" Bukanlah kesabaran jika masih memiliki batas. Karena sabar tak memiliki batas. "Rena's POV.
Terlahir berbeda bukanlah keinginan ataupun pilihanku. Tetapi ini adalah sebuah takdir atau mungkin anugerah dari Tuhan. Aku harus menerimanya dan menjalaninya dengan hati yang lapang. Sebagai makhluk-Nya bukankah sudah seharusnya kita bersyukur?
Namun ada kalanya, diriku merasa sudah sangat lelah dan ingin menyerah saja. Karena berbagai hinaan juga cacian yang silih berganti menjatuhkanku. Ke dasar dari lubang hitam yang paling dalam.
Kesepian, sunyi, gelap dan sendirian.
Tetapi, kembali Tuhan berikan aku secercah cahaya harapan. Seperti janji-Nya, dia tidak akan menguji hamba-Nya melebihi batas kemampuannya. Dia titipkan aku di dalam keluarga yang sangat mengasihi dan menyayangiku.
Mereka yang membuatku kembali tersadar. Sudah seharusnya aku bersyukur, meski berbeda. Karena jauh di luar sana masih banyak orang yang lebih kekurangan. Sementara, disini aku dapat tenang dengan serba berkecukupan.
Di sekolah, aku tak memiliki satu orang pun teman. Hal ini sudah berlangsung sejak aku duduk di bangku sekolah dasar sampai sekarang. Tak ada satupun dari mereka yang berani mendekatiku. Mereka memperlakukanku seperti seorang monster.
Tak jarang mereka menggunjing tentangku saat aku berada di dekat mereka. Seperti tak merasa bersalah, mereka melakukannya dengan sikap yang biasa saja. Hingga membuatku merasa tak dianggap keberadaannya seperti angin lalu.
Pernah suatu ketika, ada seorang gadis yang mengajakku berteman. Namanya Felly, dia gadis yang baik dan rajin. Dia sangat suka membaca buku, hingga membuatnya terpaksa memakai kacamata. Tapi itu tidak mengurangi kecantikannya.
Kami berteman baik selama beberapa minggu. Aku dan Felly selalu pergi kemanapun bersama. Dan aku merasa sangat bahagia. Namun tak lama dari waktu itu, tiba-tiba Felly menjauhiku. Tentu saja aku bingung, karena aku merasa tak melakukan satu hal yang salah.
Aku pun berinisiatif untuk menanyakan alasannya. Karena aku benar-benar merasa kehilangan sekaligus sedih. Saat itu, aku menemuinya di taman belakang sekolah. Tempat biasa kami berkumpul.
"Felly! Hai!" Aku melambaikan tanganku kearahnya yang sedang duduk di salah satu bangku dekat pohon.
Dia tidak menyaut, tetapi hanya mengalihkan pandangannya. Tapi, lagi aku kembali tak ambil pusing soal itu. Aku berjalan mendekatinya dan duduk di sampingnya
"Mulai sekarang kita bukan teman." Felly mengatakannya dengan satu tarikan napas tanpa melihatku karena pandangannya sedari tadi tertuju kedepan.
"Eh? Apa maksud kamu Fel? Aku salah apa sama kamu? Aku minta maaf kalau gitu." Terang saja aku terkejut, mengapa Felly tiba-tiba mengatakan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
White Girl
Short StoryRenata Azalea Clarie, seorang gadis yang terlahir berbeda. Namun menjadi berbeda bukanlah perkara mudah. Seperti sekelompok hewan yang selalu berkumpul dengan golongan sejenisnya. Sebagian manusia pun melakukan hal yang sama. Mengklasifikasikan sega...