name) semakin merah, "d-dan kau tahu kenapa aku bilang tidak adil, kan? Itu karena aku tidak melihatmu kemarin tapi kau justru sudah melihatku yang saat itu sedang tertidur."

"Ya, tapi seharusnya setimpal karena kemarin aku mencium keningmu."

"Aah mou!" kesal (Name) lalu memeluk Kaminari, "tanggung jawab! Membuat seorang perempuan mengatakan hal yang memalukan dan membuat jantungku berdetak terlalu cepat dari biasanya."

Kaminari membalas pelukan (Name).

"Aku mau tanggung jawab kok, makanya jadi pacarku," ucap Kaminari, "lagipula kau juga harus tanggung jawab atas jantungku yang berdetak lebih cepat dari biasanya."

"...baiklah," gumam (Name) menempelkan wajahnya di dada Kaminari, "ayo sama-sama tanggung jawab."

.

.

.

"Apa yang kalian berdua lakukan di lorong sekolah saat bel masuk sudah berbunyi?" tanya Aizawa-sensei tiba-tiba.

"Dan juga, kenapa kalian berpelukan?" tanya Ken-sensei yang berdiri di sebelah Aizawa-sensei.

"Kalian berdua, berdiri di depan kelas kalian masing-masing!" ucap Aizawa-sensei dan Ken-sensei.

(Name) dan Kaminari saling pandang, kemudian tertawa kecil.

"Worth it."

My Powerful Crush (Kaminari Denki)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang