03. Different

8 3 0
                                    


"Hidup ini memang tidak adil. Jadi biasakanlah dirimu."


Rena's POV.

Waktu bergulir dengan begitu lambat, rasanya sangat membosankan. Tapi aku mencoba untuk membunuhnya. Meskipun hanya tiga tempat yang aku datangi setiap harinya saat di sekolah. Aku tetap merasa nyaman karena adanya ketenangan disana.

Tapi hari ini, ketenanganku kembali diusik oleh orang asing. Sebenernya aku kenal dengannya, tapi tetap saja dia asing bagiku. Namanya Saka, begitu yang kudengar sebelumnya. Kali ini dia kembali mendatangiku, dengan senyumnya yang cukup menawan.

Aku merasa kebingungan sekaligus penasaran. Atas apa alasannya ingin berteman denganku. Dan kenapa dia ingin berteman denganku. Karena aku yakin, disana mereka akan menerimanya dengan baik. Tidak akan diperlakukan sama sepertiku.

"Hai Rena? Nama lo Rena kan ya?" Kini ia sudah duduk di sampingku.

Aku pura-pura tidak mendengarnya, dan kembali melanjutkan makan siangku yang sempat tertunda.

"Hm, lo diam aja berarti benar kan?" Dia kembali mengeluarkan pertanyaannya.

Lagi, aku hanya diam.

"Oh iya, gue perhatiin nih ya. Lo kok suka sendirian sih? Biasanya kan anak-anak cewek suka ngumpul gitu."

Gigiku sempat berhenti mengunyah, saat aku mendengar pernyataannya. Rasanya ingin aku teriakkan alasanku. Perlahan ku letakkan sendok yang ada di sebelah kanan tanganku. Dan bergegas membersihkan segalanya, karena mendadak selera makanku lenyap.

Mendengar pergerakan yang aku buat, membuat Saka mengalihkan pandangannya ke arahku. Tentu saja dengan pandangan 'sudah selesai?' .

Ku tegakkan badanku seraya melangkahkan kaki, pergi menjauh.

"Rena!"

Kembali tak ku hiraukan suaranya, kaki tetap berjalan menuntunku pergi suatu tempat yang aku tahu kemana sebenarnya. Tapi tak berselang beberapa detik, aku melihat dia sudah berada di depanku. Tentu saja, aku berhenti karenanya.

Saka masih diam, mengatur napasnya yang sedikit terengah karena berlari tadi. Setelah merasa tenang, ia kembali mengajakku berbicara.

"Gue yakin lo denger Ren, ya meskipun lo pakai earphone." Dia menunjuk kearah telingaku yang sedari tersumpal.

"Dan please, jangan menjauh. Biarin gue kenal lo dan deketin lo. Gue-"

"Stop!" Langsung ku potong kata-katanya, karena aku takut hatiku akan goyah bila mendengar alasannya.

Saka sempat terkejut ketika mendengar suaraku yang cukup keras. Membuatku punya kesempatan untuk kembali angkat suara.

"Stop dekatin aku, aku nggak suka. Dan kalau kamu mau aku ngerjain PR kamu, uang atau yang lainnya. Nggak usah pura-pura baik kayak gini. Aku bakal kasih, apa yang kamu mau. Kamu bilang aja."

Kini ia kembali membelalakkan matanya, aku tak bisa membaca dengan jelas. Apa arti dari tatapan itu. Tapi, mata itu berbeda dengan mata lain yang biasa memandangku.

"Gue nggak nyangka lo akan mikir sedangkal itu, Ren. Oke, gue pergi. Tapi satu hal yang harus lo tahu, kalau gue nggak pernah punya niat buat ngelakuin itu semua."

Setelah mengatakkan itu, Saka pergi meninggalkanku.

Sebenarnya, jauh di dalam hatiku yang paling dalam ingin sekali menerimanya menjadi temanku. Karena, aku juga manusia -makhluk sosial- yang membutuhkan orang lain. Tapi, segera ku tepis semua keinginan itu.

Karena aku punya alasan. Bukan, bukan yang baru saja ku sebutkan tadi. Aku tahu, dia tulus ingin berteman dan mengenalku. Aku bisa melihat dari caranya melihatku. Alasan sebenarnya adalah aku tak mau dia mengalami hal yang sama seperti Felly.

Dan lagi, aku takut untuk kehilangan seseorang untuk yang kedua kalinya. Ketahuilah, rasanya sangat sakit dan bertambah sakit ketika tak satupun orang yang peduli.

"Maaf.."

Tobecontinued

I|||I

Sorry for very late update😅
And don't forget to voment 😳
Thanks before😍

writted: 01/03/2018.
published: 10/03/2018.

White GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang