07. Penyakit Turunan

16 0 0
                                    

Kampret: Selamat malam mbah

Mangun: Weh,... njanur gunung Pret, kok sarimbit?

Kampret: Nggih mbah, nyonyahe ndak mau ditinggal.

Kampret: Kamu bikin kopi dulu dik,

Tukiyem: Loh... di rumah orang kok truthukan to Kang?

Kampret: Terus, mbah Mangun yang menyuguhi kita?

Tukiyem: Oh,... eh,... biar saya saja Kang, yang bikin, 

Mangun: Kok tumben, genduk mau ikut Pret?

Kampret: Ada Simbok di rumah mbah

Mangun: Ooo.... Ada yang jaga rumah?

Kampret: Bukan itu, Tukiyem itu susah sekali akur sama Simbok mbah, sampai botak kepalaku mikir mereka berdua kalau kumpul.

Mangun: Oooo,... masalah keturunan?

Kampret: Bukan masalah itu mbah,... sejak nganten baru, sampai sekarang memang begitu!

Mangun: Maksudku, yang turunan itu masalahnya,... masalah MANTU Vs MERTUA. 

Kampret: Ha ha ha..........

Mangun: Ha ha ha..........

Tukiyem: Silahkan kopinya mbah,...

Mangun: Weehhh, iya nduk. Tak srupute disik.

Tukiyem: Kayaknya kok gayeng to, tertawanya sampai ngakak. Sedang rasan-rasan saya ya?

Mangun: Iya, suamimu cerita masalah klasik. Mantu Vs Mertua.

Tukiyem: Kok dibilang klasik mbah?

Mangun: Karena masalah ini sudah ada sejak jaman Dewi Banowati dari negara Hastina sampai jamannya Tukiyem dari Tegal Amba.

Tukiyem: Jangan nyindir mbah,........

Kampret: Loh,... contoh itu kan harus jelas! Agar cepat dimengerti. Ya ndak mbah?

Mangun: He he he.... Kampret ki pancen cerdas.

Tukiyem: Terus kalau memang masalah ini klasik dan terlalu banyak yang mengalaminya, kenapa susah menyelesaikannya dan terus diulang-ulang mbah?

Mangun: He he he,... inilah yang disebut fenomena. Dilihat tapi tidak nampak. Dipegang tapi tidak terasa.

Tukiyem: Aduh, jangan sulit-sulit mbah,... keburu pusing kepalaku.

Mangun: Begini,... anak-anak kecil itu kita ajari untuk tidak berbohong dan tidak mencuri. Tapi mengapa orang-orang tua bahkan yang berpangkat sekalipun melakukannya? Apakah kamu percaya, kalau mereka itu tidak tahu tatanan norma tersebut?

Tukiyem: Saya yuakin mereka tahu mbah!

Mangun: Nah,.. Mengapa mereka masih saja melakukannya?

Tukiyem: Ya!... Mengapa mereka masih nekad melakukannya mbah? Apakah mereka ndak takut masuk neraka? Atau sudah membabi buta?

Mangun: Karena mereka sudah dibutakan oleh kenikmatan hasil penipuan! Mereka sudah ditulikan oleh keuntungan dari penipuan! Alih-alih mereka menghindarinya, mereka malah sibuk mencari solusi agar terbebas dari neraka dan celaan. Pura-pura jadi orang baik,.. Atau bahkan meningkatkan kerajinan dalam berdo'a.

Kampret: ha ha ha,....... Gila mereka itu mbah!

Mangun: Hus!........ Jangan tertawa! Tanya dulu pada dirimu, kamu itu masuk rombongan itu apa bukan?

Tukiyem: ha ha ha,... rasain Lo!

Mangun: Kamu juga Yem!

Tukiyem: Saya juga mbah?

Serial KampretWhere stories live. Discover now