Pagi itu adalah pagi yang begitu cerah.
Namun sayang, itu tidak berlaku bagi Jungkook, seorang siswa yang berjalan dengan lunglai itu. Penampilannya acak adut, seperti baru saja terkena badai. Padahal di luar langit begitu cerah.
Jungkook terus menundukkan kepalanya hingga tak menyadari bahwa ada seseorang yang sudah menunggunya di ujung koridor.
"Loh, Kook, rambut lo kenapa? Kok kayak brokoli gitu?" tanya Taehyung-seseorang yang menunggunya itu- dengan wajah keheranan.
Bagaimana Taehyung tidak heran? Jungkook yang biasanya berangkat sekolah dengan gaya (sok) keren dan (sok) kece itu kini berpakaian compang-camping dengan rambut yang begitu unik menurut Taehyung.
"Daripada nanyain tentang rambut gue, mending nanyain tentang kondisi jiwa dan hati gue aja Hyung," ujar Jungkook sok melas. "Hati gue lagi sakit nih. Sakiiitttt..."
"Lebay amat sih lo, palingan cuman karna kalah main game lagi, kan?" cibir Taehyung.
Taehyung sudah hapal betul dengan kebiasaan Jungkook yang suka berlebihan jika menyangkut masalah game. Taehyung sering dibuat geleng-geleng kepala dengan tingkah Jungkook. Padahal dianya sendiri juga sama saja.
"Udahlah, mending gak usah sebut-sebut hal itu lagi, Hyung. Gua lagi gak pengen denger."
"Lo masih mainin tuh komputer butut?" tanya Taehyung.
Jungkook termenung. Ia ingat dengan jelas saat tadi malam komputer kesayangannya itu tiba-tiba mengepulkan asap tebal. Padahal saat itu ia telah meraih level 52 di game yang telah ia mainkan selama berjam-jam.
Jungkool tak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tapi untung saja Jungkook segera mematikan komputernya sebelum hal yang tidak dinginkan terjadi.
Namun ternyata kesialan Jungkook belum berakhir sampai di situ. Karena paginya ia harus menghadapi kenyataan bahwa ia hampir saja terlambat sekolah karena kesiangan.
Lalu saat ia sedang berangkat sekolah, tiba-tiba saja sepeda motornya mogok di tengah jalan. Akhirnya, dengan terpaksa ia harus naik kendaraan umum. Tidak mungkin kan jika ia harus menunggu motornya selesai diperbaiki.
Dan malangnya, ia harus berdesak-desakan dengan berbagai macam manusia yang juga menjejali bus itu. Bahkan ia harus berdiri berdesakan karena tak ada kursi yang kosong.
Itulah yang membuat penampilannya menjadi seperti ini.
Jungkook menghela napas mengingat semua itu, "Gue tadi belum sempet sarapan, Hyung. Dan sekarang gue haus banget nih," Jungkook numpang curcol.
"Terus hubungannya sama gue apaan?" tanya Taehyung acuh.
"Jahat banget sih lo. Kasih gue minum kek! Lo kan setiap hari bawa bekal minum. Sini botol minum lo."
Tanpa permisi, Jungkook langsung menarik botol air minum Taehyung yang ada di samping tasnya.
"Eh, jangan Kook! Itu bukan minu-"
Terlambat. Cairan hijau pekat itu sudah mengalir indah di kerongkongan Jungkook.
"-man biasa," lanjut Taehyung.
Baru beberapa tegukan, tapi efek rasa yang ditimbulkan benar-benar luar biasa.
"Hoekk.. Uhuk.. Apaan nih?!! Kok kecut-kecut pedes gini?!" Jungkook langsung pengen muntah. Alisnya berkedut. Ia menjulur-julurkan lidahnya akibat rasa minuman yang baginya begitu spektakuler itu.
"Makanya jangan seenaknya!" Taehyung segera merebut kembali botol airnya.
"Cepetan jelasin ke gue itu racun apaan?"
"Enak aja lu bilang racun. Ini tuh obat! Jamu! Ramuan! Terserah lo mau nyebutnya apa. Gue yang buat sendiri tau!"
"Oh, pantesan gak enak gitu."
"Eh, jangan salah. Ini tuh ramuan turun temurun dari nenek moyang gue. Kata nyokap gue ini tuh bisa bikin kita jadi tambah pinter," Taehyung mengelus-elus sayang botol minumnya.
"Yang bener? Wah, bagus dong. Kayaknya lo emang perlu banyak-banyak minum ramuan kayak gitu," ucap Jungkook santai.
"Maksudnya lo ngatain gue bodoh, gitu?"
"Ya itu sih terserah Hyung aja mau nerjemahinnya gimana."
"Yakk!!! Awas ya lo!!"
Jungkook segera kabur, daripada keselamatannya terancam kan gawat. Nyawanya hanya satu, dan ia tidak rela jika harus berakhir di tangan Taehyung.
Itu gak keren sama sekali, pikir Jungkook.
.
.
.
.Jungkook tiba di pintu kelasnya. Tapi sebelum ia bisa masuk, seseorang telah mencegatnya.
Jimin, seorang siswa mungil yang selalu tak terima disebut mungil itu melipat kedua tangannya di depan dada. Mukanya dibuat seseram mungkin meski itu malah membuat Jungkook ingin tertawa.
"Kook! Mana komik Detective Conan yang lo pinjem minggu lalu?!"
"Nanti deh, Hyung."
"Dari kemaren nanti-nanti mulu. Bilang aja lo gak mau balikin."
"Enak aja nuduh-nuduh sembarangan." Jungkook segera merogoh tasnya. "Nih, gue balikin. Apaan sih tuh komik, gak masuk akal banget. Mana ada orang yang berubah jadi anak kecil? Ada-ada aja. Gue gak mau baca lagi."
Jimin menyeringai, "Yakin nih gak mau baca lagi? Padahal gue masih punya seri lanjutannya loh!"
Tiba-tiba Jungkook berbinar, "Masih ada lanjutanya?! Yang bener?!"
Tapi ia segera sadar. Ia pun merubah ekspresinya seraya berdehem, "Ehm. Emang apa urusannya sama gue?"
"Ya udah sih kalo gak mau. Bukan gue ini yang rugi."
"Eh tapi, kalau misalnya besok mau lo bawa ke sekolah juga gak papa kok. Gue ikhlas kok kalo lo suruh pinjem lagi."
Jimin memasang wajah datarnya, "Dasar remaja labil. Tadi ngatain. Kualat baru tau rasa lo."
Dan begitulah. Tidak ada hal lain yang bisa Jimin lakukan kecuali memaklumi.
.
.
.
.~TBC~
.........
Ini cerita sebenernya gue tulis udah dari jaman kapan.
Jadi maklumin aja kalau gaje banget gini. #KayakSekarangGakGajeAja 😂Gue post aja, daripada dibuang ato dibiarin berlumut.. 😂😂
Kritik saran boleh.. kekeke
KAMU SEDANG MEMBACA
What Happened to Me?!
FanfictionJungkook berubah jadi bayi?!! Jungkook dengan seenaknya meminum bekal minum milik Taehyung yang ternyata bukanlah minuman biasa. Lalu saat ia pulang dari sekolah, tiba-tiba saja ia berubah menjadi seorang bayi dan ditemukan oleh Taehyung. Lalu bagai...