Kampret: Selamat malam mbah
Mangun: Weh,... njanur gunung Pret, kok sarimbit?
Kampret: Nggih mbah, nyonyahe ndak mau ditinggal.
Kampret: Kamu bikin kopi dulu dik,
Tukiyem: Loh... di rumah orang kok truthukan to Kang?
Kampret: Terus, mbah Mangun yang menyuguhi kita?
Tukiyem: Oh,... eh,... biar saya saja Kang, yang bikin,
Mangun: Kok tumben, genduk mau ikut Pret?
Kampret: Ada Simbok di rumah mbah
Mangun: Ooo.... Ada yang jaga rumah?
Kampret: Bukan itu, Tukiyem itu susah sekali akur sama Simbok mbah, sampai botak kepalaku mikir mereka berdua kalau kumpul.
Mangun: Oooo,... masalah keturunan?
Kampret: Bukan masalah itu mbah,... sejak nganten baru, sampai sekarang memang begitu!
Mangun: Maksudku, yang turunan itu masalahnya,... masalah MANTU Vs MERTUA.
Kampret: Ha ha ha..........
Mangun: Ha ha ha..........
Tukiyem: Silahkan kopinya mbah,...
Mangun: Weehhh, iya nduk. Tak srupute disik.
Tukiyem: Kayaknya kok gayeng to, tertawanya sampai ngakak. Sedang rasan-rasan saya ya?
Mangun: Iya, suamimu cerita masalah klasik. Mantu Vs Mertua.
Tukiyem: Kok dibilang klasik mbah?
Mangun: Karena masalah ini sudah ada sejak jaman Dewi Banowati dari negara Hastina sampai jamannya Tukiyem dari Tegal Amba.
Tukiyem: Jangan nyindir mbah,........
Kampret: Loh,... contoh itu kan harus jelas! Agar cepat dimengerti. Ya ndak mbah?
Mangun: He he he.... Kampret ki pancen cerdas.
Tukiyem: Terus kalau memang masalah ini klasik dan terlalu banyak yang mengalaminya, kenapa susah menyelesaikannya dan terus diulang-ulang mbah?
Mangun: He he he,... inilah yang disebut fenomena. Dilihat tapi tidak nampak. Dipegang tapi tidak terasa.
Tukiyem: Aduh, jangan sulit-sulit mbah,... keburu pusing kepalaku.
Mangun: Begini,... anak-anak kecil itu kita ajari untuk tidak berbohong dan tidak mencuri. Tapi mengapa orang-orang tua bahkan yang berpangkat sekalipun melakukannya? Apakah kamu percaya, kalau mereka itu tidak tahu tatanan norma tersebut?
Tukiyem: Saya yuakin mereka tahu mbah!
Mangun: Nah,.. Mengapa mereka masih saja melakukannya?
Tukiyem: Ya!... Mengapa mereka masih nekad melakukannya mbah? Apakah mereka ndak takut masuk neraka? Atau sudah membabi buta?
Mangun: Karena mereka sudah dibutakan oleh kenikmatan hasil penipuan! Mereka sudah ditulikan oleh keuntungan dari penipuan! Alih-alih mereka menghindarinya, mereka malah sibuk mencari solusi agar terbebas dari neraka dan celaan. Pura-pura jadi orang baik,.. Atau bahkan meningkatkan kerajinan dalam berdo'a.
Kampret: ha ha ha,....... Gila mereka itu mbah!
Mangun: Hus!........ Jangan tertawa! Tanya dulu pada dirimu, kamu itu masuk rombongan itu apa bukan?
Tukiyem: ha ha ha,... rasain Lo!
Mangun: Kamu juga Yem!
Tukiyem: Saya juga mbah?
YOU ARE READING
Serial Kampret
SpiritualPerbincangan lucu dan mendidik antara Kampret dan mbah Mangun. Bacaan ringan pelepas lelah