2

590 128 22
                                    

***

Nyonya Choi menyisir rambutnya di cermin yang berada di dinding dengan lembut. Sementara Yuna sedang duduk di kursi menatap Ibunya dari belakang sedari tadi.

"Mengapa kau melihat Ibu seperti itu?" tanya Nyonya Choi sambil
meletakkan sisir di atas meja.

Yuna terdiam sejenak, kemudian berkata, "Kemarin, aku mendapat
tagihan uang sekolahku selama 3 bulan, Ibu."

Nyonya Choi terdiam sejenak, kemudian tersenyum.

"Ibu sedang mengumpulkannya."

Keuangan keluarga mereka memang memburuk sejak Tuan Choi meninggalkan mereka. Nyonya Choi terpaksa mencari pekerjaan apapun untuk menghidupi dirinya dan Yuna. Selama kurang lebih 10 tahun, Nyonya Choi telah bekerja sebagai pengantar koran, pengantar susu, pelayan warung, pekerja di kebun, dan kini bekerja sebagai buruh di pabrik ikan.

Memang pedih rasanya harus hidup seperti itu, namun Nyonya Choi yang
pekerja keras membuatnya bisa bertahan hidup. Untungnya jiwa pekerja keras Nyonya Choi menurun pada Yuna.

Sejak di sekolah dasar Yuna sudah
membantu Ibunya di waktu luang dan saat SMA, Yuna bekerja sendiri sebagai kasir di minimarket milik Nyonya Jeon, Ibu Jungkook.

Setelah berbincang sejenak, Yuna dan Ibunya pun berangkat. Setiap jam 5:00, Yuna membonceng Ibunya menuju pabrik ikan yang berada di dekat pelabuhan. Dingin yang menusuk hingga ke kulit sudah biasa Yuna lewati demi mengantar sang Ibu. Maklum, Nyonya Choi tak bisa mengendarai sepeda dan Yuna tak tega membiarkan Ibunya berjalan kaki di pagi buta.

"Jemput Ibu jam 17:30 ya, Yuna."

"Baik, Ibu."

Yuna mengayuh pedal sepedanya lagi menuju minimarket. Ia menjalani
rutinitas paginya, yaitu menyapu, mengepel, dan menyusun barang.

Tepat jam 6:30, Yuna membalikkan tanda tutup menjadi buka.

Kemudian, ia berdiri di belakang meja kasir. Saat itu pula, pintu terbuka dan menampakkan Seokmin yang tersenyum padanya.

"Selamat pagi, Yuna," ucap Seokmin ceria.

Yuna tersenyum tanpa berkata apapun.

Seokmin kemudian berjalan ke rak bagian makanan. Tak lama, ia berjalan menuju meja kasir. Ia meletakkan dua bungkus roti dan dua susu kotak.

"Semuanya 15.000 KRW."

Seokmin memberikan dua lembar uang 10.000 KRW. Kemudian Yuna
memberikan kembaliannya. Seokmin menenteng kantong plastik berisi
belanjaannya dan berjalan pergi.

"Hei, Yuna, kau belum berangkat sekolah?" tanya Sungjae, kasir shift
pagi yang baru saja datang.

Yuna menggeleng pelan, kemudian berkata, "Sebentar lagi kurasa."

Setelah kurang lebih lima belas menit, Yuna akhirnya memutuskan untuk
berangkat. Saat ia keluar dari minimarket, ia melihat Seokmin yang berdiri di samping sepedanya.

"Kau sedari tadi disini?" tanya Yuna.

Seokmin mengangguk.

"Kau ingin berangkat bersamaku?" tebak Yuna.

"Bolehkah?" Seokmin menatapnya dengan polos.

Yuna terkekeh pelan.

"Tentu. Kau bisa mengendarai sepeda 'kan?" tanya Yuna.

"Maaf, Yuna. Aku tak bisa," ucap Seokmin sambil menunduk.

Yuna tersenyum dan menepuk pundak Seokmin.

Smile That Never FadesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang