Kampret: Selamat sore Mbah,
Mangun: Selamat sore, Weh.... Komplit, la kok bawa kado segala to Pret?
Tukiyem: Kami bertiga ingin, agar Mbah Mangun juga ikut merasakan kegembiraan kami Mbah.
Mangun: Oooo......... kalau kalian bertiga merasa senang, tentu saja saya juga merasakan senang. Tidak perlu repot-repot bawa bingkisan segala. Cukup rokok Kretek-nya saja, he he he...
Robert: Hanya sekedar oleh-oleh kecil, untuk ungkapan Bakti kami bertiga untuk orang tua Mbah.
Mangun: Yo wes,... di taruh di atas meja sana Yem.
Kampret: Sekalian buatkan kopi untuk kami bertiga yo Yem!
Tukiyem: Jajan-nya diangetin apa tidak usah Kang?
Kampret: Diangetin saja Yem
Mangun: Ada apa to, kalian bertiga kok kelihatanya senang banget?
Robert: Sebenarnya kami merasa beruntung karena mendapatkan proyek baru Mbah.
Mangun: Bukankah kamu memang suka mencari proyek?
Robert: Iya Mbah, dan beberapa kali berhasil sukses.
Mangun: Kalau kalian rajin, wajar to, akan sukses?
Kampret: Dan wajar juga kalau kami senang atas kesuksesan kami, kamipun berharap, Mbah Mangun ikut senang!
Mangun: Tentu saja saya ikut senang. Hanya saja tadi saya sempat mendengar, kesenangan kalian itu karena kalian merasa BERUNTUNG!
Robert: Apakah keberuntungan itu tidak patut disyukuri? Sekaligus dirayakan Mbah?
Tukiyem: Ini kopinya Mbah
Mangun: Weh..... Ayu tenan....
Kampret: Apakah ada yang keliru dengan kesenangan dan keberuntungan Mbah?
Mangun: Begini,... dengarkan baik-baik, kalau kalian masih belum mengerti, ingat baik-baik sampai kalian tua nanti. Saat kalian merasa beruntung, harusnya kalian merasa PRIHATIN! Bukan malah bersenang-senang.
Tukiyem: Bukankah memang sudah umum, kalau orang akan merayakan keberuntungan Mbah?
Mangun: Apakah semua yang dilakukan umum itu selalu benar?
Robert: Mereka meyakininya sebagai kebenaran Mbah
Mangun: Hanya yakin saja? Dan kalian tidak punya waktu untuk menyelidikinya? Lantas mengikutinya?
Kampret: Baiklah, kami akan mencoba menyelidikinya bersama-sama. Tapi, mohon petunjuknya Mbah.
Mangun: Nah.... Itu baru cucu-cucu Simbah,.. Penuh semangat.
Thole,... keadaan disebut beruntung (Bejo) syaratnya itu 'LUPA'! Lupa itu tidak awas, tidak 'eling'. Bukankah konyol, kalau kalian senang, bahkan merayakannya, pada saat kalian itu lupa, tidak awas? Kalau kalian itu sukses karena kerja kalian rajin, itu bukan keberuntungan. Karena memang begitu seharusnya. Contohnya demikian,... saat kalian lupa mematikan air, maka kalian akan merasa beruntung kalau rumah kalian tidak kebanjiran. Saat kalian lupa mematikan kompor, maka kalian akan merasa beruntung bila tidak terjadi apa-apa. Saat kalian lupa membawa dompet dan tidak ada rasia dijalan, maka kalian akan merasa beruntung.
Kampret: Apakah ada bahayanya bagi kita yang suka senang dengan keberuntungan Mbah?
Mangun: Tidak terlalu nampak. Hanya saja, dalam jangka yang panjang, kalian akan diseret ke jalan yang menurut saya kurang baik. Kalian akan selalu mendambakan keberuntungan ketimbang menjaga awas dan eling. Karena mengharapkan keberuntungan dan berkah itu lebih gampang dan mudah bagi kalian ketimbang berusaha keras yang melelahkan. Kalian akan diseret ke tempat-tempat yang bisa memberikan keberuntungan dan keselamatan ketimbang menjaga kewaspadaan dan kehati-hatian. Kalian lebih gampang mengumpulkan jimat, akik, rapalan mantra, ketimbang memahami lingkungan sekitar. Demikianlah kalian akan menjadi seorang 'PEMALAS SEJATI'. Batin dan Rasa kalian tidak berkembang, bahkan mati! kalian akan hidup dalam alunan angin. Kalau angin bertiup ke barat, maka kalian juga akan mengikutinya ke barat. Kalian akan mengikuti air yang mengalir, tidak perduli air itu ke comberan atau ke samudra nan luas.
Robert: Apa yang harus kita lakukan Mbah?
Mangun: Teruslah waspada cucuku, amati dengan teliti. Apakah keberhasilah kalian itu adalah keberuntungan, atau kewajaran buah dari kerja keras kalian. Kalau kalian merasakan keberuntungan itu, selidikilah, cari tahu,... apa yang sudah kalian lupakan. Kalau sudha ketemu, kalian harus malu atas keberuntungan kalian itu, agar tidak akan terulang lagi.
Tukiyem: Terima kasih Mbah, ini adalah hal baru bagi kami. Tapi, Mbah Mangun mau menerima bingkisan dari kami kan?
Mangun: Ooooo,. Tentu nduk. Saya hanya memberikan sedikit pemahaman baru. Saya melihat bingkisan ini adalah sebagai lambang bakti kalian kepada orang tua.
Kampret: Terima kasih Mbah.
Mangun: Kamu tentu pernah melihat perasaan suka cita mereka yang memasang togel atau dadu yang angkanya nembus. Begitu riang, begitu senang. Sedangkan kalian tentu tahu permainan itu dilakukan. Bagaimana kalian bisa, dan mau-maunya menebak dadu yang dikopyok dan ditutup dengan tempurung. Atau lotere yang sudah dibeli nomernya, tapi baru diundi di hari berikutnya. Kalau kalian menjaga kewaspadaan, pasti kalian tidak akan melakukan tindakan-tindakan konyol ini.
Kampret: Sekarang kami benar-benar paham Mbah, Mudah-mudahan Mbah Mangun tidak pernah bosan untuk membimbing kami.
Mangun: He he he......... yang penting masih ada yang jual rokok Kretek
YOU ARE READING
Serial Kampret
ДуховныеPerbincangan lucu dan mendidik antara Kampret dan mbah Mangun. Bacaan ringan pelepas lelah