05. Menanam Konflik

11 0 0
                                    

Kampret: Selamat malam mbah, ini kenalkan teman saya Robert!

Mangun: Weh,... Landa Yo Le?

Kampret: Nggih mbah, Mr. Robert ini dari Leiden. Dia ingin mengenal ajaran Jawa.

Mangun: Ha ha ha ......... ada-ada saja. Saya jamin anda tidak mendapatkan apa-apa. Yang dari sini saja bersusah-payah belajar hidup cara barat kok.

Robert: Tidak apa-apa mbah,... Kakek saya dulu pernah tinggal di Jawa, dan banyak mengajarkan filsafat Jawa dirumah kami.

Mangun: Maksudmu, kamu tidak masalah? Kalau tidak mendapatkan apa-apa?

Robert: Ya tidak masalah mbah,... Mencari sesuatu, tidak harus mendapatkan sesuatu. Saya hanya ingin memahaminya saja sedikit mbah.

Mangun: Ha ha ha ....... Ini baru semangat. Tapi begini mas Robert, Kalau mau mempelajari cara hidup orang Jawa, pikiran dan cara berpikirmu harus dirubah dulu.

Robert: Dirubah bagaimana mbah?

Mangun: Konstruksi pikiran dan cara berpikirmu harus seperti orang Jawa. Seperti yang kamu sampaikan tadi. Mencari sesuatu tidak harus mendapatkan sesuatu. Karena bagian yang tidak kalah pentingnya adalah proses pencarian itu sendiri. Biasanya, orang barat itu mengambil putusan lebih banyak didasarkan pada 'Untung-Rugi'. Dan aturan normanya 'Baik-Buruk'.

Robert: Kalau orang Jawa bagaimana mbah?

Mangun: Kebijaksanaan!

Robert: Terus, kenapa terlalu banyak konflik di Indonesia mbah?

Mangun: Karena banyak orang pintar!

Robert: Bukankah lebih banyak orang pintar itu, bisa mengurangi konflik mbah?

Mangun: He he he.... Begini saja, kenapa kita memikirkan negara? Itu terlalu besar. Orang bodoh seperti saya ini hanya tahu urusan dapur, kebun dan pelataran depan saja. Mari kita berbicara tentang masalah kita dulu saja.

Robert: Saya tidak punya masalah mbah.

Mangun: Bagus!... Jadi masalahnya kampret saja.

Kampret: Saya juga tidak punya masalah mbah.

Mangun: Kenapa kalian berdua tidak pulang saja!

Kampret: Simbah ngambeg?

Mangun: Nah... sekarang kita sudah punya masalah.

Robert: Masalah apa mbah?

Mangun: Bodo sekali dua orang ini!.... Masalahnya kan jelas! Saya mau tidur dan kalian masih pingin ngajak ngobrol sama saya!

Kampret: Oooo.... Itu masalah buat mbah?

Mangun: Terus, apa namanya kalau bukan masalah? Coba dengarkan baik-baik, kalau mas Robert dan Kampret tadi menyebut tidak punya masalah,.... Itu tidaklah benar sepenuhnya. Kalau kita ingin belajar, kita harus sungguh-sungguh mengamati segala segi kehidupan kita. Sejak bangun pagi sampai kita mau tidur lagi, kita punya begitu banyak masalah. Banyak sedikitnya masalah, tergantung secermat apa kita mengamatinya. Setelah kita bangun, kita dihadapkan konflik, antara minum kopi dulu apa mandi dulu. Saat kita akan memakai baju, kita punya konflik baju apa yang akan kita pakai,... dan seterusnya.

Robert: Jadi, masalah itu mbah?

Mangun: Iya,... bukankah setiap pilihan itu konflik? Hanya saja, kalian tidak menganggapnya konflik. Karena pilihan itu tidakklah menyulitkan. Tapi pada kondisi tertentu, berbeda waktu dan orang, masalah yang paling sepele-pun bisa pelik. Misalnya seorang gadis yang akan diajak nonton teman yang dia taksir. Bisa satu jam! dia memikirkan baju apa yang akan dipakainya. Si Ibu yang mengetahuinya, hanya bisa tersenyum-senyum saja. Nah,... saat kita bisa memahami kondisi ini, kita bisa memahami masalah orang lain, bukan mencibir atau bahkan merendahkanya.

Robert: Bagaimana kita bisa mengakhiri konflik ini dengan cepat mbah?

Mangun: Untuk pikiran standar, kita pikirkan untung-rugi dan baik-buruknya.

Robert: Yang tidak standar mbah?

Mangun: Ya... kita akan memasukkan faktor lingkungan didalam mengambil keputusan. Dampak lingkungan ini seperti keluarga, kerabat, teman dan seterusnya. Makin tidak standar pikiran seseorang, komponen lingkungan yang bisa mempengaruhi pengambilan putusan, makin luas. Sampai pada lingkungan alam sekitar.

Robert: Kenapa banyak orang yang susah sekali menyelesaikan konflik mbah?

Mangun: Kalau konfliknya itu antar individu, biasanya 'Untung-Rugi' mereka saling bertabrakan. Dua belah pihak sama-sama tidak mau dirugikan. Maka terjadilah tabrakan kepentingan ini. Teman-temanmu sana menyebutnya 'conflict of interest'. Nah... kalau masalahnya adalah individu, seperti yang akan kita pelajari sekarang, masalahnya adalah ada pada cara berpikir kita.

Robert: Masalah individu dan cara berpikir?

Mangun: Ya! ... Bukankah kalian akrab dengan istilah-istilah 'Dilema' dan 'Buah Simalakama'?

Robert: Dilema dan cara berpikir,... ini menarik mbah, tapi saya masih belum memahaminya.

Mangun: Menurut saya, Dilema dan Buah Simalakama itu tidak ada. Kondisi ini muncul itu karena kita sendiri yang menciptakannya. Kondisi ini muncul, karena pikiran kita berproses tidak sesuai dengan kondisi alam dan tatanan alam.

Robert: Berikan kami contoh mbah, kami masih belum bisa memahaminya.

Mangun: Begini,... menurut aturan alam, Kita bisa mendapatkan uang dengan bekerja keras. Tapi tidak jarang diantara kita bermain-main dengan pikiran kita untuk tidak mengikuti aturan alam ini. Munculah pertanyaan: "Bagaimana caranya agar kita bisa mendapatkan uang yang banyak tanpa harus bekerja keras?". Gagasan awal inilah yang nantinya mendorong kita melakukan perbuatan yang aneh-aneh. Banyak orang ingin melakukan banyak hal dengan mudah.

Robert: Menurut simbah,... apakah ini buruk?

Mangun: Tidak sepenuhnya buruk! Saat kita menjadi dewasa dan memahami alur pikiran kita, maka semuanya tidak akan menjadi masalah. Dengan pikiran yang aneh-aneh ini, terwujudlah proses penciptaan dan kemajuan jaman. Celakanya,... saat seseorang tidak memahaminya, dia lupa bahwa konflik awal sebenarnya adalah ciptaanya sendiri. Mereka dengan gegabah menyebutnya bahwa dilema ini muncul begitu saja. Atau bahkan datang dari luar dan menimpanya.

Robert: Saran simbah, apa yang harus kita lakukan?

Mangun: Pahami semua itu dengan benar! Maka kalian akan menjadi pencipta yang hebat. Kalian tidak menderita dalam melakukan proses penciptaan ini. Dan saat kegagalan kalian hadapi dalam mewujudkan gagasan kalian sendiri, kalian tidak akan kecewa berkepanjangan.

Robert: Kalau boleh saya simpulkan, Kita tidak akan menemukan Dilema apabila kita tidak berpikir yang aneh-aneh untuk melawan aturan alam ya mbah?

Mangun: Tepat sekali! Sisi buruknya, kalian akan miskin secara materi. Tetapi kalian akan memiliki kehidupan yang menyenangkan. Jauh dari konflik! Atau kalian boleh hidup diantara keduanya dengan pemahaman yang baik sehingga bisa menyelesaikan setiap konflik dengan cepat.

Serial KampretWhere stories live. Discover now