🌻🌻🌻
Hari ini adalah hari terakhir sekolah sebelum libur natal dan tahun baru. Semua murid nampak bersemangat dan tak sabar menerima rapot hasil pembelajaran mereka selama satu tahun ini.
Tak terkecuali Yuna. Ia terlihat sangat berseri-seri hari ini. Meski pagi ini dia tidak berangkat bersama Seokmin, ia tetap yakin bahwa hari ini akan menjadi hari yang baik.
Dengan santai Yuna berjalan melewati koridor.
"Terima kasih Guru Hwang telah menjadi wali kelas yang baik bagi Seokmin."
Yuna menghentikan langkahnya ketika mendengar nama Seokmin. Ia melihat ke dalam ruang guru dan menemukan Guru Hwang sedang berbicara dengan Tuan dan Nyonya Lee. Yuna pun memutuskan untuk mendengar percakapan mereka.
"Kami tak tahu lagi seberapa banyak terima kasih yang harus kami ucapkan. Anda telah sabar membimbing dan mengajar anak kami, Seokmin."
Apa maksudnya?
"Jasa Anda sebagai guru akan selalu Seokmin kenang tentunya di sana."
Disana?
"Aku merasa bangga karena pernah memiliki murid seperti Seokmin."
"Kami ingin berpamitan, Guru Hwang. Kami harus berangkat ke Seoul sebelum gelap."
"Baiklah. Hati-hati di jalan, Tuan dan Nyonya Lee," ucap Guru Hwang.
Tuan dan Nyonya Lee mengangguk, lalu keluar dari ruang guru. Mereka sangat terkejut ketika menemukan Yuna di depan mereka.
"Halo, Yuna," ucap Nyonya Lee.
"A-apa benar Seokmin akan pindah?" tanya Yuna memastikan.
"Iya," jawab Tuan Lee singkat.
"T-tapi, mengapa? I-ia sangat betah disini," ujar Yuna berusaha menyembunyikan keterkejutannya.
"Kau tahu, ketika berada di Seoul, emosi Seokmin tidak terkendali. Ia bahkan jarang berbicara atau merespon ucapan kami. Kemudian, kami memutuskan untuk membawanya ke sini untuk penyembuhan."
"Semenjak ia disini, ia mulai bisa mengendalikan emosinya. Ia menjadi suka berbicara dan merespon ucapan kami. Ia bahkan terlihat jauh lebih bahagia."
"Maka dari itu, kini Seokmin telah sembuh. Kami akan membawanya pergi dari sini," jelas Nyonya Lee setelah berpanjang lebar.
Sangking kesalnya, Yuna sampai kehabisan kata-kata. Dengan terbata-bata, Yuna bertanya, "A-apakah kalian tahu cita-cita Seokmin?"
Tuan dan Nyonya Lee mengangguk kompak.
"Nona Choi, kami orang tuanya. Kami tahu jelas bahwa Seokmin ingin menjadi seorang fotografer dan penulis. Desa Namsang tidak menunjang cita- citanya, maka kami akan membawanya ke suatu tempat yang lebih baik dan pantas."
Yuna merasakan matanya berair.
"A-apa Seokmin menyetujuinya?" tanya Yuna.
"Bukankah kau sangat patuh pada Ibumu?"
Yuna menatap Tuan Lee.
"Ia meniru segala yang kau lakukan. Jadi bukan salahnya menuruti keputusan kami."
Tuan dan Nyonya Lee berjalan melalui Yuna.
"Setelah apa yang aku lalui bersamanya, kalian membawanya begitu saja?" tanya Yuna sambil mengejar Tuan dan Nyonya Lee.
Tuan dan Nyonya Lee memandang Yuna sejenak.
"Terima kasih," ucap Nyonya Lee sebelum mereka berbalik dan meninggalkan Yuna di koridor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Smile That Never Fades
FanfictionAku menyukai senyumnya. Namun, aku membenci fakta bahwa ia tetap tersenyum saat tak dianggap sebagai manusia. 2018 by IGGHUT